sadarlah

371 11 4
                                    

Masih dengan seragam sekolahku,aku duduk didekatnya ,tepat disamping ranjangnya,aku selalu memegang tangannya selagi aku terus berdoa untuknya,meski banyak pertanyaan yang ingin aku katakan,tpi aku akan tahan sampai kau benar benar menceritakannya

Tangisku sudah mengering,saat mendengar bahwa rendi baik baik saja,tapi aku masih tetap khawatir karna ia tak kunjung sadar setelah hampir berjam jam

Sekarang jam 7 malam,perutku belum terasa lapar,karna mungkin sebelum rendi pingsan aku memakan wafel yang ia belikan

Aku terus menatap wajahnya yang sekarang menjadi putih pucat,bibirnya mengering,dan matanya yang masih terpejam membuatku ingat kejadian tadi dimana ia merasa kesakitan namun aku tak bisa berbuat apa apa

Beberapa waktu sekali perawat selalu mengunjungi,untuk memeriksa keadaan rendi

"Rend,bangun dong,aku kangen kamu,emang sih baru tadi kamu tidur,tapi aku sekarang lagi kangen sama kamu,bangun dong"-aku

Aku tahu dia belum sadar,tapi rasanya,aku tak kuasa ingin selalu berbicara padanya,menanyakan semua yang ada diotaku ini

Aku mencari ponselku,untuk memberitahu ayah juga ibuku,bahwa mungkin aku tak pulang malam ini,untuk menjaga rendi

Setelah aku mengabari ayahku dan ibuku,mereka meminta bang dimas untuk menemaniku,aku memang sudah menolaknya,tapi katanya,aku juga harus ganti baju.

Tak berapa lama bang dimas datang membawa tas yang mungkin itu bajuku

"Itu baju aku abang yang masukin ke tas apa ibu?"-aku
"Ya ibulah masa gw,gw kan cowo,ntar gue geli sendiri liat daleman"bang dimas
"Halah geli geli,tapi sering baca majalah dewasa,tapi syukur sih kalo ibu yang masukin,ntar gara gara geli,abang cuma bawain baju sama celana aku doang"-aku
"Gue gak pernah baca majalah dewasa kali"-bang dimas
"Emangnya aku gak tau,yang abang umpetin dikardus dikolong kasur"-aku
"Wah lo ngobrak abrik kamar gue ya lo"-bang dimas
"Ya orang lagi bersihin kamar bang dimas ehhh nemu itu,ya aku liat tapi gak sampe liat dalemnya sih,cuma covernya aja hehe"-aku
"Gak usah ketawa lu pea,awas aja lu bilang ke ayah sama ibu"-bang dimas

"Ka--lian kenapa---ribut hh disini sih"

Aku kaget denger seseorang ngomong selain bang dimas,yang awalnya aku berdiri ngambil tas ke bang dimas,jadi duduk seperti semula lagi di kasur rendi
Dia sadar
Tak ada yang bisa aku ungkapin lagi selain rasa bahagia ini

"K--kamu udah sadar rend??"aku
"Ya keliatan nya gimana?"-rendi dengan suara lembut namun auka nyeletuk

"Bang panggilin dokter dong bang,cepetan!,bang jangan berdiri aja,cepetan"-aku
"Iya iya yaelah lu lebay banget,iya gue panggilin"-bang dimas

Bang dimas pergi keluar ruangan untuk memanggil dokter

"Nanti adimas marah loh sama kamu,nyuruh nyuruh dia"-rendi
"Ish gak papa sekali sekali mah"-aku
"Kamu kok nangis sih"-rendi
"Hah??"-aku

Aku memeriksa pipiku yang memang ternyata air mataku jatuh dari tadi,tapi aku gak sadar,aku yakin ini bukan tangisan sedih,tapi tangisan aku bahagia karna rwndi udah sadar

Dia memegang pipiku dan mengusap air mata yang jelas jelas udah gak ada karna aku usap

"Kamu gak usah khawatir,aku gak papa kok,aku tau ada banyak hal yang ingin kamu tanyain,tapi tahan dulu yah,aku belum siap jelasin"-rendi
"Iya rend,aku tahu,yang terpenting kamu sembuh dulu yah"-aku
"Aku juga gak tau aku bisa sembuh atau nggak,kepalaku semakin hari semakin sakit,aku udah pasrah"-rendi
"Gak!! kamu gak boleh pasrah! Aku gak mau kamu ninggalin aku lagi,aku gak mau kamu pergi lagi,pliss kamu bertahan yah,demi aku"-aku
"Aku akan berusaha sebisa aku ta"-rendi

Aku Kau dan Dia ||end√√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang