Kulihat jam ternyata sudah menunjukkan pukul setengah 10 malam. Aku bergegas untuk bersiap tidur. Tak lupa aku mengunci seluruh pintu dan jendela. Setelah itu aku pergi ke kamar untuk tidur. Tak butuh waktu lama aku pun tertidur lelap menuju alam mimpi.
Radit! Bangunlah!
Suara aneh terdengar memanggil namaku. Kurasa itu hanya mimpi. Aku melek sedikit lalu lanjut tidur lagi.
Ayolah, cepat bangun!
Suara itu terdengar lagi dan kali ini aku terbangun dan memastikan apa itu nyata atau hanya mimpi. Setelah aku membuka mata aku terkejut dan langsung loncat dari tempat tidurku. Muncul orang tak dikenal di kamarku entah darimana datangnya. Aku mencoba mengambil tongkat yang ada di bawah tenpat tidurku dan mencoba menyerang pria itu. Namun, ternyata pria itu hanya hologram.
"Apa!?!?" ucapku dengan lantang. "Apa maksudnya ini?!?"
"Tenang Radit, aku ini Bravo. Aku terpaksa mengirim pesan ini sebab kini jiwa mu terancam bahaya. Sejujurnya kau adalah anak blasteran Radit, sebutlah kau ini Hugo. Hugo adalah bangsa iris yang memiliki setengah jiwa manusia. Dan karena itu kau sedang diincar oleh seseorang yang tak bisa kusebutkan sekarang. Kejadian yang pernah kau alami di taman malam itu nyata dan kau harus waspada dengan makhluk seperti mereka. Aku sudah kirimkan paket kemarin, isinya cincin kekuatanmu dan hal-hal yang akan kau butuhkan nanti. Kuharap kau selalu membawa itu semua, karena aroma irismu semakin kuat dan para monster itu makin menciumnya."
"Apa!? Pelan-pelan aku masih belum mengerti"
"Tak ada pengulangan Radit, pakailah dan bangkitkan kekuatan sejatimu."
Aku bergegas mengambil paket yang datang semalam dan membukanya. Benar saja isinya sebuah cincin, pulpen, dan sebuah alat canggih berbentuk lingkaran padat.
"Itu namanya power seal. Itu akan berguna jika kau ingin melakukan kontrak. Sekarang kekuatanmu hanya sebatas zirah perunggu. Tingkatan paling dasar dari seorang prajurit Iris. Kuharap kau cepat mengerti menggunakan benda-benda yang kukirim. Keadaan disini semakin mencekam."
"Aku harus segera pergi, sampai jumpa!"
"Tapi, tunggu!!"
Hologram itu lenyap seketika, entah bagaimana munculnya dan tak meninggalkan bekas apapun. Lantas aku langsung memakai cincin itu dan kembali tidur. Kurasa kali ini aku mimpi buruk. Aku bertemu dengan singa yang bisa bicara. Ia berbicara seolah-olah seperti kakek-kakek bijak di film.
"Siapa namamu Nak?" tanyanya sambil duduk di singgasana.
"Radit, siapa kau?" tanyaku.
"Aku Chimera ( khimaira ), penjaga alam para Soul Monster." jawabnya dengan tegas.
"Soul Monster? Makhluk macam apa itu?"
"Soul Monster adalah monster jiwa atau biasa kami sebut sebagai the Beast yang akan membantumu dalam bertarung. Mereka akan tersegel dalam cincin seperti yang kau gunakan. Semakin kau bisa mengendalikan dan bekerja sama dengan the Beast, maka semakin besar pula kekuatanmu."
"Soul monster yang sangat agresif dapat berubah menjadi grim dengan memanfaatkan tubuh inangnya, seperti siluman."
"Untuk itu kau harus mencari Soul Monster yang tepat dengan dirimu agar kau mudah mengendalikannya." Tambahnya.
"Lalu bagaimana aku bisa mendapatkan Soul Monster ku?"
"Caranya dengan bertarung, bertarung, dan bertarung. Jika kau sudah berani untuk menghadapi monster-monster jahat, maka secara tidak langsung kau sudah membangkitkan Soul Monster yang ada dalam dirimu."
"Apa maksudmu dengan bertarung? Aku saja tak mengerti cara bertarung, bagaimana bisa?"
"Setiap Hugo memiliki naluri untuk bertarung, jadi biasakanlah dirimu dengan jati dirimu yang sekarang."
***
Aku terbangun dari tidur.
Aku melihat ke arah jendela sudah nampak cahaya matahari dan kulihat jam sudah pukul 6 pagi. Sontak aku langsung lari bersiap layaknya pedagang asongan yang dikejar-kejar Satpol PP. Menggunakan kekuatan penuh terus bergerak. Aku berlari menuju sekolah dengan kecepatan penuh, bahkan the Flash aja kalah. Tanpa sengaja aku menabrak seorang pria berbadan kekar. Pria itu tampak marah, bisa dilihat dari matanya yang semakin melotot.
Alhasil aku harus babak belur sesampainya di sekolah. Begitu sampai di kelas aku langsung tergelatak di atas mejaku. Lemas sekali, mana belum sarapan.
"Nih roti dan susu" ucap Jessy sambil memberikan kotak bekalnya.
"Ha?!?" aku terkejut dalam hati. Mataku sinis menatapnya, "pasti ini salah satu triknya lagi" ucapku dalam hati.
"Kok bengong? Nih ambil aja sengaja aku buat untukmu!"
"Aku terharu... Terima kasih....." mataku berbinar memandang Jessy.
"Tapi Boong ha ha ha"
"Asem..."
"Ga kok bercanda, silahkan dimakan jangan lupa kembalikan tempat bekalku nanti." ucapnya dengan wajah gembira.
***
Bel istirahat berbunyi.
"Nih, kotak bekalmu makasih loh! Tumben baik ha ha ha."
"Tadinya sih ini untuk nanti siang, kan hari ini kita akan ke perpus. Biar kamu ga laper aja nanti"
"Sial....!!"
Aku sangat menyesal, tapi ga menyesal banget sih. Makan apa aku siang ini??? Teriakku di dalam hati. Ku rogoh saku ku ternyata ada sebuah kertas, sepertinya ini uang. Ku ambil perlahan-lahan dan akhirnya kudapatkan. Ternyata cuma kertas biasa, sedih rasanya. Ku buka kertas itu dan wah, ada 50 ribu. Betapa senangnya aku akhirnya bisa makan nanti siang.
"Woy kas, bayar ga?!" tegas bendahara kelas, si Hani. "Udah nunggak 2 bulan nih, mau bayar atau ga?!"
"Tapi, tapi, tapi..... Lihat cicak terbang!" aku berusaha mengelabui Hani dan langsung berlari keluar.
Huft... Untung saja, selamat.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
THE TRAVELERS : UTOPIA (Rehat)
FantasyIris, dunia lahirnya para master master pelindung alam semesta. Namun kedamaian alam semesta harus di rusak oleh kedatangan Evolt, sang pengabdi kegelapan. Dengan datangnya Evolt, keseimbangan alam semesta mulai terganggu dan kehidupan di bumi juga...