Hari berlalu, dua hari lagi libur kenaikan kelas akan di mulai. Dan bad mood Bj masih belum sembuh juga.
"Bi, ada kak Ido di depan!" Teriak Miska sembari mendekati Bj yang sedang duduk manis di bangkunya.
"Ya trus kenapa kalo ada kak Ido?" Jawabnya dengan cuek sambil menggeser-geserkan layar ponselnya.
"Ih jangan cuek gitu dong, dia pasti ke.." ucapan Miska menggantung ketika mendengar,
"Ada Bj gak?" Seorang lelaki berdiri di pintu kelas 10 IPS 1 sembari mencari wanita bernama Bj di setiap sudut kelas.
"Tuh!" Tunjuk beberapa siswa kearah Bj.
"Bi, kak Ido kesini!" Bisik Miska lalu pergi menjauhi Bj.
"Hai, Bj." Sapa lelaki yang di panggil Ido itu mendekati Bj.
"Hai, kak. Kenapa?" Masih dengan posisi duduknya Bj menatap kak Ido dengan malas.
"Gak papa! Pengen liat kamu aja. Udah lama gak liat soalnya." Senyuman manis terlukis di wajah kak Ido.
Guido Saputra Utara. Itulah namanya. Anak kelas 11 IPS yang sangat di gemari banyak siswa karena ketampanannya. Tidak hanya itu, Ido juga merupakan kapten tim basket di sekolah. Dan murah senyum membuat para wanita jatuh hati melihatnya.
Tidak hanya perempuan saja, lelaki seangkatan dan adik kelas pun tunduk kepadanya karena ia merupakan ketua geng di sekolahnya. Expo Fair namanya dan sering di singkat sebagai geng Ex.
Geng tersebut adalah satu-satunya geng terkenal di sekolahnya, bahkan sampai di luar SMA Wijaya pun banyak yang mengenalinya.
Untung saja, ketua geng mereka alias Ido, adalah orang baik-baik. Ia tidak merokok, jauh dari narkoba, playboy pun tidak. Itu yang membuat Ido mendapat nilai plus dari para wanita.
Teman sekelas Bj dan beberapa siswa dari kelas lain yang ada di depan pintu merasa baper sendiri, beberapa teriak mendengar ucapan Ido bahwa ia datang hanya ingin melihat Bj.
Kabar sudah tersebar luas bahwa Ido, ketua geng Ex menyukai wanita yang bernama Bj. Bahkan Bj jadi terkenal di beberapa sekolah lain.
"Apaan si kak, malu di liatin sama yang lain." Ini deh resiko di sukai cowo number one di sekolah, jadi bahan tontonan.
___Flashback off
Rumah (kamar)"Aduh aduh, kok jadi mbayangin kak Ido waktu kelas 10 si!" Bj mengacak rambutnya asalan sembari badannya yang terbaring di ranjang menghadap langit-langit.
"Udah Caca bikin bt, mama papa juga ikutan. Sekarang tambah bt lagi gegara kebayang kak Ido!" Terus dan terus Bj mengucapkan kalimat yang di ulang-ulang dan tidak jelas.
Sampai hatinya tergerak untuk beranjak dan berjalan menuju rak bola. Dimana ada beberapa bola kasti di bagian bawah sendiri, lalu di atasnya ada bola volley dan bagian atas sendiri bola basket yang jika ia besi, mungkin sudah berkarat.
Bj memandangi bola basket tersebut sampai matanya terasa perih. Teringat bahwa saat ini ia sudah tidak bisa memainkan bola itu lagi bersama Bili.
Sahabatnya sedari kecil yang sekarang sudah berubah. Entah sombong atau gimana, tapi dia sama sekali tidak pernah menghubungi Bj samasekali setelah kelas 11 ini.
Bj hanya bisa mendeskripsikan yang sedang dilakukan Bili melalui instastory yang di buatnya. Hampir setiap story yang Bili buat, tentang basket, atau manggung di beberapa tempat.
