9

8.2K 273 161
                                    

" bisa. enggak tidur aja lo!" ucap Christ ketika ia menbuka pintu mobil karena melihat Eni yang sudah bangun.

Eni hanya diam saja, kemudian ia membopong tubuh istrinya keluar mobil dan menurunkan nya di pintu masuk. Eni merangkak ke ruang tamu, Christ sudah berjalan masuk terlebih dahulu dan mendudukkan dirinya di sofa setelah mengunci pintu.

"Bikinin gua kopi pahit pakai air yang setengah panas!" perintah Christ ketika melihat Eni sudah ada di dekatnya dengan suara dingin.

Eni yang kepalanya pusing samar-samar mendengar suaminya itu menyuruhnya menbuat kopi hanya mengangguk saja. Ia pun merangkak ke dapur untuk membuat kopi. Ia dengan susah payah mengambil air untuk merebusnya.

Selagi menunggu airnya panas ia berusaha untuk mengambil cangkir kopi yang sedikit tinggi. Setelah berhasil mengambil cangkir ia memasukkan kopi, gula kemudian ia mematikan kompor dan menuakan air panas itu ke cangkir dan menganduk dengan pelan.

"Udah belum, cuma bikin kopi aja lama!" teriak Christ seraya berjalan menghampiri Eni.

Eni pun mengangguk saja sebagai jawaban setelah Christ sampai di hadapannya. Christ pun langsung meminumnya, setelah beberapa saat christ menyeburkan kopi itu ke wajah istrinya. Ia pun langsung mencengkram rahang Eni dengan keras seraya mendongakkan kepala istrinya untuk melihat wajahnya yang sudah sangat marah.

"Udah di bilang, gua maunya pakai air setengah panas bukan panas. Lo punya kuping di pakai biar kalo ada yang ngomong dengar!" bentak Christ kesal seraya menekankan kuku jarinya pada rahang Eni semakin kuat.

"Apa! Lo mau minta maaf ke gua?"tanya Christ melihat raut wajah Eni.

Eni tidak bisa berkata karena cengkraman tangan Christ begitu kuat.

"Gua enggak butuh maaf lo! sial banget gua punya istri cacat dan sekarang apa harus budek!" kesal Christ dengan suara meningginya.

Christ menatap dingin istrinya yan wajahnya pucat, mata sayu sangat terlihat bahwa dia sedang sakit. Namun Christ tidak peduli, dengan santainya christ menuangkan kopi yang tinggal setengah itu ke paha eni.

"Panas, panas!" teriak Eni mencoba melepaskan cengkraman Christ. Dan mengusap-usap kedua pahanya yang terasa panas.

"Panas ya? kasihan. Makanya kalau ada orang ngomong dengarin. Gua mau kopi yang langsung bisa di minum, bukan yang panas kaya gini. Sekarang lo ikut gue! " tegas Christ di akhir katanya.

Christ menarik tangan istrinya bagaikan koper. Ia memperlakukan istrinya itu seperti barang yang tidak berharga. Christ menghempaskan Eni pada lantai kamar mandi kemudian ia berjongkok di samping istrinya. Ia menjambak rambut istrinya yang menatapnya dengan mata berkaca-kacanya.

"Malam ini, lo tidur di sini!" tegas Christ kemudian ia melepaskan jambakannya pada rambut istrinya. Ia berdiri dari jongkoknya kemudian berjalan keluar kamar mandi dan mengunci pintu kamar mandinya.

Tubuh Eni kini tertidur di atas lantai dingin kamar mandi itu. Ia memiringkan tubuhnya dengan satu tangan mengusap kepalanya yang terasa sakit akibat jambakan suaminya. Berharap dengan begitu rasa sakitnya bisa hilang.

Sekitar pukul tiga dini hari, Christ terbangun dari tidurnya. Ia mengusap wajahnya agar rasa kantuknya hilang. Ia mengambil ponsel di nakas samping tempat tidur, ia menekan tombol power untuk melihat pukul berapa sekarang. Ternyata sudah pukul tiga dini hari, ia kemudian duduk dan meletakkan kembali ponselnya di nakas. Ia berjalan ke kamar mandi karena kandung kemihnya sudah penuh dan butuh di keluarkan.

Ia membuka pintu kamar mandi, tetapi saat kakinya ingin melangkah ia seperti menginjak sesuatu. Ia pun menunduk untuk melihat apa yang akan ia injak, ternyata itu kaki istrinya. "Bangun!" ucap Christ seraya kakinya bergerak mengoyangkan tubuh istrinya tetapi tidak ada pergerakan dari Eni.

hurt wife ( Tahap Revisi )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang