Kehilangan

626 68 52
                                    

🍂🍂🍂

Mencintaimu, sama saja membunuhku secara perlahan.
Tapi melupakanmu, sama saja membunuhku dalam sekejap.

Katakan!
Apa yang harus ku lakukan?

🍂🍂🍂

Yesterday

Levi terkejut saat melihat kehadiran Mikasa. Merutuki kebodohannya yang tak mengejar Mikasa saat wanita itu memergokinya berselingkuh. Masih Levi ingat bagaimana raut terkejut dan kecewa yang ditampilkan Mikasa saat itu. Entah berapa dalam luka yang lagi-lagi ia torehkan di hati wanita yang dicintainya itu.

Bodoh.

Berengsek.

Bajingan.

Levi mengakuinya. Ia pantas mendapat gelar itu karena telah membuat wanita yang seharusnya ia bahagiakan, menangis meraung-raung. Pukulan Hanji yang hanya membuat ujung bibirnya sobek sama sekali tak setimpal dengan apa yang ia lakukan.

Levi takut. Takut jika Mikasa membencinya. Padahal tanpa bertanya pun siapapun tahu jika Mikasa akan membencinya. Maka dari itu Levi tak pulang. Ia ingin memberi waktu Mikasa untuk tenang, sekaligus ketakutan menatap wajah terluka Mikasa. Tapi sayang, apa yang Levi rencanakan malah menambah masalah. Mikasa menunggunya kembali. Menunggu hingga fajar tiba penjelasan Levi. Tapi Levi malah memilih jalan yang berbeda. Tak ada yang salah, hanya saja mungkin Mikasa benar. Cinta Levi padanya tak sebesar dulu lagi.

Sekitar pukul 10 pagi Levi keluar dari hotel tempatnya menginap karena takut pulang. Ajakan Petra yang menawarkan apartemennya di tolak mentah-mentah. Mobil Sport metalik hitam itu melaju membelah kawasan Ibukota menuju sebuah perumahan di mana mansion besar Ackerman berada.

Namun sesampainya di rumah itu, Levi tak menemukan siapapun. Sepi sekali. Ia tau jika Richard pasti masih sekolah. Tapi Mikasa juga tak ada. Walaupun ia tahu jika bisa saja Mikasa bekerja, firasatnya mengatakan hal lain. Buru-buru ia berlari menuju kamarnya.

Nihil.

Meja rias yang biasa dipenuhi oleh make-up Mikasa kini kosong. Hanya tinggal jam tangannya saja yang berada di sana. Levi pusing. Kakinya ia bawa melangkah menuju lemari pakaian dan tak menemukan satupun pakaian Mikasa di sana.

Brukk

Levi jatuh terduduk. Sedetik kemudian ia berdiri lalu melangkahkan kakinya menuju kolam renang. Tidak, ia tak mau bunuh diri. Lagipula Tuhan pasti enggan menerimanya. Neraka pun masih lebih baik bagi pria berengsek sepertinya. Levi mendudukkan bokongnya di tepian kolam renang. Sensasi dingin langsung menyapanya saat kakinya ia letakkan di air. Levi memijat pelipisnya yang pening, entah kenapa kilas balik dimulai, dan tak ada lagi yang Levi sesali selain kepergian Mikasa-nya. Padahal dulu ia harus berlomba-lomba dahulu mendapatkan hati Mikasa sang Primadona. Tapi kenapa ia melakukan ini setelah mendapatkannya, Levi pun tak tahu.

Brakk

Levi berjengit kaget, sadar dari lamunannya ketika mendengar dobrakan pintu yang sangat keras.

"Mikasa!!! Mikasa!!!"

Levi mengernyit bingung. Ia hapal sekali suara cempreng yang mencari-cari istrinya itu. Sedetik kemudian muncul siluet wanita yang menciptakan sobekan di sisi bibir Levi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 31, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Second LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang