Masuk Rumah Sakit

671 2 2
                                    

Sesampainya di Jepang aku bersama ayahku langsung menuju Rumah Sakit Universitas Chiba, Tokyo. Kebetulan ayahku mengenal salah satu dokter ahli bedah terbaik di Rumah Sakit ini. Dokter Ito Ueda Sasuke merupakan dokter bedah jantung terbaik di sini. Dia menamatkan program spesialis bedah jantung di salah satu Universitas terbaik di Jerman. Sudah beberapa kali dia bergabung dalam tim pembedahan jantung bahkan beberapa kali juga dia berhasil dalam melakukan transplantasi jantung. Prestasinya yang paling mengagumkan adalah keikutsertaannya dalam pelaksanaan operasi di Program transplantasi jantung di Pusat Jantung Northrhine Westphalia Bad Oeynhausen selama tiga tahun, dan kurang lebih sebanyak 15 trans-plantasi jantung telah dilakukan. Satu tahun kemudian, sejum-lah 39 penderita gagal jantung kronik berhasil ditransplan-tasi. Angka ini melebihi jumlah total transplantasi jantung di Jerman saat itu. Saat ini, program transplantasi jantung di Bad Oeynhausen termasuk salah satu pusat transplantasi jantung tersibuk di dunia. Dengan prestasi yang membanggakan itu dia kembali ke Jepang.

Hari ini aku menjalani beberapa pemeriksaan lagi untuk memastikan terapi apa yang harus aku jalani. Sejak kecil aku lahir dengan keadaan yang sangat sehat tidak ada penyakit jantung bawaan yang aku derita, tapi setelah aku memasuki semester kedua saat aku kuliah, aku merasakan sesuatu yang aneh. Dadaku sering berdebar tak menentu dan terasa sangat nyeri, aku juga sering tak sadarkan diri. Awalnya aku menganggap bahwa hal itu terjadi hanya karena aku sedang tidak fit atau kelelahan namun semakin lama serangan itu sering terjadi, akhirnya dokter di Rumah Sakit Seoul menyarankan untuk melakukan beberapa pemeriksaan dan ternyata ada gangguan pada sel jantungku.

Pembesaran kardiomipati, seperti itulah kurang lebih penyakit yang aku derita saat ini. Aku sama sekali tidak mengerti seberapa parah penyakit yang aku derita sampai aku mencoba mencari beberapa informasi di Internet dan aku sangat terkejut akan hal itu. Tidak ada cara lain untuk menyembuhkannya selain dilakukan pembedahan bahkan yang paling sangat menakutkan untukku adalah jika harus dilakukan transplantasi jantung. Aku mencoba menguatkan diriku demi ayahku, aku tidak ingin membuatnya semakin khawatir. Tentu saja aku merahasiakan hal ini pada Hyuk Jae. Hal yang samapun aku minta kepada ayahku dan sahabatku Sunhee. Ayahku sangat terpukul mengetahui kenyataan ini. Ibuku meninggal karena menderita penyakit yang sama sepertiku namun ayah selalu menguatkanku. Demi orang-orang yang aku sayangi di sekitarku, aku mencoba bertahan sampai saat ini.

“Hyewon~ah,, kau baik-baik saja?” Tanya ayahku sambil menggenggam erat tanganku. Aku hanya mengangguk pelan dan tersenyum penuh arti kepadanya. Beberapa menit kemudian seorang perawat memanggilku dan mengantarkanku memasuki ruang pemeriksaan. Selain dilakukan rontgen aku juga menjalani pemeriksaan rekam jantung. Perawat tadi memasangkan beberapa kabel pada tubuhku yang disambungkan menuju beberapa alat yang ada di ruangan ini. Selain tes hari ini aku masih menjalani beberapa tes lagi.

Sekarang aku berada di sebuah ruang perawatan. Ruangan yang berukuran tidak lebih dari kamarku yang berada di Seoul ini memiliki dekorasi yang cantik. Kamar ini di desain tidak seperti kamar Rumah Sakit pada umumnya. Kamar Rumah Sakit yang terasa membosankan dan menakutkan tidak kurasakan disini, mungkin pihak pengelolah Rumah Sakit mencoba memberikan sesuatu yang lain supaya menciptakan suasana yang lebih nyaman dan menyenangkan untuk pasien. Namun bagiku yang dirawat disini tetap saja orang sakit dan siapa yang ingin berlama-lama disini meskipun tempat ini diciptakan menyerupai surga sekalipun. Apalagi di Rumah Sakit ini merawat pasien-pasien penyakit jantung dan penyakit dalam lainnya. Bagiku siapapun yang dirawat disini tinggal menunggu kapan Tuhan mengirimkan malaikatnya untuk menyabut nyawa kami.

“Bagaimana perasaanmu hari ini? Pasti sangat melelahkan menjalani beberapa tes yang harus kau jalani?” Aku mendongak mencari asal suara tadi, ternyata ayahku telah kembali setelah membeli beberapa obat yang diresespkan oleh dokter.

“Annio,,, aku tidak lelah sama sekali ayah.” Ucapku sambil menggelengkan kepalaku. Setelah meletakkan obat di laci yang telah disediakan, ayahku mengambil duduk di samping ranjangku. Kedua tangannya memegang erat tanganku. Aku menatapnya lekat, dia terlihat begitu lelah.

“Kata seorang perawat, keadaanmu membaik. Jika kau bosan berada di kamar, kau bisa jalan-jalan di taman. Katanya lagi taman disini sangat indah dan nyaman.” Aku tersenyum simpul, epertinya aku tertarik mendengarnya. Berada beberapa hari disini dan hanya tinggal di sebuah ruangan sempit membuatku ingin menghirup udara segar diluar.

******                                                              

08.30 a.m at Hospital’s Garden of The University Chiba

Benar sekali apa yang para perawat dan ayahku sarankan. Disinilah aku berada, duduk di sebuah kursi taman Rumah Sakit Universitas Chiba. Sedari tadi aku tak bosan-bosan memandangi taman yang mereka ciptakan khusus di bagian samping gedung utama Rumah Sakit. Beragam bunga penuh warna berada disini. Rumputnya yang begitu hijau dan lembut membuatku semakin betah disini. Di tengah-tengah taman ada sebuah kolam ikan kecil dan air mancur di dalamnya, aku baru menyadari bibirku mengulas senyum sedari tadi dan tak henti-hentinya memandangi pemandangan di depanku dengan kagum.

Aku berniat mengelilingi beberapa sudut taman ini namun langkahku terhenti saat kulihat seorang gadis kecil sedang berlari-lari kecil di sekitar taman. Umurnya kurang lebih sekitar delapan tahun, dia memakai seragam pasien Rumah Sakit sama seperti yang aku kenakan. Aku mencoba mendekatinya, dia berhenti berlari saat aku berada di dekatnya. Dia menatapku heran, mengerutkan keningnya dan menatapku sedikit menyelidik. Aku tersenyum kepadanya dan diapun membalas senyumanku. Senyumannya begitu manis, dia seorang gadis yang lucu dan cantik. Aku mencubit kedua pipinya karena aku tak tahan melihat pipinya yang begitu Chubby.

“Aaaaakk,,, onnie appayooo.” Rengeknya padaku. Aku hanya tertawa melihat ekspresinya. Aku senang ternyata dia bisa berbahasa korea dan aku rasa dia berasal dari korea juga.

“Onnie siapa? Apakah onnie juga sakit sepertiku sehingga kau sekarang berada disini. Onnie dari korea?” Tanyanya panjang lebar kepadaku. Sejenak aku miris mendengar pertanyaannya, mengingat kembali sakit apa yang aku derita saat ini dan mengetahui kenyataan bahwa gadis sekecil ini menderita penyakit yang sama denganku.

“Hai gadis kecil, panggil saja aku Hyewon onnie. Lalu siapa namamu,?” Tanyaku kepadanya. Dia hanya menatapku tanpa dosa, tatapan khas seorang anak-anak.

“Emmm, namaku Young Hee.” Senyum manisnya tersungging dibibirnya saat menjawab pertanyaanku. Aku mengelus lembut rambutnya yang hitam pekat, pipinya yang bersemu merah membuatku lagi-lagi tak tahan untuk mencubit kedua pipinya alhasil dia merengek kesakitan namun aku hanya tertawa melihatnya.

“Aaahh,, dokter Hae.....!!!” Pekiknya pelan, ucapannya tidak jelas. Aku berhenti mencubitnya, beralih menoleh ke arah belakang dan menyadari bahwa seseorang telah berdiri disana. Aku beranjak berdiri berada dibelakang Young Hee meletakkan kedua tanganku di pundaknya. Aku memperhatikan pria yang dipanggil dokter Hae oleh Young Hee tadi. Aku rasa umurnya tidak jauh berbeda dengan Hyuk Jae atau sedikit lebih muda. Wajahnya tampan, garis wajahnya yang jelas membuatnya terlihat berkharisma. Kaca mata yang dipakainya membuatnya terlihat lebih dewasa. Lee Donghae, aku membaca nama yang tertera di papan nama yang dia sematkan di jas putihnya. Dia tersenyum kepada kami, tangannya berada di balik kedua saku jas Lab putih yang dipakainya. Kemudian dia sedikit menunduk membuat tinggi tubuhnya sejajar dengan Young Hee.

“Maaf,, Young Hee~ya aku mengganggu waktu bermainmu. Tapi kau harus meminum obat dan menjalani sedikit pemeriksaan. Kau boleh melanjutkan bermain lagi di dalam ruangan nanti.” Ucapnya lembut sambil selalu tersenyum saat berbicara pada young hee. Aku sedikit terpana oleh senyumannya dan caranya berbicara dengan anak kecil. Ya Tuhan apa yang sedang kau pikirkan Hyewon, ucapku dalam hati.

“Aku baru saja bertemu dengan seorang onnie, aku masih ingin bermain dengannya.” Ujarnya merajuk, lagi-lagi dokter Hae itu tersenyum.

“Kau harus mengikuti kata-kata dokter Young Hee~ya, aku janji lain kali pasti akan aku temani bermain, jadi kau harus minum obatmu supaya kau sehat dan bisa bermain lagi dengan onnie. Arraaa,,,,!!!” Ucapku mencoba membujuknya. Kulihat dia hanya mengerucutkan bibirnya namun tetap saja beranjak medekati dokter Hae tadi.

“Emmm,,,baiklah. Anyeong onnie....!!!” Ucapnya sambil melambaikan tangannya kepadaku dan akupun melakukan hal yang sama kepadanya. Aku masih memandangi langkah mereka pergi namun sesaat kemudia dokter itu menoleh kearahku.

“Gomawoo.....!!!” Ucapnya tanpa bersuara, aku bisa menangkap dari bahas bibirnya dan akupun membalasnya dengan senyuman penuh arti.

**** TBC ****

Heart BeatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang