Satu

94 52 45
                                    


"Errreeeeeeeelllllllll....”

Teriakan si bapak yang menggetarkan SMA TARKA dengan formasi si bapak kedua tangannya dipinggang dan alisnya bagaikan ruming (rumah miring).

“Anda dengar bapak tidak??"

Dengan mengeluarkan tenaga supernya itu, untung tuh si bapak kaga kumat darah tingginya kalau gak udah stroke di depan kelas  XI IPA 1 kali.

"Yaelah pak tomat  ngapain sih, gaje banget, demen banget tuh si bapak malu-malu in gue di depan kelas"

Sambil membuka sebelah headset nya di telinga sebelah kiri.

"Iya pak?? Betewe nama saya  E.Y.R.L, bukan eeereell"

Ujar eyrl dengan gaya cueknya  sehingga membuat dahinya berkerut, tatapan yang tajam, dan otaknya yang sedikit memanas. eyrl kesal kenapa tidak ada seorangpun yang memanggil namanya dengan benar. Padahalkan hanya satu kata dan itupun terdiri dari empat huruf.

"Ya itu maksud saya, Kamu di sini mau apa??"

Tanggap si bapak terhadapnya seperti seseorang yang tidak memiliki rasa bersalah.
Suara si bapak yang mulai turun level tapinya belum membuat amarah si bapak mereda. Wajahnya bagaikan tomat yang matang sesuai dengan panggilan Eyrl ke bapak itu, TOMAT a.k.a Tommy Matrus.

“Hehehe... ya belajar lah pak, masa main musik.”

Watadosnya sambil membuat tangan eyrl reflex ingin  mengaruk-garuk kepala yang dikuncir seperti buntut kuda itu serta bola matanya yang mulai tertutup oleh kelopak matanya yang mungil.

"Hahahah...."

Suara tertawaan yang berasal dari kelas eyrl tersebut mulai membuat riuh suasana belajarnya karena  kejujuran Eyrl di dalamnya. Sehingga membuat pak Tomi hilang kesabaran atas ulahnya. Namun pak Tomi tidak bisa memberikan hukuman seperti biasa karena semua itu percuma, Eyrl tidak akan kapok dengan hukuman tersebut. Eyrl hanya di beri hukuman untuk menyelesaikan semua tugas-tugasnya bersama ketiga temannya di perpus.

“Woy man, ngapain Lo disitu?? Kerjain tuh tugas Lo!!“

Ujar Al si gitaris tampan yang mencoba meledek eyrl karena akhirnya mereka bisa sama-sama untuk dihukum kembali. Tidak hanya itu saja sebenarnya memang Al memiliki sifat care paling tinggi dibandingkan dua sahabat Eyrl lainnya.

“Santai Bray, nanti selesai kok tuh tugas”

Eyrl masih juga sibuk memetik gitarnya senar per senar dan beranggapan bakalan ada pangeran yang bakal ngerjain semua tumpukan tugasnya itu.

“Simpan dulu kaga tuh gitar Lo, kalo enggak....”

Ancamannya sambil membolak balikkan mata sipitnya dan mencoba untuk melotot.
Sebenarnya Al paling gak bisa bersikap seperti itu kepada eyrl tetapi ancamannya tetap saja tidak berefek apa-apa.
Bagaimana bisa berefek, sedangkan telingan eyrl saja di tutup rapat-rapat oleh headset nya

"Lo denger gue gak sih???

Amarahnya yang semakin meledak. Dan wajahnya yang memerah. Dia sudah tidak bisa menahan, tetapi dia tidak ingin hal-hal buruk terjadi kepadanya.

Et dah, iya gue denger. Lagian gue gak budek kali. 

"Kalo gak apa????” 

Nyolotnya tanpa ada rasa takut atas ancaman Al, mencoba untuk  membalas tatapan tajamnya, yang sebenarnya sih dia sangat takut melihat amarah Al yang bakalan meledak itu. Tetapi dengan keegoisannya itu dia beranikan.

“Serah Lo lah, gue cabut.”

Al pergi meninggalkan gengnya. Mencari angin agar meredakan amarahnya serta otaknya yang lagi terserang si jago merah, gara-gara Eyrl. 

G3 TwinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang