Sudah lama Dyra menunggu Tora di depan sekolah. Bahkan Tora sendiri yang bilang pada Dyra bahwa Ia akan menjemput Dyra sepulang sekolah nanti. Tapi, sudah hampir 30 menit Dyra menunggu Tora yang tak kunjung muncul batang hidungnya
"Nunggu siapa Ra?"
"Loh? Axelle? Kok lo belum balik? Kayaknya tadi gue liat lo uda jalan ke parkiran deh"
"Nah, ini nih, akibat suka sama Rezvan jadi ketularan sok tau-nya kan" ucap Axelle menyatukan alisnya sambil menunjuk muka Dyra dengan tangan kanannya.
"Ih dasar ya" ucap Dyra "Nunggu Papa nih. Udah setengah jam loh gue nungguin disini. Mana bosen banget lagi. Nggak ada hiburan sama sekali Xel"
"Tenang aja Ra, ada Rezvan yang siap sedia melayani kekasihnya, Dyra!" teriak Axelle sambil bertepuk tangan kegirangan yang tiba tiba disampingnya muncul Rezvan dengan kemeja yang berantakan akibat Ia kegerahan. Untung saja keadaan disekitar situ sudah agak sepi.Tring!
Papa : Ra, Papa udah didepan sekolah nih. Keluar ya!
Dyra : Okay Pa"Van, Xel. Gue balik ya. Papa udah njemput ternyata. See ya!" senyuman Dyra membuat Axelle semakin memiliki berbagai cara agar Ia bisa mendekatkan Rezvan-seorang kutu buku tampan-dengan Dyra. Sedangkan Rezvan hanya tersenyum tipis pada Dyra.
~•~
Sinar matahari sudah menampakkan senyumnya pada bumi. Burung-burung saling bersahutan meneriakkan suara khas masing-masing. Deruman motor ninja besar milik Axelle memecah keramaian di parkiran motor siswa SMA Providentia.
"Hai Xel!" teriak Dyra dari kejauhan
"Ooh hai Ra" sapa balik seorang Axelle pada Dyra.
"Lo nggak bareng Rezvan, Xel?"
"Wah wah, sekarang yang dicariin Rezvan mulu ye"
"Ihhh Axelle, kan gue tanya Xel. Aduh susah ya ngomong sama ketek uler" ucap Dyra sambil melengos mendahului Axelle.Setibanya dikelas, tubuh Dyra serasa tak bisa digerakkan-kaku, otak Dyra berpikir cepat, dan mata Dyra terpaku pada seorang Rezvan yang membaca secarik kertas.
"Van!" teriak Dyra sambil berlari ke arah Rezvan dan segera mengambil cepat kertas itu dari genggaman Rezvan yang membuat Rezvan mendongakkan kepalanya untuk melihat Dyra.
"Kenapa sih?! Baru dateng udah marah-marah" kalimat menohok yang sudah biasa terlontar dari mulut Rezvan tak dipedulikan oleh Dyra.
"Ngapain kamu baca kertas ini?!" teriak Dyra sambil menggegam erat kertas yang sudah lecek akibat diremas oleh tangannya itu.
"Tadi jatoh, gue ambil, terus gue baca" jawab Rezvan santai tanpa memedulikan Dyra yang jantungnya berdegup kencang.
"Eh pasangan baru pagi-pagi udah ribut. Kalo mau berantem jangan sekarang deh, nanti agak siangan aja" kekehan Axelle disusul oleh putaran kedua bola mata Rezvan kemudian Ia duduk ke bangkunya sendiri."Jangan bilang lo baca isinya" pertanyaan Dyra hanya disusul anggukan kepala Rezvan "Lo baca Van?! Aduh!" ucap Dyra dengan kedua tangan yang memengang kepalanya pertanda bahwa Ia panik "Ini privasi Van" ucap Dyra memelas.
"Kan gue udah bilang, itu jatoh, gue ambil, terus gue baca. Ya mana gue tahu kalo itu privasi. Lagian nih ya, gue nggak tertarik diary-diary macem tu. Mana ada lope-lopenya lagi" jelas Rezvan yang hanya didengar Dyra "Btw, lo lagi naksir ya?"
"Ngaco lo" jawab Dyra sekenanya karena pikirannya melayang-layang membayangkan bagaimana reaksi Rezvan nanti jika Ia tahu bahwa yang dimaksud dalam goresan kata di kertas itu adalah dirinya sendiri-Rezvan. Ia takut apakah perlakuan Rervan padanya akan tetap sama-ketus-atau akan semakin ketus, atau mungkin akan membalas rasa kekagumannya.
"Yaudah kali sante jawabnya. Nggak usah nyolot" jawab Rezvan yang sebenarnya nyolot.
"Nyibir ae lu bedua elah" sela Axelle di antara mereka.
"Berisik lo" "Berisik" ucap mereka berbarengan, tapi Dyra tidak menambahkan kata 'lo'.
"Protes aja bareng. Udah deh, jodoh. AHAHAHAHAH" tawa Axelle begitu menggelegar di gendang telinga Dyra dan Rezvan.~•~
"Assalamualaikum. Ma aku pulang!" teriak Dyra sambil membuka pintu.
"Iya Ra. Mama di dapur" ucap Aya sambil memotong kentang. Memang menjadi kegiatan rutin di sore hari bagi Aya untuk memasak makan malam bagi Dyra dan Tora. Dyra segera menuju ke dapur, menyalimi Aya dan memeluknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rezra
Teen FictionRezvan. Murid SMA Providentia yang terkenal paling rajin dan paling tampan di sekolahnya itu selalu tidak punya waktu untuk berurusan dengan gadis. Sekolah harus dimanfaatkan secara maksimal untuk mencapai cita-cita sejak kecil merupakan prinsip Rez...