Jika kamu tak punya waktu untuk itu.
Aku akan meminjamkan milikku.
Karena sejak kamu pergi, aku punya banyak waktu.
Waktu untuk memikirkanmu...***
Hyunjin POVApa kamu pikir menyenangkan melakukan hal yang sama setiap hari? Tapi, baru-baru ini aku sangat senang melakukannya.
Setiap hari aku menjalani hari yang cukup melelahkan. Bangun pagi hari, latihan lalu berangkat sekolah, pulang, lalu latihan dan latihan lagi. Jujur aku mulai jenuh dengan hal ini. Sama seperti anak-anak lain, aku pun berangkat dan pulang sekolah juga menggunakan bus.
Naik bus adalah salah satu kebiasaanku. Kebiasaanku yang lain adalah memakai headset untuk mendengarkan musik, hampir dimanapun aku berada. Tentu saja didalam bus. Jika tidak menggunakannya, aku biasa menggantikannya dengan buku. Sudah beberapa saat, aku mulai membaca buku.
Sama seperti sore ini. Aku pulang sekolah sedang dalam perjalanan ke gedung agency ku.
Untuk apa aku kesana? Tentu saja untuk latihan. Aku adalah trainee di salah satu agency musik besar di Korea.
Dan,..
Mataku menangkap sesuatu, seorang gadis masuk ke dalam bus yang aku naiki. Di tangan kanannya membawa banyak sekali buku, sedangkan tangan lainnya menenteng tas plastik yang lumayan besar. Dia pasti kerepotan sekali membawanya. Matanya terlihat kebingungan.
Kenapa ya?
Aku jadi penasaran. Aku pun menoleh ke arah belakang, tidak ada tempat duduk kosong untuknya. Setelah menutup buku yang sedari tadi kubaca, aku pun berdiri dan mempersilakan dia duduk di kursiku. Karena dia pasti tidak bisa berdiri dengan banyak bawaan seperti itu.
"Gamsahamnida (terima kasih)." Dia tersenyum padaku lalu duduk.
Oh My God. Senyumnya... Yeopo (Cantik)
Aku membalas sekilas senyumannya. Lalu buru-buru memalingkan muka kemudian memasang headset ditelingaku. Aku yakin wajahku pasti memerah karena senyuman gadis ini.
Tanpa sengaja aku melihat kearahnya. Gadis itu tengah memakai headset dan membaca buku dengan satu tangan dan tangan yang lain membuka sebuah bungkus coklat. Dia multitasking ternyata.
Semakin lama aku memandangnya, dia terlihat semakin menarik. Rambutnya yang panjang dan sedikit bergelombang berwarna coklat tua. Bulu matanya yang lentik dan wajahnya terlihat natural sekali. Tidak seperti teman-temanku yang bahkan sudah menggunakan make up.
Rasanya aku bisa menghabiskan waktu untuk memandanginya seharian.
Beberapa saat kemudian, dia turun dan aku kembali duduk di tempat dudukku semula. Sebelum melewatiku, dia sempat tersenyum dan mengucapkan terimakasih sekali lagi. Entah dari mana, sudah ada cokelat dipangkuanku.
Punya siapa ya ini?
Kok kayak pernah lihat.
Eh, ini sama dengan coklat yang tadi dimakan gadis itu. Apa ini ketinggalan atau dia sengaja meninggalkannya untukku?Perasaanku mendadak hangat. Aku tersenyum sendiri memikirkannya.
***
Selama beberapa hari kedepan aku selalu bertemu gadis itu lagi. Tapi dia sudah mendapatkan tempat duduk sehingga aku tidak perlu memberikan tempat dudukku lagi. Tentu saja kami tidak saling bertegur sapa. Karena tidak saling kenal. Dia juga sepertinya tidak mengingatku.
Gadis seperti dia, pasti banyak laki-laki yang dengan senang hati memberikan tempat duduk padanya. Jelas saja dia tidak mengingatku. Tapi apakah dia juga selalu memberikan sesuatu seperti coklat untuk berterimakasih. Apa hanya denganku? Atau pada saat itu kebetulan saja dia membawa coklat lebih.
Arghhh untuk apa kupikirkan?
***
Hari ini aku tidak naik bus dari dekat sekolahku. Karena ada urusan, aku naik beberapa halte setelahnya.
Ketika aku mendapatkan bus, dan menaikinya, kudapati hanya ada satu kursi yang kosong. Di sebelah seorang gadis.
