"Pak ini tugas saya" ucap Dyra dengan sopan.
"Baik. Akan saya koreksi nanti dan besok ambil buku kamu di meja saya" kalimat itu terucap dari Pak Roger dengan nada yang begitu bijaksana.
"Terimakasih pak" ucap Dyra sambil menyalimi guru itu dan berjalan keluar dari ruang guru menuju Axelle dan Rezvan menunggunya.Tiba tiba ada notifikasi masuk saat Ia hendak berjalan ke lobi sekolah dimana dua lelaki tampan itu menunggunya-Rezvan dan Axelle. Dyrapun segera membuka smartphone miliknya sambil berjalan dan mendapati sebuah pesan dari Tora.
Papa : Ra, Papa nggak bisa jemput hari ini. Kerjaan papa masih harus Papa selesaikan sore ini. Kamu pulang naik taksi atau ojol ya sayang soalnya Papa bakalan pulang malem. Kabari Papa juga ya kalo udah sampe rumah.
Dyra : Iya Pa. Nanti Dyra kabari Papa. Ini Dyra pulang pake ojol aja.
Tepat setelah Ia menutup smartphonenya, Ia sampai ke tempat Axelle dan Rezvan menunggu."Udah Ra? Pak Roger marah ke lo ga?"
"Udah Xel. Pak Roger nggak marah kok. Beliau juga ngga nyinggung apa apa soal kejadian tadi pagi"
"Walaupun Pak Roger nggak nyinggung apa apa lo tetep nggak bisa kayak tadi" tiba tiba saja Rezvan berucap tegas ditengah percakapan Axelle dan Dyra."Kok lo sewot sih?!" kedua alis Dyra disatukan tanda tak terima dengan apa yang baru saja Ia dengar.
"Ra, itu tandanya Rezvan udah mulai perhatian ke lo" senyuman jahil Axelle terkulum di bibirnya.
"Ngarang lo, bulu kuduk biawak" ucapan Rezvan membuat Dyra terkekeh kecil dibalik rambutnya yang terurai bebas.
"Mungkin bener kali ya yang dikatain sama Dyra. Lo lagi PMS Van" ucap Axelle menunjuk wajah Rezvan dengan jari telunjuknya "Oo iya Ra, rumah lu dimana?" kini kedua mata Axelle beralih pada Dyra yang sedari tadi hanya memerhatikan kedua orang yang bersahabat itu.
"Di daerah Menteng Xel" jawab Dyra ringan.
"Loh? Van? Rumah lo juga di Menteng kan? Searah bro!" pundak Rezvan ditepuk kencang oleh Axelle dan teriakannya membuat beberapa teman disekitar lobi menatap mereka bertiga, tapi itu tak penting bagi Axelle.
"Nah, lu pulang sama siapa Ra?"
"Sama abang ojol Xel soalnya Papa nggak bisa jemput"
"Eh jangan Ra. Sama Rezvan aja deh"ucap Axelle "Van, lu anter Dyra pulang gih sana searah juga"
"Ogah. Nggak ada untungnya buat gue"
"Oke Ra. Rezvan mau. Gue duluan ya. Babay kalian semua. Mwah" seru Axelle sambil berlari ke arah tempat parkir meninggalkan mereka berdua tanpa menghiraukan Rezvan yang mendumel sendiri."Maaf Van. Gue naik ojol aja" suara Dyra begitu lirih sehingga seperti sebuah bisikan.
"Ikut gue" sambil berjalan ke arah tempat parkir.
"Ngapain gue harus ikut sama lo?"
"Pulang" ucap Rezvan tanpa peduli Dyra mengikutinya atau tidak
"Oo yaudah deh" Dyra akhirnya mengikuti langkah Rezvan dengan malas.Saat mereka sudah naik ke motor, mereka melewati siswa siswi SMA Providentia lainnya, banyak sekali celotehan mengenai mereka berdua. Banyak yang pro, tetapi tak sedikit yang kontra.
"Motor lo jalannya agak cepet bisa ga?" perintah Dyra pada Rezvan tapi disamarkan dengan sebuah kalimat pertanyaan.
"Kenapa gue harus cepet?"
"Gue risih karena banyak yang liatin"
"Terus kenapa lo mau gue boncengin?"
"Kan lo yang ngajak" ucap Dyra yang begitu menyentak Rezvan
"Eh denger ya budeg, gue ngajak lo karena gue nggak mau cewek-maksudnya cewek baru kayak lo nunggu sendirian gitu. Pasti ntar kayak orang blo'on yang nggak tau harus ngapain"
Ucapan Rezvan tak digubris Dyra karena Ia sibuk menikmati udara di sore hari yang jarang sekali Ia nikmati. Biasanya Ia bepergian dengan Aya dan Tora menggunakan mobil milik Tora."Gue suka banget udara sore gini, apalagi naik motor. Kerasa banget sejuknya"
"Lo curhat?" pertanyaan Rezvan terdengar di telinga Dyra dari sekian banyaknya suara mesin kendaraan lainnya di jalan raya itu.
"Nggak. Gue ngasi tau aja"
"Emang gue pengin tau?"Dyra menutup rapat bibirnya. Manyatukan alisnya. Tak mau berargumen dengan lelaki yang satu ini, lelaki yang baru saja Ia kenal, tapi sudah membuatnya memendam rasa sebal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rezra
Teen FictionRezvan. Murid SMA Providentia yang terkenal paling rajin dan paling tampan di sekolahnya itu selalu tidak punya waktu untuk berurusan dengan gadis. Sekolah harus dimanfaatkan secara maksimal untuk mencapai cita-cita sejak kecil merupakan prinsip Rez...