"Gue kangen Lo, Bil." Ucap Bj yang di sambut tetesan air mata yang mengalir melalui pipinya yang lembut.
"Gue bener-bener gak nyangka, kita setahun gak ketemu. Bahkan terakhir kita chatingan pun sekitar 5 bulan yang lalu. Lo sejahat itu ya sama gue?" Lanjutnya yang bergantian dengan beberapa kali senggukan.
*Kringgg
Dering ponsel Bj berbunyi membuat isak tangisnya berhenti. "Kak Ido? Ngapain telfon malem-malem." Bj menghapus air matanya dan sejenak menenangkan diri dan kemudian mengangkat panggilan dari kak Ido."Halo kak?"
"Hai Bj, aku ganggu gak telfon kamu malem gini?"
"Gak papa kok, Kak. Kenapa?" Bj duduk di atas tempat tidur sambil memeluk boneka Teddy bear yang tidak kalah besar dengan tubuh Bj.
"Besok jalan yuk, 2 hari gak liat kamu jadi kangen nih."
"Jalan kemana kak?"
"Ke mall mau gak? Main-main di time zone gitu."
"Em, jam berapa dulu?"
"Kamu bisa jam berapa?"
Bj berpikir keras. Ada kemungkinan besok Caca akan memaksanya untuk tetap bermain basket bersama. Tapi jika ia pergi bersama kak Ido dari jam 7 pagi, mall juga belum buka.
"Gimana, Bi? Besok kamu bisa jam berapa?"
Bj telah memutuskan, "jam 9 pagi deh kak."
"Yess"
Terdengar samar-samar oleh Bj bahwa kak Ido sedang berlompatan karena senang.
"Oke besok aku jemput di rumah kamu jam 9 ya."
"Iya." Singkatnya sambil tersenyum tipis.
"Tidur gih, udah malem. Aku mau nongkrong sama anak-anak dulu."
"Iya kak."
"Bye Cinderella ku.
Ciaaa.. hahaha.. bisa lebay juga ya Ido..
Eh brisik Lo pada. Diem!"Bj tersenyum mendengar suara tawa di sebrang sana. Sudah jelas itu teman-teman kak Ido yang mungkin sudah menahan tawanya sejak tadi.
"Bye kak Ido." Kemudian Bj menutup panggilannya.
*Bj POV
Ada-ada aja si kak Ido. Kawus deh di ketawain temen-temennya.
Aku membaringkan tubuhku, masih belum ada niat untuk tidur.
Hanya ingin sedikit cerita, aku sama kak Ido gak ada hubungan apapun.
Kita hanya sebagai kakak dan adik kelas biasa. Hanya saja kak Ido sering mendekatiku.
Aku saja heran, aku secantik apa si sampai kak Ido suka kepadaku. Make up? Gak pernah pake tuh. Terkenal? Blas enggak (sebelum di sukai kak Ido). Kalo bahan taruhan, kak Ido bukan orang yang kaya gitu deh kayanya. Yah, takdir aja kali ya kak Ido suka sama aku.
Kenapa gak pacaran? Kata Yuna si kak Ido nembak aku kalo aku udah keliatan suka sama dia. Kak Ido gak mau dapet penolakan. Itu juga kata pacar Yuna yang merupakan anggota geng Ex.
Suka kak Ido? Gak tau deh kapan bisa sukanya. Di hati udah ada yang nempatin si..
*🌟*🌟*
Yeay udah post lagi..
KAMU SEDANG MEMBACA
Menunggu Waktu
Short Story*** Aku menatapnya. Bersamaan dengan dia menatapku. Mata kita saling bertemu. Aku merasa waktu berhenti. Waktu yang ku tunggu kurasa sudah datang. Semua orang terasa menghilang. Suara pun hilang lenyap. Aku rasa, tersisa aku dan dia. Bili. Tunggu...