The Beginning (1)

304 9 13
                                    

April 2015..
.
.

Gunung Dempo mempunyai ketinggian Top 3159 MDPL yang terletak di Kota Pagar Alam, Sumatra Selatan.
Aku mendaki Dempo bersama 8 orang teman laki-laki dan seorang perempuan yg tidak lain adalah kakak perempuan kandung ku, panggil saja Hesty yg tentunya ia tidak mau ketinggalan momen berkesan ini yg sudah lebih dulu menawarkan diri untuk ikut di pendakian perdana ini.

Pada saat itu kakak ku masih berstatus sebagai Mahasiswa di Universitas PGRI Palembang, Fakultas FKIP Akuntansi, semester 4.

Sedangkan aku masih dengan seragam Putih Abu-abu. Yah jelas sekali aku masih duduk di Bangku SMA, kelas 11, Jurusan IPA.

Dan teman-teman mendaki juga sama dengan ku, masih duduk di Bangku SMA. Hanya saja ada yg berbeda kelas, berbeda tingkatan bahkan ada yg berbeda sekolah. Rahmat, Bayu dan Jun lah yg satu sekolah dengan ku.

"Wi, April nanti ikut kami yok," ajak Rahmat padaku yg saat itu sedang duduk di kantin sekolah.

"Kemana ?", jawabku ingin tau sambil berjalan mendekati Rahmat dan kawan-kawan.

"Kami ada rencana mau muncak ke Gunung Dempo", sahut Bayu yg saat itu lagi asyik makan gorengan.

Aku diam, tidak merespon ajakan mereka dengan cepat, karena aku masih terbayang-bayang dengan bahayanya mendaki gunung bagi wanita.

"Plaaakk!", Jun menyadarkan aku dari lamunan yg tidak aku sengaja sambil menepuk punggung ku dari belakang.

"Aa..yyaamm!" spontan mulutku berkata karena merasa kaget. Lalu mereka tertawa seperti merasa tak bersalah dengan ku.

"Sudahlah, jangan banyak mikir, biar pengalaman mu bertambah dan biar kamu jadi anak yg kuat", kata Rahmat sambil ketawa seperti ingin mengejek agar aku tertantang.

"Oke deh, trus apa yg harus aku persiapkan biar nanti bisa cari perlengkapan ?", tanya ku ingin tau ke mereka.

"Mulai hari ini kamu harus jogging wi, trus jaga kesehatan, pola makan juga di atur. Kalau untuk perlengkapan kamu cuma harus siapkan untuk perlengkapan kamu pribadi, contohnya jaket yg tebal, sepatu trecking, sleeping bag, matras, obat-obatan, pakaian serap keringat + yg bisa nahan dingin, jas hujan, dan kayak nya itu cukup. Nanti yg lain biar kami yg cari", jelas Rahmat yg sudah di anggap sebagai Leader.

Karena pada saat itu, di antara yg lain hanya Rahmat yg sudah pernah naik turun gunung.

"Oke bos, siap laksanakan!", jawabku dengan tegas seperti seorang prajurit yg siap ketika di perintah..

Di rumah aku tengah sibuk mempersiapkan perlengkapan yg harus aku bawa agar tidak ada yg kurang ketika di perlukan, sambil memikirkan alasan apa yg harus aku katakan pada orang tua ku di desa dan pada uwak ku (uwak = kakak kandung ibu/ayah, dalam bahasa Prabumulih). Karena pada saat SMA aku tidak tinggal dengan orang tua ku, melainkan tinggal bersama uwak, yg di angkat sebagai waliku pada saat itu.

"Wak, hari sabtu aku izin pergi ke Pagar Alam, mau liburan sama teman-teman SMA", ungkap ku ke pada uwak sambil gemetar karena takut tak di izinkan.

"Lah, bukannya kamu harus sekolah ? Sabtu kan nggak libur Mon", jawab uwak seperti tau maksud hati ku ingin meliburkan diri.

"Iya wak, nggak libur, aku sama teman-teman sengaja ngambil izin hari sabtu biar minggu nya bisa pulang dan senin bisa masuk sekolah lagi", sangkal ku tidak mau kalah.

"Mama sama papa udah tau belum ?", tanya uwak padaku.

"Kemarin sih sempat cerita sm mama kalau nanti mau liburan ke pagaralam sama teman-teman, dan aku juga ngajak yuk hesty kok wak biar ada yg jaga sekaligus biar keluarga percaya kalau aku nggak bakal macem-macem", jelasku dengan nada penuh keyakinan bahwa uwak akan mengizinkan.

Pengalaman PertamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang