6

7.4K 303 54
                                    

Christ dan teman-temannya masih  terus memaksa Eni untuk menuruti kemauan mereka. Jika ia melawan atau menolak, suaminya itu akan langsung memukulnya lebih parah dari sebelumnya. Suaminya itu terus melakukannya hingga ia pun hanya bisa menurut. Seperti saat ini, mereka bermain kartu tanpa mempedulikan kondisinya yang terbaring lemah di lantai. Ia di biarkan tidak memakai baju, ia hanya memakai celana dalam untuk melindunginya dari dingin lantai dengan tangan di ikat dan tidak bisa bergerak sedikit pun dari lantai. Ia hanya bisa menatap sendu ke arah suami dan teman-temannya.

"Christ lo kalah, jadi bagi," ucap Kevin berjalan mendekati Eni dengan botol vodka di tangannya dan kain hitam.

"Tapi, Kev kalo keguguran gimana?" tanya Christ yang mengikuti Kevin.

"Hei, sejak kapan seorang Christ jadi pengecut!" ledek Harry seraya tersenyum remeh.

"Iya Christ, lagian ini, kan, udah sering kita lakukin berlima. Tenang aja deh, nanti juga lo menikmati, kok," ucap Vino sambil merangkul Christ yang hanya bisa menghela napasnya.

Eni yang melihat mereka mendekat mulai merasa takut. Apa lagi Kevin berjongkok di belakang tubuhnya kemudian menutup matanya dengan kain hitam. Kevin meminum vodka itu, lalu meminumkan vodka itu pada dirinya. Ia menolaknya dengan mengelengkan kepala. 

Christ yang melihat Eni terus menolak dengan menutup mulutnya rapat-rapat menghampirinya dan berjongkok di samping Kevin dan mengambil botol itu. Ia mencengkram rahang istrinya agar membuka mulutnya. Ia memaksa memasukan botol itu pada mulut Eni yang masih tidak mau membuka mulutnya walau kepalanya di pegang Kevin dan rahangnya di cengkram Christ membuatnya kesakitan. 

Ketakutan luar biasa ia rasakan dan ia hanya bisa menangis. Ia hanya bisa pasrah dengan mata yang tertutup kain hitam, bahkan mulutnya juga sudah perih dan  perutnya terasa kram. Eni takut jika suaminya memberikan obat aborsi.

"Minum!" Bentak Christ kesal karna istrinya ini tidak mau membuka mulutnya. Christ yang mulai geram meminum vodka tanpa menelanya, kemudian ia memaksa Eni untuk menghadapnya dan mencium istrinya itu sambil meminumkan vodka yang ada dalam mulutnya. Christ terus melumat dan menyalurkan vodka hingga di rasa istrinya itu telah menelan habis, ia segera melepas pangutannya. 

Eni hanya diam saja merasakan pahit dan panas melewati tenggorokannya karena cukup banyak ia menelan vodka dari Christ.

"Tau gitu, gue aja tadi Christ," ucap Kevin sambil melepaskan penutup mata Eni dan ikatan tangannya.

Setelah Kevin selesai melepaskan semua ikatan Eni, Christ membopong Eni ke atas ranjang dan menghempaskan tubuhnya begitu saja membuat punggung Eni sakit dan ia menatap takut karena tatapan mereka seperti singa kelaparan. Ia berusaha untuk mundur saat melihat mereka naik ke ranjang. Christ menarik kaki Eni hingga ia jatuh telentang di ranjang. Beni langsung memegangi kedua tangan Eni agar tidak banyak melawan.

"Puasin kita cacat!" ucap Christ dengan cepat mencium Eni. Ia mencoba memberontak tapi ia tidak bisa bergerak karena Beni memegang tangannya. Eni mengelengkan kepalanya untuk menghindari Christ yang menciumnya. Christ yang geram melihat Eni yang melawan dengan kuat ia menamparnya.

Plak...

Satu tamparan keras di pipi Eni yang sudah memar. Christ tidak iba sedikit pun dengan kesal ia menjambak rambut istrinya dan ia menghempaskan  jambakannya begitu saja hingga kepala Eni jatuh ke bantal tapi tetap saja ia merasakan sakit di kepalanya. Rambutnya kembali di tarik kemudian di hempaskan lagi dan lagi ke atas bantal, sampai ia menarik rambut Eni begitu tinggi. Saat ia kembali menghempaskannya kepala istrinya itu terbentur. sandaran tempat tidur membuat Eni langsung pingsan dan semua yang ada di sana langsung terdiam.

"Cacat bangun! Jangan pura-pura pingsan, deh, lo! bangun gak!" bentak Christ dengan kasar menepuk-nepuk pipi istrinya walau sebenarnya ia sedikit panik tapi mencoba untuk tetap tenang.

hurt wife ( Tahap Revisi )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang