Bagian 16

16 1 0
                                    

  Aku melihat motor milik Almert terparkir didepan rumahku. Aku sempat mengeryitkan kening karena bingung. Tapi sesaat kemudian aku bergerak melangkah kedalam rumah.

"Assalamualaikum... ".tak ada jawaban.

  Aku menemukan Almert tengah duduk santai disofa, dia ditemani Aiza juga oma. Ada gelakan tawa disana, oma sampai tertawa tidak bersuara saking lepasnya tertawa. Entah apa yang mereka bahas, tapi aku benar benar penasaran.

"ekhemm".

Deheman dariku membuat penghuni rumah terhenyak kaget. Mereka serempak menatapku.

  "Kalo masuk rumah itu ucapkan salam dong Resha ".Ucap oma.

"udah oma, tapi yang ada dirumah gak jawab ".ucapku mengejek.

"oh ya?, maaf gak denger kak "cicit Aiza.

Aku tidak menggubrisnya, jujur aku masih kesal pada Almert, aku tidak ingin menyapanya. Sungguh.

"kenapa baru nyampe sha?, jalan kaki? ".

  Oh benarkah ? Dia bertanya hal itu? Apa dia tidak menyadari kesalahannya? Keterlaluan!!

"Aku nunggu kamu kali, tapi kamu gak nongol nongol, ya udah aku naik angkutan umum ".cibirku kesal.

"hah? Kamu nunggu?".tanyanya seperti kaget.

"iyalah aku nunggu, orang kamu juga yang ngajak jalan ".ujarku dengan nada yang sangat sinis.

"Hahaha, aku itu ngajak kamu jalan sore ini, bukan ngajak pulang bareng, lagian tadi kamu bilang sendirikan kalo aku pulang lebih awal, jadi kenapa kamu nunggu aku ".Ucapnya dengan tertawa lepas.

Oma dan Aiza juga kompak menertawakanku. Sebodoh itukah aku?. Lalu kemarahanku ini ternyata tidak beralasan, aku malu.Ingin rasanya aku tertawa, menertawakan sikapku yang sejak tadi uring uringan takaruan. Tapi aku menahannya, mana mungkin aku akan menertawakan diriku sendiri dan mengakui kebodohanku disini.

"tadi katanya mau nunggu? "elakku.

"emang aku ngomong mau nunggu kamu dikampus?, enggak deh kayaknya ". Dia kembali tertawa.

"ya udahlah, aku yang salah ".ketusku. Padahal jauh dilubuk hatiku saat ini aku tengah menertawakan kelabilanku.

Aku pergi kekamar dengan sedikit tertawa kecil. Ternyata aku belum memahami setiap perkataan dari Almert, sepertinya ini teguran untukku, supaya tidak lagi mengambil keputusan tanpa mengobservasinya terlebih dahulu.

  Aku kembali kebawah setelah selesai mandi. Aku sengaja tidak berpakaian rapi, aku hanya mengenakan kaos rumahan yang biasa aku pakai dihari libur, aku akan membalas perlakuan Almert padaku, aku tidak akan mau diajak pergi sore ini.

"Kok belum siap sha?, itu nak Rey nunggu dari tadi loh ".Suara oma seperti mengintimidasiku.

"acaranya jadi malam oma, katanya Faresha lagi capek ".

   Perkataannya membuatku nyaris tercengang, dia berhasil membuat rencanaku gagal, rencana membalas perlakuannya.Sepertinya dia mengerti bahasa tubuhku. Dia hanya tersenyum penuh kemenangan padaku.

"Oh gitu, ya udah nak Rey disini aja dulu, kita makan dulu ya? "ajak oma.

"iya oma, makasih ".katanya memberi persetujuan.

  Aku hanya menggeram sejenak, memandangnya sekilas dan mencoba menormalkan raut wajahku yang sudah sangat malu karena kalah. Almert hanya melemparkan senyuman dan berjalan mendekati oma.

"ishhhh... "umpatku.

"malam ini kita jalan oke? "ajaknya antusias.

  Aku hanya mengangguk mengiyakan. Walaupun aku sedikit kesal karena selalu kalah dan salah, tapi hatiku tetap merasa bahagia. Entah apa yang membuatku mengulur waktu,untuk menjawab ajakan dan menanggapi pengakuan dari Almert rasanya lidahnya kelu sekali. Padahal aku tau pasti bahwa hatiku sebenarnya sangat bahagia bila bersama dengannya.

MetamorfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang