3.berita buruk

146 8 1
                                    

"Bukan hidup namanya kalau jalannya selalu lurus tanpa ada belokan."

Mocca menghembuskan nafas pelan mengetahui ia lulus tes yang diberikan abang dari Matcha. Entah dorongan apa yang membuat Mocca benar-benar ingin menjadi teman bahkan lebih dekat lagi dengan Matcha. Ia menapakkan kakinya keluar dari area sekolah menuju ke parkiran untuk mengambil sepeda motor butut yang menjadi paling mencolok di antara motor anak-anak SMA Antariksa.

Matcha yang sejak tadi harap harap cemas menanti Mocca keluar dari rooftop. Ia mondar-mandir penuh kecemasan. Sesaat ia melihat Mocca keluar dengan wajah santainya. Ia langsung berlari menghampiri.

"Okaaaaaaa! Gimana ? Nggak diapa-apain sama abang kan ? Nggak dipukulin kan ? Nggak dimarahin kan ?" Tangan Matcha bergerak menyusuri wajah Mocca dan hal itu membuat keduanya bertatap. Mata Matcha menyusuri keindahan dalam mata Mocca yang nenurutnya sempurna. Jantung keduanya berdetak tak karuan bahkan bisa didengar oleh mereka.

"Emm.. Matcha bisa lepasin tangannya ?" Tanya Mocca kikuk.

"Eh iya. Sorry ya, terlalu semangat sih gue. Gimana tadi ?" Ia tertawa renyah berusaha menutupi kegugupannya.

"Aman kok. Tenang aja kamu." Mocca memperlihatkan senyum termanisnya kepada Matcha.

"Yeaaaaay. Matcha punya temeeen." Matcha bersorak kegirangan sambil melompat-lompat.

Hal itu tak luput dari pandangan Kelvin, sang abang. Ia akhirnya bisa sedikit tenang bahwa adik kecil kesayangan keluarga Fernandez itu sudah memiliki teman yang mungkin saja suatu nanti akan berubah menjadi lebih dari sekedar teman. Ia percaya bahwa Mocca memang tepat menjadi teman Matcha.

Ia berjalan menghampiri Mocca dan Matcha yang sejak tadi masih berteriak kegirangan, ah lebih tepatnya hanya Matcha saja yang berteriak. Kelvin menarik tangan Matcha dan membawanya menuju ke dekapan Kelvin. Ia menempatkan dagunya pada puncak kepala Matcha sambil tangannya mengelus rambut kesayangannya itu.

Oh betapa sangat Kelvin menyayangi berlian kedua di rumahnya itu. Dibalik sifatnya yang jahil ia benar-benar tidak ingin kesayangannya terlukai dan Kelvin benar-benar menyayangi adiknya ini.

"Jangan lompat-lompat nanti Chaca jatuh. Abang Kelpin nggak akan biarin ratu abang ini punya luka. Tetep senyum dan ketawa kayak gini ya kesayangan Fernandez." Kelvin lalu melepaskan pelukannya.

"Abang kok jadi so sweet sih ? Eh udah deh kita pulang yuk bang. Bye byee Okaaa besok kita ketemu lagii yaaa." Matcha menarik tangan Kelvin untuk segera menuju ke mobil dan dibalas lambain tangan oleh Oka beserta kekehan kecil yang menampakkan lesung pipi Mocca yang benar-benar terlihat menawan.

Andai Matcha mengetahui itu Waaah pasti udah jatuh cinta dia mah.

~-~-~-~-~-~-~-~-~-~~-~-~-~-~-~-~-~-~-~-~-

"Kita nggak bisa ngasih tau ke anak-anak Pa. Aku nggak mau liat mereka sedih." Suara Gita menginterupsi keadaan di kamar mereka.

"Mereka akan lebih sedih lagi kalo nggak tau ma. Kamu juga harus percaya kamu bakal sembuh." Radar menenangkan sang istri dengan menariknya kedalam dekapan Radar. Ia sangat mencintai Gita dan sangat takut kehilangan Gita.

"Aku percaya sama kamu. Tolong dukung aku. Dan nanti kita cari waktu yang tepat buat ngomong sama anak-anak."

Suara derum mobil yang terdengar di telinga mereka membuat Radar melepaskan pelukannya dan mengajak Gita untuk ke bawah dan membicarakan dengan anak-anak mereka yang kebetulan sedang berkumpul.

"Assalamualaikum maaa paaaa Kita pulaaaaang." Teriak Matcha.

"Waalaikumsalam. Sudah-sudah sekarang kalian mandi. Selesai mandi nanti ke meja makan ya.. ada yang mau kita bicarakan." Kata sang papa.

Tak butuh waktu lama, kini keluarga Fernandez tengah berkumpul di meja makan. Suasananya cukup mencekam karena belum ada yang mengawali untuk berbicara. Hanya dentingan sendok yang bertabrakan dengan piring yang menemani makan malam mereka saat ini.

"Oke sudah selesai makan semuanya ? Bisa papa mulai ngobrolnya ?" Tanya Radar berusaha setenang mungkin dan hanya dijawab dengan anggukan oleh yang lain.

"Kalian semua udah besar, sudah mengerti tanggung jawab, sudah paham tentang takdir. Apapun yang terjadi dalam kehidupan kita adalah takdir yang digariskan oleh Allah SWT. Papa sama mama mau memberi kabar yang mungkin kurang mengenakkan untuk kalian."

Papanya terdiam sebentar dan itu membuat Matcha benar-benar takut. Apakah mama dan papanya akan bercerai ? Tidak mungkin karena setahunya mama dan papa tidak pernah bertengkar lebih dari 3 hari atau bahkan bermasalah. Ia lagi-lagi memfokuskan matanya menatap sang papa dan mendengarkan apa yang akan diucapkannya.

"Jadi mama kalian terkena Osteosarcoma, atau kanker tulang dan sudah stadium akhir."

Deg

Bahu matcha meluruh. Pandangannya tiba-tiba gelap dan ia tak dapat mendengar apa-apa lagi. Iya, Matcha pingsan.

Kelvin yang berada di dekat Matcha dengan sigap menggendong tubuh mungil Matcha ke dalam kamar. Sungguh mereka semua lupa bahwa Matcha mengidap Panic disolder yang akan membuatnya pingsan ketika terkejut atau bahkan sesak nafas. Raut wajah dari seluruh anggota Fernandez cemas. Bukan hanya mencemaskan putri kecil namun juga malaikat yang ada di rumah mereka.

Gaven menarik mamanya untuk berada didekapannya. Matanya ikut memanas dan ia menangis malam ini. Ia tidak sanggup harus kehilangan mamanya.

"Mana yang sakit ma ? Sini biar Gaven periksain. Mama mau berobat ke luar negeri ? Yang paling mahal ? Kita semua sanggup ngebiayain mama asalkan mama sembuh. Mama nggak mau lihat kita semua sedih kan ? Mama harus sembuh." Gaven mengusap air mata yang keluar dari netra indah mamanya.

"Kami semua sayang mama dan akan selalu begitu."

Suasana malam ini sangat menyedihkan. Tak ada tawa yang keluar namun isakan-isakan pilu. Tiada air mata yang keluar karena tawa namun benar benar air mata kesedihan. Radar yang melihat keluarganya nampak penuh kesedihan itu memutar otak bagaimana ia bisa mengembalikan suasana kehangatan yang biasa tercipta.

"Sudah ya, kalian semua jangan nangis. Cowok semua kan ? Pada nangis sih. Sudah papa bilang ini adalah cobaan. Kita akan melakukan yang terbaik untuk mamamu dan membuatnya sembuh. Jangan lupa untuk selalu berdoa. Jangan selalu bersedih. Kalian hanya cukup seperti biasanya saja." Radar berusaha mencairkan suasana.

"Mama akan berusaha sekuat mungkin untuk sembuh. Mama juga sayang kalian semua."

"Mama jangan tinggalin Chaca. Chaca sayang mama. Mama nggak boleh boleh pergi mama harus sembuh." Racau Matcha yang saat ini masih terbaring di atas kasur.

Suhu tubuhnya tiba-tiba tinggi namun dari gelagatnya ia merasa kedinginan. Semua langsung panik dan Alfraz bergegas menelpon dokter pribadi keluarga Fernandez untuk memeriksa putri kecil kesayangan Fernandez. Sedangkan Given mencari selimut dan Alfariz membawakan kain dan baskom berisi air dingin untuk mengompres Matcha.

Radar percaya pada para putranya jadi ia membawa Gita ke kamar untuk istirahat. Walapun sempat menolak, akhirya ia mau untuk berada di kamarnya saja.

~Bersambung.

Holaaaaa happy reading!!!
Maaf baru update yaaa. Ngumpulin mood buat nulis itu susah banget. Belum lagi cari inspirasinya.

Maaf banget yaaa.
Semoga enjoy baca ceritanyaaa.

MoccaMatchaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang