Tangan Dyra bergetar hebat. Matanya mengeluarkan air mata yang mengalir deras tanpa permisi. Rezvan yang disebelahnya memeluk erat tubuh Dyra. Vega hanya bisa ikut menangis.
"Permisi, apakah ibu adalah keluarga dari Tuan Fandy?" tanya seseorang berjas putih yang keluar dari ruang IGD
"Iya, saya istrinya dok. Bagaimana keadaan suami saya dok?"
"Bu, saya perlu bicara dengan ibu" ucap dokter itu dengan serius yang dijawab dengan anggukan Vega "Mari bu" dokter itu dengan mempersilakan Vega berjalan disamping dokter itu."Zach. Lo nggak pernah cerita apa apa soal Ayah. Kenapa sih Zach? Emangnya gue itu siapa Lo?" ucap Dyra masih sesenggukan. Rezvan hanya diam tak berucap "JAWAB ZACH!" teriak Dyra sambil semakin menangis tersedu-sedu. Rezvan hanya meletakkan kepalanya di pundak Dyra.
"Zach" ucap Dyra lirih sambil memeluk Rezvan. Dyra merasa pundaknya basah dan ternyata Rezva menangis dalam diam."Gue sayang Lo, Zach. Jangan sedih Zach. Kita berdoa ya Zach" ucap Dyra dengan nada yang begitu menenangkan-terutama bagi Rezvan-siapapun yang mendengarnya. Rezvan masih tertunduk di pundak Dyra hingga Ia tertidur.
~•~
"Rezvan udah berangkat Bun?"
"Udah Yah. Barusan itu motornya jalan"
"Padahal Ayah mau kasi ini" ucap Fandy sambil terkekeh
"Itu apa Yah? Buat Rezvan?"
"Nggak. Ini buat Dyra, Bun. Ayah mau nitip lewat Rezvan"
"Itu apa sih Yah?" tanya Vega yang begitu penasaran dengan benda kecil yang sedari tadi digenggam Fandy.
"Ini foto mereka berdua waktu kecil Bun. Udah usang sih, tapi mungkin Dyra bakalan suka kalau Ayah kasih ini"
"Bukan mungkin lagi Yah"
"Maksudnya Bun?"
"Ya pasti Dyra suka Yah" senyuman manja terpampang di wajah Vega
"Iya Bun, bener juga" tawa riang Fandy menggelegar di sudut ruang makan pagi itu.Tak lama kemudian, Fandy berjalan menuju kamarnya dan bersiap untik berangkat ke kantor.
~•~
"Nan, ada obat pusing kepala tidak?" tanya Fandy yang memegang kepalanya disela-sela sedang mengerjakan arsip-arsip kantor.
"Ada Pak. Saya ambilkan dulu Pak" jawab Nando dengan tegas sambil berjalan menuju kotak P3K yang jaraknya hanya 10 meter darinya dan segera memberikannya pada Fandy "Bapak pusing berat pak?".
"Ah tidak. Hanya kelelahan saja. Jangan khawatir Nan" jawab Fandy yang hampir selesai dengan pekerjaannya saat itu."Nan, apa lagi yang harus saya lakukan hari ini?" tanya Fandy di kursi big sizenya setelah selesai dan merapikan setumpuk arsip kantor yang jumlahnya beratus-ratus lembar di sudut meja kirinya.
"Baik Pak. Setelah ini bapak harus mengikuti meeting di ruang C-5 dengan kepala direktur perusahaan Sentosanos dan desainernya, meeting dimulai tepat pukul 1 siang. Lalu, Bapak harus menandatangani 30 lembar pengesahan materi-materi yang akan diberikan pada asisten desainer di perusahaan Lengketa. Tepat pukul 3 sore bapak diundang dalam acara Meet and-"
*brak!*
"Pak?! Bangun Pak!" teriak Nando sambil menggoncangkan tubuh Pak Fandy "Siapapun yamg ada diluar! Tolong! Pak Fandy! Pak Fandy pingsan!" teriak Nando begitu keras sambil memegang tengkuk Fandy sambil menepuk-nepuk pipinya.
"Kenapa ini kenapa?!" tanya OB yang bernama Kristo itu. Kristo kebetulan lewat didepan ruangan kerja Pak Fandy.
"Tolong Mas, bantu saya membawa Pak Fandy ke mobil saya. Kita bawa kerumah sakit"
Nando dan Kristo bergegas membawa Fandy ke rumah sakit terdekat.
~•~
*tring tring tring!*
"Halo, Bu Vega?"
"Iya Nan. Kenapa Nan?" jawab Vega sambil bersantai dikamarnya setelah selesai membuatkan sarapan untuk keluarga kecilnya.
"Maaf bu. Maafkan saya"
"Kamu ini kenapa si?! Tiba-tiba telfon, langsung minta maaf. Kenapa Nan?!"
"Pak Fandy, Bu"
"Kenapa dengan Pak Fandy Nan?!" ucap Vega tak sabar
"Kambuh Bu. Sekarang sedang ditangani di rumah sakit Paviliun Garuda, Bu"
"Astaughfirullahal'adzim. Baik saya kesana" ucap Vega segera menutup telfon sambil berlari mengambil kunci mobil lalu menyiapkan mobil menuju rumah sakit setelah mendengar kabar itu dan melesat cepat menuju rumah sakit yang diberitahukan oleh Nando.~•~
"Nan, mana Pak Fandy?" tanya Vega yang baru saja datang dengan tergopoh-gopoh.
"Pak Fandy ada didalam bu. Duduk dulu saja Bu" ucap Nando sambil menunjuk ruang IGD dan mempersilakan Vega duduk disebelahnya. Vega segera duduk dan menelfon Rezvan."Nan, Mas Kristo, terimakasih sekali ya. Kalian boleh pulang sekarang" ucap Vega setelah memberi kabar pada Rezvan.
"Baik, Bu. Terimakasih, Bu" ucap mereka sambil bersalaman dengan Vega kemudian berjalan menjauhi Vega yang sendiri••• diruang tunggu dengan lamunannya yang kosong selama limabelas menit."Bunda! Ayah kenapa?!" teriak Rezvan segera memeluk Vega yang tengah duduk di kursi ruang tunggu IGD.
~•~•~•~•~•~
HAI GAEDD! STAY TUNE DI CHAPTER SELANJUTNYA YA!!(:
KAMU SEDANG MEMBACA
Rezra
Teen FictionRezvan. Murid SMA Providentia yang terkenal paling rajin dan paling tampan di sekolahnya itu selalu tidak punya waktu untuk berurusan dengan gadis. Sekolah harus dimanfaatkan secara maksimal untuk mencapai cita-cita sejak kecil merupakan prinsip Rez...