Eh gadis?
Gadis itu.
Mimpi apa semalam, hingga kali ini aku bisa duduk disebelahnya. Tidak hanya memandanginya saja dari jauh.Aku pun duduk disebelahnya. Bau tidak asing menerpa indra penciumanku. Bau buah-buahan. Yak strawberry. Dan sumbernya berasal dari sebelahku. Sepertinya rambutnya memakai shampo strawberry.
Sangat enak menghirupnya.
Aku meliriknya, dan mataku otomatis menscan kehadirannya. Dia memakai kemeja krem dan celana jins serta sepatu converse hitam.
Ah sepatunya sama denganku.
Dan tentu saja hari ini dia tetap terlihat menarik. Aku pun mempertimbangkan apakah akan mengajaknya bicara atau tidak. Bukannya ini kesempatanku. Aku bisa mengenalnya. Tidak hanya melihatnya saja. Seperti selama ini.
"Arghhh."
Aku mendengar rintihannya. Dan kudapati dia tengah memegangi perutnya. Dengan memejamkan mata dia meremas kuat kemeja di bagian perutnya
Ada apa dengannya? Aku mulai khawatir.
Sepertinya sangat sakit."Permisi, apa anda baik-baik saja." Aku memberanikan diri berbicara padanya.
"Gwencana." Dia menjawab tanpa membuka mata.
Kulihat tangannya meremas makin kuat kemejanya.
Aduh dia kenapa ya?
Apa dia sedang datang bulan ya? Biasanya eomma juga merasa sakit ketika itu tiba.
Atau maag?
Atau dia ingin kekamar mandi.
Ah tidak. Dia terlihat ingin menangis. Pasti sangat sakit.Aku mengambil botol air mineral punyaku dari dalam tas. Sebelum memberikannya, aku membuka segelnya. Kemudian menepuk pundaknya pelan.
"Permisi, minumlah ini agar rasa sakitnya berkurang."
Dia akhirnya membuka matanya dan menoleh ke arahku.
"Gamsahamnida." Dia menerimanya dengan tersenyum lemah. Lalu meneguk pelan air minum itu dengan tangan kiri merogoh isi tasnya. Entah mencari apa.
Mungkin dia mencari obatnya.
"Biar aku yang pegang." Aku menawarkan bantuan padanya.
"Gamsahamnida." Dia berterimakasih lagi. Sudah berapa kali dia mengucapkan kata itu. Hanya kata itu. Lama-lama aku menginginkan rekaman ucapan kata itu untuk ringtone ponselku.
Dia masih saja mengaduk-aduk isi tasnya. Tapi sepertinya barang yang dicarinya tidak ketemu.
Dia menghela nafas.
"Mencari apa?" tanyaku pelan.
"Obat. Dan aku tidak menemukannya. Padahal aku harus meminumnya, jika tidak aku bisa pingsan," katanya seraya kembali memejamkan mata.
Dia memang sakit ternyata. Dan pingsan katanya?
"Didekat sini ada rumah sakit, akan kuantar anda kesana. Untuk berjaga-jaga barangkali anda pingsan dijalan." Aku menawarkan bantuannya.
Lalu tanpa menunggu jawabannya, aku berdiri dan mengulurkan tangan padanya untuk membantunya berdiri. Dan dia menerima uluran tanganku. Aku memegang tangannya yang terasa dingin. Tanpa memerdulikan banyak pasang mata yang melihat kami turun. Mungkin mereka mengira kami berpacaran.
Aishh ngapain sih aku malah mikirin itu.
Aku memandang wajah gadis ini yang sekarang tengah memejamkan mata. Dia melangkah tanpa membuka mata. Seakan mempercayakan langkahnya padaku.
Aku cukup senang akan hal itu.
Ketika sampai di depan pintu masuk rumah sakit. Tiba-tiba pegangan tangannya melemas. Dan untung saja aku merespon tepat waktu. Sehingga mencegahnya agar tidak jatuh ke lantai karena pingsan. lalu mengendongnya dan membawanya ke UGD.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Day with My Noona (Hwang Hyunjin)
Fiksi PenggemarDia datang, pergi lalu kembali ke dalam kehidupanku. Jika kamu tak punya waktu untukku. Aku akan meminjamkan milikku. Karena sejak kamu pergi, aku punya begitu banyak waktu. Hanya untuk memikirkanmu. Maka dari itu, sehari saja berikan waktumu untuk...