Penjelasan

1.3K 45 0
                                    

Sekarang aku sudah berada diluar ruangan ibunya Salman, kepalaku sakit karena mengingat ucapan-ucapan yang diucapkan oleh ibunya Salman.

Ibu kangen kamu Nay

Ibu berharap kamu mau kembali lagi dengan Aryan

Dua tahun yang lalu memang Aryan itu sudah melukai hatimu

Dan ibu juga tau, sampai saat ini pun kamu masih merasakan sakitnya

Ibu minta maaf atas nama Aryan

Aaaarrgghhh! Semuanya berada dipikiranku, semuanya berputar mengelilingi pikiranku. Haruskah aku bersedia kembali lagi dengan Salman? Tapi, mana bisa. Semakin dekat dengannya aku semakin merasa sakit, aku semakin terbayang-bayang atas apa yang sudah dia lakukan. Sudahlah, sebaiknya aku pulang, ternyata tidak baik lama-lama diam disini.

Pukul 16.00, huh ternyata aku terlalu lama dan tak sadar akan waktu, aku cepat-cepat berjalan keluar. Tibanya diparkiran aku mencari-cari dimana tadi aku menyimpan motor, ah sial! Aku lupa! Ku telusuri halaman Rumah Sakit dan ternyata tidak ada, aku mengernyitkan dahi tanda tak mengerti. Bagaimana motor bisa hilang diparkiran Rumah Sakit? Apakah disini pengawasannya kurang ketat? Ah lebih baik aku bertanya saja pada security.

"Selamat sore, Pak" ucapku.

"Eh, sore mbak. Ada yang bisa saya bantu?"

"Saya kehilangan motor pak"

"Motor? Hilang? Bagaimana bisa, coba mbak sebutkan ciri-ciri motor mbak itu seperti apa"

"Tidak ada ciri-ciri khusus sih, karena saya tidak pernah memodifikasi motor saya"

"Eumm, plat nomor nya mbak ingat?"

"Ingat. Z 4683 FF"

"Baiklah, nanti akan coba saya cari. Kalau tetap tidak ketemu nanti saya akan lapor polisi saja. Maafkan saya yang teledor dalam menjaga"

"Terimakasih atas bantuannya Pak, saya mau pulang dulu, mau mandi, kalau ketemu Bapak bisa hubungi nomor saya, ini" akupun akhirnya pulang naik taksi, diperjalanan aku tidak bisa untuk tidak melamun, omongan-omongan ibunya Salman sangat melekat sekali dalam pikiranku, belum lagi nasib motor ku yang hilang.

Drrtt .. Drrtt ..

Aku melihat layar ponselku, panggilan dari Salman. Aku mengangkat telponnya.

"Hallo Naya, kamu dimana?" tanya Salman.

"Di jalan, mau pulang"

"Loh ko gak bilang"

"Memang kamu siapa aku?"

"Eu-em, yasudah lah hati-hati dijalan ya"

Klik-

Panggilan ditutup. Aku menyimpan ponselku lagi, 10 menit lagi aku akan sampai dirumah. Ah aku sudah tidak tahan dengan kondisi badanku yang lengket, sesampainya dirumah aku harus segera mandi biar badanku segar lagi.

"Ini Pak, terimakasih ya" ucapku sambil memberikan uang kepada supir taksi.

"Iya neng, sama-sama".

Aku segera masuk kerumah dan langsung mandi, ah segar rasanya. Aku hanya memakai baju santai dan berjalan ke arah dapur untuk membuat coklat panas kesukaan ku. Dan disini lah aku sekarang, dibalkon kamar sambil menikmati sang surya yang sebentar lagi akan tenggelam menggantikan siang menjadi malam.

"NAYA!" aku tersentak kaget dan untung saja gelas yang ada ditanganku tidak jatuh, aku menengok ke bawah, ternyata Salman. Ah mau apalagi dia ini, tidak tau kah bahwa aku cape sekali.

MANTANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang