1. First Impression

172 8 0
                                    

"Nyaman aja gitu."
~MoccaMatcha

Matcha senantiasa bergelung dengan selimut dan bantalnya tanpa menyadari bahwa mamanya sudah berteriak lebih dari 3 kali untuk membangunkannya. Semalam ia terlalu asik bermain dengan abang-abangnya sampai ia tertidur jam setengah 2 pagi.

Papa dan mamanya tidak melarang karena jarang sekali moment-moment seperti ini tercipta. Gaven yang sibuk dengan kantor papanya dan Given yang biasanya bertugas di luar kota karena telah resmi menjadi pilot, membuat mereka tak urung jarang bersama.

Sampai akhirnya Alfraz masuk ke dalam kamar adik tercintanya dan membangunkannya. Ia tersenyum melihat sang peri kecil tertidur dengan pulasnya. Ia mengusap pipi Matcha lalu menggoyang-goyangkan pelan bahunya.

"Chacaa.. bangun sayang. Sudah pagi, semua orang menunggumu untuk sarapan."

Chaca yang merasa tidurnya terusik pun membuka matanya. Ia tersenyum lalu bangkit dan mencium pipi abang terdinginnya itu.

"Pagi bang Fraz. maaf ya udah buat abang nunggu. Sebenarnya Chaca masih ngantuk sih, tapi nggak papa. Bilangin sama semua 15 menit lagi Chaca siap." Ia terkekeh lalu bergegas ke kamar mandi walaupun masih seperti orang yang sempoyongan.

Alfraz yang melihatnya ikut terkekeh pelan. Betapa menggemaskannya peri kecil keluarga Fernandez itu.

Sesuai dengan apa yang Matcha ucapkan, 15 menit kemudian ia menuruni anak tangga untuk menuju ke meja makan dengan langkah gontai. Ia telah siap menggunakan seragam sekolah. Surainya ia tali menjadi bentuk ponytail semakin membuatnya terlihat lucu.

"Pagi semua." Sapanya lemas dan langsung menundukkan kepalanya di meja makan.

"Pagi juga princess papa. Ngantuk ya sayang ?" Balas Papanya dengan ramah dan terkekeh di akhir kalimatnya.

"Iya ah.. Chaca mah gak asik, baru tidur jam setengah 2 aja udah ngantuk sama lemess." Ejek Kelvin dan dibalas dengan tatapan tajam dari Matcha.

"Maaa paaaa, abang Kelpin Jahaaat." Adunya dramatis.

"Udah - udah.. kalian makan dulu jangan ribut. Cha, makan dulu nanti kalo di sekolah kamu bisa tidur. Untuk urusan gurumu tenang saja, papa yang akan mengurusnya. Papa tau kamu nggak akan bodoh karena tidur sekali."

Papanya mengedipkan sebelah mata lalu disusul gelak tawa dari semua anggota keluarga kecil Fernandez yang dengan hangatnya sarapan bersama.

"Papa emang the best deh." Matcha terkekeh dan mulai makan masakan yang dimasak oleh mamanya sendiri.

"Mentang-mentang pemilik sekolah deh papa ini." Kata Alfariz menimpali.

"Huuuuu iya nih papaa." Gaven yang sedari tadi diam pun akhirnya ikut bersuara.

"Kalian ini. Apasih yang nggak akan dilakukan papamu untuk kebahagiaan putri kecilnya ini ?" Mamanya berujar.

"Iya deh paa. Percayaa kita." Alfraz berbicara dengan nada dingin dan muka datar yang mengundang kekehan dari mereka semua.

Ya, setiap hari, setiap pagi, suasana harmoni selalu tercipta apalagi disaat mereka bisa berkumpul lengkap seperti ini. Gaven dan Given yang mulai bekerja dan mulau mengerti kesibukan pun jarang di rumah. Alfraz dan Alfariz yang mengenam bangku perkuliahan juha disibukkan dengan tugas-tugas mereka. Jadi, saat-saat seperti inilah yang membuat Matcha merasa sangat bahagia walaupun hanya dengan kesederhanaan.

----------------------------------------------------------

Seorang siswa SMA dengan penampilan jauh dari kata Elite berjalan menuju ruang Kepala Sekolah. Ia memakai kacamata nerd dengan rambut yang disisir klimis. Bajunya ia kancing sampai ke atas dan jalannya juga seperti orang gugup. Bisa dikatakan dia adalah siswa baru yang berpenampilan Nerd di sini.

Ia mengetuk pintu dengan hati-hati.

Tok tok tok

"Masuk." Sahut orang di dalam yang ia yakini adalah kepala sekolah.

"Oh kamu murid baru itu ya ? Kamu kelas 10 IPA 1. Mari saya antar." Ia menghembuskan nafas lega. Ia pikir sang Kepala Sekolah akan jahat kepadanya karena penampilannya yang nerd seperti di wattpad yang ia baca, ternyata tidak. Berarti pilihannya untuk bersekolah disini adalah tepat.

Suasana kelas yang memang menyandang gelar unggulan ini mendadak ramai ketika melihat kepsek mereka membawa seorang murid baru dengan penampilan Nerd. Ada yang menghujat, ada yang menerima dengan lapang dada dan juga ada yang tidur tidak mengacuhkan suasana di kelasnya.

"Ayo perkenalkan namamu." Ujar bu Atika yang pada waktu itu tengah mengajar di kelas 10 IPA 1.

"Hai teman-teman. Emm nama saya Mocca Reino A. Biasa dipanggil Reino atau Oka. Senang bertemu kalian." Sapa murid baru itu dengan gugup yang ia buat-buat.

"Baiklah ada yang mau bertanya ?"

"Kenapa nerd sih ?"
"Gua berharapnya tadi cogan loh."
"Iya kok malah bertambah nerd di kelas ini, mentang-mentang unggulan."

Mocca yang mendengar teriakan teman-teman sekelasnya itu menunduk. Tidak salah ia memilih menyamarkan diri.

"Sudah-sudah. Mocca, kamu duduk di samping Matcha ya, dia yang sedang tidur itu. Mohon jangan dibangunkan. Dia anak pemilik sekolah." Bu Atika memelankan dua kalimat terakhirnya agar tidak terdengar oleh siswa lainnya.

"Eh, iya bu terima kasih."

Ia menuju bangku yang terletak paling belakang itu. Ia cukup penasaran dengan sosok di sampingnya. Ia akan mencoba berkenalan nanti kalo sudah bangun.

Mocca terlalu serius dalam mendengarkan penjelasan dari Bu Atika hingga ia tidak sadar bahwa waktu pelajaran kini sudah berakhir. Ketika ia memasukkan buku-bukunya ke dalam tas, ia lagi-lagi menatap sosok perempuan di sampingnya yang sampai saat ini belum bangun dan nampak pulas menikmati tidurnya. Ia memutuskan untuk sabar dan menunggu jika ingin berkenalan dan menjadi temannya.

Mocca mengeluarkan bekal nasi goreng buatan mamanya tercinta. Ia sangat totalitas memainkan perannya sebagai nerd. Ia tidak sadar bahwa bau nikmat nasi gorengnya itu membangunkan gadis disebelahnya.

Matcha yang mencium bau masakan sedap pun membuka matanya. Matanya memicing melihat sosok yang tak pernah ia lihat sebelumnya duduk tenang sambil makan di sampingnya. Ia selama ini selau sendirian jika di kelas, namun jika di kantim ia selalu bersama Kelvin dan teman-teman Kelvin.

"Elo siapa ?" Tanya Matcha.

"Eh maaf ganggu kamu tidur. Aku Mocca Reino, murid baru. Aku harap kamu bisa jadi temen aku." Mocca sebenarnya risih menggunakan bahasa aku-kamu dan sangat kaku seperti ini, namun harus diingat bahwa Mocca, totalitas.

"Eh teman ? Elo mau jadi teman gue ?" Tanya Matcha kaget.

"Kenapa enggak ?" Mocca bingung melihat respon Matcha.

"Gini, karena gua anak pemilik sekolah dan emang guanya sendiri yang nggak mau bergaul, jadi gua nggak punya temen. Alasannya sih mereka takut sama gua. Katanya gua terlalu sempurna. Akhirnya temen gua selama ini abang gua dan temen-temennya dia. Gua cewek tapi kalo istirahat mainnya sama cowok. Abang gua juga banyak, ada 6. Elo nggak takut ?"

Mocca terdiam. Ia sangat terkejut mendengar ocehan gadis yang belum ia ketahui namanya ini.

Menarik, pikir Mocca.

"Nggak apa-apa. Aku bisa jadi teman kamu. Oh iya nama kamu siapa ?" Mocca bertanya dengan senyum manis.

"Gua Matcha, Matcha Reina Fernandez. Eh ngomong-ngomong gua laper. Boleh nggak minta nasi gorengnya ?" Matcha menyengir lebar. Ia memang tidak ada jaim-jaimnya sedikitpun dengan orang lain.

Biasanya ia akan sangat dingin dan berbicara seperlunya saja kepada semua orang terutama yang tidak ia kenal. Namun entah mengapa ia juga bingung bagaimana ia bisa bersikap biasa saja di depan cowok Nerd yang sebenarnya tampan ini. Dia merasakan.. emmm.... nyaman ?

Happy Reading!
Holaaaaaa chapter pertamaa MoccaMatcha.
Alasan aku buru2 namatin Just for you itu karena cerita ini tau gak. Entah mengapa aku suka banget sama karakter kakak atau abang di cerita2 kayak gini. Jadi aku buat deh. Makasih yaaa udah bacaa.

Maafin typonyaa:")

Hehehehe

MoccaMatchaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang