7

6.9K 281 69
                                    

"dasar anak tidak sopan!" marah Kakek Jax sambil menatap anak dan cucunya bergantian.

Christ terus berlari tanpa peduli dengan kemarahan Kakeknya. Para karyawan di kantor itu menatap aneh karena Christ berlarian. Christ terus berlari sambil merutuki kebodohannya. Kaca mobil tidak ada satupun yang terbuka sudah pasti membuat sirkulasi udara tidak baik. Eni masih berada di dalam mobil jika sampai ia meninggal karena kehabisan oksigen, tamat sudah riwayatnya.

Sesampainya di samping mobil miliknya ia segera membuka pintu mobilnya. Ia masuk ke mobil dan duduk dengan napas terengah-engah. Ia kemudian menoleh ke Eni dan ia terkejut melihat wajah istrinya yang pucat. Dengan tangan gemetaran ia mencoba menyentuh tangan Eni akan tetapi, ia kembali menarik  tangannya tidak berani menyentuhnya. Ia kemudian menghidupkan mesin mobilnya dan segera melajukan mobilnya untuk pergi ke rumah sakit.

Selang dua puluh menit akhirnya ia sampai di rumah sakit, ia berhenti di depan rumah sakit kemudian berteriak memanggil suster untuk menolongnya. Christ berlari ke pintu sebelah untuk mengangkat tubuh Eni. Perawat laki-laki segera datang membawa brankar, Christ meletakkan tubuh pucat istrinya di atas brankar. Brankar yang membawa Eni pun segera di bawa ke ruang UGD.

Saat ini Christ  sedang berjalan mondar mandir menunggu dengan kesal karena dokter yang memeriksa keadaan Eni tidak kunjung keluar. Sudah hampir setengah jam ia menunggu, dengan kesal ia pun mengacak rambutnya frustasi. Ia duduk di kursi tunggu dengan lemas, seharusnya  ia tadi menuruti Beni untuk meninggalkan Eni yang pingsan sehingga semua ini tidak akan terjadi.

Akhirnya suara pintu ruang UGD terbuka dan seorang dokter pria setengah baya yang menangani Eni keluar. "Bagaimana, dok?" tanya Christ.

"Bisa ke ruangan saya saja? ada berapa hal yang harus saya bicarakan," ucap dokter seraya berjalan ke ruangannya. Christ pun hanya mengikuti dokter.

Sesampainya di ruangan dokter, Christ duduk di depan dokter walau ada meja sebagai pembatas. "Sebelum saya menjelaskan boleh saya tauh, apakah anda suaminya?" tanya dokter.

"Iya," jawab Christ cepat.

"Maaf sebelumnya, kalau  boleh tahu kenapa pasien bisa babak belur seperti itu? Jika benar anda  suaminya seharusnya anda melindunginya atau anda yang--" dokter langsung  menghentikan ucapannya dan ia menatap Christ dengan curiga.

"Maaf, dok. Bukannya itu bukan urusan anda? Istri saya bisa seperti itu karna di culik oleh musuh saya. Saya menemukannya di dalam mobil sudah dengan keadaan seperti itu," jawab  Christ dengan gugup.

"Anda yakin?" tanya dokter  semakin membuat Christ gugup.

"Yakin, dok. Dia istri saya, tidak mungkin saya kdrt. Apa lagi dia sedang hamil," jawab christ dengan tegas.

"Baik jika seperti itu. Saya mohon maaf karena telah bertanya yang bukan hak saya," ucap dokter.  Walau dokter itu masih belum yakin, tetapi itu bukan urusannnya. Ia pun mulai menjelaskan keadaan Eni pada Christ.

"Keadaan istri anda sekarang sangat lemah. Ia sepertinya  kekurangan oksigen beberapa jam, ia juga kurang makan dan kelelahan. Selain itu luka-luka di sekujur tubuh Ibu Eni cukup parah sehingga memerlukan waktu penyembuhan yang sedikit lama. Jadi, pasien harus di rawat beberapa hari," ucap dokter menjelaskan. 

"Lalu bagaimana kondisi kandungannya sekarang, dok? Kandungannya baik-baik saja, kan" tanya Christ yang sedari tadi hanya memikirkan kandungan Eni. Ia tidak peduli dengan kondisi tubuh Eni, karena yang terpenting adalah kondisi kandungannya.

"Kandungannya baik-baik saja, pak. Untung saja penganiayaan yang di terima istri anda tidak berdampak pada kandungannya. Tetapi kondisi ibunya belum bisa di katakan stabil karena ia belum sadarkan diri. Setelah ia sadar  kita perlu melakukan pemeriksaan lebih lanjut, apakah ibu Eni mengalami luka dalam atau tidak setelah kejadian penganiayaan itu," jelas dokter.

hurt wife ( Tahap Revisi )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang