Sebab rasa nyaman pada seseorang itu lebih berbahaya dari jatuh cinta

17 5 1
                                    

Suasana hangat di malam itu begitu nyaman ketika angin sejuk menerpa kulit siapapun yang terkena. Suara jangkrikpun telah berhasil memecah kesunyian malam. Sinar redup rembulan menemani siapapun yang merasa kesepian. Ketenangan begitu terasa hingga ke sukma jiwa. Tapi, sedikit rasa kebingungan Tora membuyarkan itu semua. Ia tampak mondar-mandir di ruang tengah.

"Dek, tadi itu temennya Dyra? Namanya siapa?" suara berat Tora membuat Aya menoleh.
"Yang jemput Dyra tadi? Iya. Namanya Axelle. Kenapa mas?"
"Nggakpapa sih. Alhamdulillah Dyra punya temen baru. Secepet itu ya akrabnya"
"Kata Axelle, dia mau ajak Dyra ketemu sahabatnya yang satu lagi di Amuz"
"Loh? Kenapa nunggu disana? Ceritanya Axelle itu mau nge-date sama Dyra terus mau dikenalin ke sahabatnya Axelle?"
"Nggak tau mas. Kayaknya bakalan ada something nih" kekehan Aya membuat Tora berjalan menuju Aya dan medekatkan wajahnya pada sang istri-meminta penjelasan dari Aya-yang tengah duduk santai di sofa ruang keluarga.
"Tau nggak mas, sahabat Axelle yang nunggu di Amuz itu siapa?" goda Aya pada Tora yang sedang kepo itu.
"Nggak tau dek. Siapa?" ujar Tora yang terlihat sangat tidak sabar.
"Rezvan mas. Rezvan Zach Arion!" ujar Aya dengan semangat.
"Hah?!" tanya Tora terbelalak.

~•~

"Gue udah tau lo sejak lo masih kecil" ucapan Rezvan semakin membuat Dyra kebingungan.
"Maksudnya apa sih? Gue nggak paham Van"
"Gue udah kenal banget sama lo"
"Ha?! Kita kan baru kenal seminggu yang lalu. Dikelas. Karena gue baru pindah-" ucapan Dyra terpotong saat telunjuk kiri Rezvan mendarat di bibir Dyra-tanda menyuruhnya untuk berhenti bicara-kemudian Rezvan mengeluarkan sebuah gantungan dengan liontin kecil white topaz yang terdapat sebuah foto usang di sebelah liontin itu dan memberikannya pada Dyra.

"Zach?!" tanya Dyra tak percaya pada Rezvan seraya menutup mulutnya dengan kedua tangan setelah melihat liontin dan foto itu.
"Iya Cat, gue Zach" ucap Rezvan tersenyum dan menatap dalam-dalam Dyra.
"Gue nggak nyangka bakalan ketemu lo, Zach" ujar Dyra sambil menangis dan memukul pelan dada Rezvan.

Zach dan Cat adalah panggilan kesayangan mereka sewaktu mereka belum sekolah. Rezvan memiliki hubungan yang sangat erat dengan Dyra. Mereka dekat karena Tora bersahabat dengan Fandy-Ayah Rezvan-sejak duduk dibangku SMA. Tak ayal bila persahabatan mereka juga diikuti oleh putra dan putrinya-Rezvan dan Dyra. Sejak kecil, mereka melakukan segala aktivitas-aktivitas bersama. Mulai dari makan, berenang, menyapu rumah, mengepel rumah, bahkan mencuci baju berduapun sudah mereka lakukan ketika mereka kelas 3. Tetapi, semua itu harus berhenti mereka lakukan karena Rezvan dan keluarganya harus pindah ke Inggris untuk urusan pekerjaan Fandy. Hal itu membuat Dyra bersama Aya harus pindah ke Bandung mengikuti Tora yang kebetulan juga ada urusan pekerjaan disana. Sejak saat itu, Tora dan Fandy tidak pernah mengirim kabar satu sama lain dikarenakan pekerjaan yang membuat mereka sangat sibuk. Begitu juga Rezvan dan Dyra.

Dua tahun kemudian, Fandy dan keluarganya kembali lagi ke Jakarta karena urusan pekerjaannya di Inggris sudah selesai. Saat masuk kelas 5, Axelle lah yang pertama kali menjadi temannya dikelas. Karena sampai tak mau pisah dengan Axelle, Rezvanpun memutuskan untuk memilih sekolah yang sama dengan Axelle. Rezvan sempat bertanya dengan Fandy, dimana keberadaan Dyra sekarang. Namun, Fandy mengatakan bahwa hanya waktu yang bisa menjawab semuanya. Rezvan yang saat itu belum begitu mengerti hanya bisa mengangguk mendengar jawaban Fandy.

Hingga Rezvan bersekolah di SMA Providentia. Kejadian yang biasa terjadi di sekolah-sekolah seluruh dunia, terjadi di SMA Providentia. Ada siswi baru di sekolah itu. Siswi itu masuk di kelas Rezvan dan Axelle-yang kebetulan sekelas-tempo hari itu. Malamnya Rezvan iseng-iseng bercerita hal itu pada Fandy dan Vega-Ibu Rezvan-yang sedang berkumpul diruang keluarga. Setelah mendengar nama lengkap Dyra, Fandy segera menelepon Tora. Untung saja nomor telepon Tora tetap sama seperti dulu sehingga memudahkan Fandy untuk menhubungi sahabatnya itu. Fandy yang sedang bertelepon itu tersenyum-senyum sendiri sampai tertawa bahagia. Rezvan yang sedikit mendengar percakapan Fandy dengan ora ditelepon itu, ikut merasa sangat bahagia.

RezraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang