BAB 4 - Confuse

6.9K 199 16
                                    

==========

"Kkkauuuu!!!"

==========

Carol sangat merasa nyaman dalam tidurnya. Mungkin jika ada gempa, dia juga tidak mau bangun dari tidurnya. Matahari sudah mulai memunculkan dirinya, namun Carol semakin meringkuk dan merapatkan tubuhnya.

'kenapa bantalku sekeras ini? namun kenapa nyaman sekali?' pikir Carol dalam alam bawah sadarnya.

Ketika kesadaran mulai menghampirinya, dia merasa sedikit pusing dan mual akibat mabuk kemarin. Dia menggerakkan badannya sedikit, namun dia merasa seperti ada beban yang menimpa perutnya.

Tangannya tanpa sadar bergerak memegang 'beban' tersebut masih dengan mata tertutup. Saat dia mulai meraba, bentuknya seperti tangan manusia yang kekar dan berotot, seperti tangan pria.

Seakan baru saja tersetrum listrik, Carol melotot dan langsung terduduk diatas ranjang. Akibatnya kepalanya makin terasa pusing karena duduk dengan tiba tiba.

Dia menengok ke samping dan melihat seorang pria yang tertidur pulas dengan rambut ikal hitam pekat.

Dia segera mengecek pakaiannya dan merasa lega karena semua masih lengkap. Carol merasa sedikit tenang meskipun belum sepenuhnya.

'kenapa pria ini tidak asing?' batin Carol.

Dan seperti tersetrum listrik-lagi, dia memekik sangat keras hingga hewan dalam kebun binatang bisa tuli mendengarnya.

"Shut your mouth, Little gg-, Aawhh  kenapa kau menendangku, bodoh? dasar tak tau sopan santun." Pria itu masih setengah sadar dan meringis kesakitan ketika satu tendangan mendarat di perut indahnya.

Beruntungnya, dia bisa menjaga keseimbangan tubuhnya agar tidak mencium lantai.

"Dimana aku sekarang? Bagaimana aku bisa disini? Kenapa kita seranjang? Apa kau berencana melakukan sesuat--"

"Buang semua pikiran kotormu itu! Aku tidak melakukan apapun selain tidur. Lihat saja pakaianmu masih utuh, bukan? Lagipula kemarin kau mabuk," potong pria itu dingin sebelum Carol mangatakan yang tidak tidak.

Pria itu, ya pasti kalian sudah menebaknya. Jufan The Hot Ice Man dengan mulut setajam pisau.

"Ada apa dengan kalimat 'lagipula kau mabuk kemarin'? Jika aku tidak mabuk kau akan melakukan 'sesuatu' padaku, begitu?" Carol berkacak pinggang dan menekan dada Jufan yang duduk tidak jauh darinya.

"Yes, maybe," balas Jufan ringan tetap dengan wajah datarnya. Kemudian, dia turun dari ranjang dan berjalan menuju kamar mandi yang juga ada di dalam ruangan ini.

"Damn you Mr. Arrogant!! Hah bagaimana bisa aku di tempat ini? Hell, dia tidak menjawabku tadi. Bahkan aku tidak tau namanya. Huh."

Carol mengejar Jufan yang sialnya sudah berada di dalam kamar mandi. Carol menggedor gedor pintunya dengan kedua tangannya yang mengepal hingga menimbulkan bunyi yang sangat berisik.

"Hei Om gila! Pria tua! Kakek mesu--" Tiba tiba pintu terbuka dari dalam dan membuat Carol kehilangan keseimbangannya. Dia hampir terjungkal ke lantai jika Jufan tidak menangkapnya.

Sekarang pemandangan yang di depannya adalah dada bidang Jufan yang tidak tertutupi sehelai benang pun.

Carol memandang takjub pada ciptaan Tuhan yang sangat panas ini. Mereka tetap di posisi seperti itu sampai tiba tiba pertanyaan vulgar Jufan terlontar.

"Apa kau tidak memakai bra?" Mata Carol terbelalak dan otomatis menutupi dadanya.

"Wwwhhaattt??"

"Puncak payudaramu terasa mengeras di dadaku. Atau mungkin kau horny karena melihatku hanya memakai handuk?" tanya Jufan santai sambil menyeringai.

"Ttttiiiddaakkk! Aaakku tidak horny, aku memang tidak suka memakai bra saat pergi ke club."

"Agar para pria hidung belang tergoda olehmu?"

"Ttidakk. Kenapa kau jadi sok perhatian padaku? Apa mungkin kau yang horny merasakan payudaraku?" Carol mengalihkan pembicaraan dengan menaik turunkan alisnya.

Jufan memutar bola matanya dan berbalik masuk ke kamar mandi. Dia menutup pintunya dengan keras hingga Carol yang berada tepat di depan pintu terkejut. Carol lupa jika dia berbicara pada Hot ice man.

Carol pergi dari kamar Jufan dan berniat mencari makanan yang setidaknya bisa mengurangi rasa lapar. Carol membuka lemari es dan menemukan banyak coklat dengan bermacam jenis di dalamnya.

"Apa pria dingin itu suka coklat?" Carol tertawa sendiri memikirkannya.

Dia duduk di salah satu bar dekat lemari es. Dia tersadar jika Jufan belum menjawab pertanyaannya tadi.

Carol berusaha mengingat apa yang dilakukannya saat mabuk kemarin. Karena dia akan menjadi sangat nakal saat mabuk.

"Huh berapa botol yang aku minum kemarin?" dia bergumam pelan masih dengan memakan coklat di genggaman tangannya.

Dia merenung memikirkan segala sesuatu yang menurut dia membingungkan. Ya, tentang bagaimana bisa dia ada disini dengan pria itu tentunya.

Tiba tiba ingatannya kembali sempurna tanpa terlewat sedikitpun, dia memukul kepalanya sendiri dan menidurkan kepalanya di meja sambil merutuki kebodohannya.

==========

maapkan daku yang sangat sangat sangat lama tidak apdet. fokus buat ujian nih:")

aku ngomong nggak panjang panjang. cuma mau minta maaf sama makasi sama yang udah baca plus vote cerita akuuuuu uuu tayanggg😚😚😚

bila pendek maafkan ya ini juga aku nulis sesempet aku. Enjoyy it:)

Panggil aja aku Lou :)))

Lou,

Let Me InTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang