"Air matamu adalah lukaku."
~Mocca
Mocca sedari tadi mondar-mandir di depan kelas hanya karena menunggu teman sebangkunya, ah lebih tepatnya sahabatnya, Matcha. Sudah pukul 7 kurang 5 menit tapi tidak ada tanda-tanda cewek itu datang ke sekolah. Mocca yang sedang dalam mode nerd pun tidak bisa berkutik karena ia mengaku pada Matcha bahwa ia tidak memiliki ponsel. Saat ini ia benar-benar merutuki ide bodoh yang ia lontarkan.Mata Mocca menatap Kelvin, kakak Matcha yang tengah berjalan menuju kantin. Ia segera berlari menghampiri Kelvin dan hendak bertanya.
"Kak Kelvin." Panggilnya setelah berada 1 meter di belakang Kelvin."Eh elo, iya ada apa ?" Kelvin berbalik badan dan mendekat ke arah Mocca.
"Emm itu kak.. Matcha kemana ?" Tanya Mocca cemas.
"Oh iya, Matcha sakit. Ijinin yah." Jawab Kelvin.
"Hah ? Sakit apa kak ?" Tanya Mocca lagi.
"Nanti pulang sekolah gua barengin lu buat liat Matcha deh. Gua mohon sama elo untuk selalu ada di samping Matcha saat ini. Tunggu dia cerita sama elo apa masalahnya." Kelvin menepuk bahu Mocca.
"Ah.. Iya kak. Itu pasti." Jawab Mocca walaupun ia masih bingung apa yang dimaksud Kevin.
"Makasih bro." Kelvin pun beranjak meninggalkan Mocca yang masih tetap pada pemikirannya.
***
Bel pulang sekolah yang sejak tadi suda dinantikan oleh semua murid kini berbunyi. Begitu pula dengan Mocca yang sedari tadi tidak hisa fokus dalam memperhatikan pelajaran. Ia benar-benar khawatir dengan keadaan Matcha. Setelah merapikan alat tulisnya, ia segera menuju ke parkiran untuk menunggu Kelvin.
"Hai bro. Ayo kita ke rumah." Kata Kelvin yang tiba-tiba sudah berada di samping Mocca.
"Iya kak."
Mereka berdua mengendarai mobil yang dibawa Kelvin untuk menuju ke rumah keluarga Fernandez.Kesan pertama yang didapati Mocca ketika masuk ke kediaman Fernandez adalah, Nyaman. Nuansa interior dengan warna dominan hijau muda membuat mata menjadi sejuk kala melihatnya. Ditambah tanaman-tanaman hias serta air mancur yang semakin mempercantik rumah mereka.
"Udah Ka.. ayo masuk aja. Jangan sungkan-sungkan." Ajak Kelvin sambil merangkul bahu Mocca.
Kedua laki-laki itu masuk menuju kediaman Fernandez. Sampainya di ruang tamu, Mocca dan Kelvin menyalami tangan Radar dan Gita yang tengah duduk dengan raut muka cemas. Begitu pula dengan ke empat abangnya yang sepertinya mengambil cuti untuk hari ini. Kelvin yang menyadari itu pun bergegas memeluk sang Mama.
"Ada apa Ma ? Coba cerita sama Kelvin." Tanya Kelvin lembut kepada Gita. Gita hanya diam sambil memandang Mocca yang sedari tadi menunduk. Kelvin yang menyadari tatapan Gita pun berusaha menjelaskan.
"Mama, Papa, sama abang nggak perlu khawatir. Dia temannya Kelvin, dia juga temannya Matcha. Namanya Mocca. Dia sudah lulus test yang Kelvin berikan. Sekarang mama boleh cerita ke Kelvin."
"Adikmu nggak mau keluar dari kamar." Setelah mengatakan itu, Gita menangis dan langsung ambruk dipelukan Kelvin. Radar yang menyadari itu pun segera membopong Gita menuju kamar. Di ikuti oleh abang Kelvin yang lain.
Kelvin mengusap kasar wajahnya. Dia menatap Mocca yang saat ini masih tetap menunduk.
"Jangan nunduk. Elo nggak perlu takut. Sekarang elo coba temuin Matcha. Siapa tau dia bisa luluh sama elo. Gua mohon elo coba. Kamarnya dia di lantai 3, yang ada tulisannya Matcha Room dan warna hijau. Sekarang elu ke sana. Gua mau ngurus mama. Gua percaya sama lo, Oka." Ucap Kelvin meninggalkan Mocca yang mematung mencerna setiap ucapan Kelvin. Mocca menghembuskan nafas kasar lalu beranjak menuju kamar Matcha.
Sementara itu, Matcha masih tetap di kamarnya dengan posisi memeluk lutut di pojokan kasur. Dia ingin marah pada Tuhan. Mengapa harus dia yang mendapat hal sebesar ini ? Mamanya adalah kekuatan terbesar bagi Matcha, lalu apa semua ini ? Akankah dia kehilangan kekuatannya ? Sungguh, ia sangat lelah.
Tak berselang lama, ada suara ketukan pada pintunya dengan suara laki-laki yang cukup asing di telinga Matcha. Ini bukan suara abang-abangnya atau Papanya, lalu siapa ? Dengan berbekal penasarannya, Matcha akhirnya membuka pintunya. Betapa terkejutnya ia dan pada saat itu lula Matcha refleks memeluk lelaki di hadapannya yang tak lain adalah Mocca. Ia menumpahkan air matanya pada pelukan Mocca. Mocca yang sadar bahwa keadaan Matcha sedang tidak baik, akhirnya ia menuntun Matcha agar duduk di kasur king sizenya walaupun tanla melepaskan pelukannya dari Mocca.
"Udah Chaca, Oka nggak tau ada apa dengan Chaca, tapi jangan nangis. Oka jadi ikut sakit. Chaca bisa cerita semua sama Oka. Jangan kayak gini. Semua orang khawatir sama Chaca. Abang-abang Chaca, Papa sama Mamanya Chaca, mereka khawatir. Jadi Chaca nggak boleh gini lagi ya ?" Kata Mocca dengan mengelus surai hitam Matcha.
"Kenapa Tuhan jahat sama Chaca, Oka ? Kenapa Tuhan haru ngasih cobaan yang amat besar buat keluarga Chaca ? Kenapa harus mama ? Kenapa harus mama yang sakit ?! Mama itu mataharinya kita semua di sini ! Kalo mama pergi, kita kehilangan semuanya Oka ! Keluarga ini juga akan mati Oka ! Kenapa harus Chaca, Oka ? Kenapaa?!" Racau Matcha yang juga membuat hati Mocca terasa ngilu. Ia tak kuasa mendengat tangis Matcha.
"Chaca, segala sesuatu nggak ada yang tau, kecuali Allah. Sekarang Chaca tenang. Oka nggak tau masalah Chaca, tapi Chaca harus tenang. Mau ngeliat Mama kamu nggak ? Maaf tapi tadi dia sempat pingsan. Tapi kamu harus janji, yang kuat di sana oke ?"
Mocca melepaskan pelukannya lalu menangkup pipi Matcha yang masih dibanjiri air mata. Diusapnya bulir-bulir yang masih berjatuhan dengan pelan.
"Iya. Aku mau liat mama."
Mocca mengantarkan Matcha untuk melihat Gita. Kamar Gita berada di lantai 2, dengan hati-hati Mocca memegang bahu Matcha agar tidak terjatuh saat menuruni tangga.
Saat Matcha masuk, ia otomatis berlari dan memeluk mamanya yang tengah menangis dengan badan yang disenderkan di kasur.
"Maafin Chaca ma. Maafin Chaca." Matcha lagi-lagi menjatuhkan air matanya. Gita pun tak kuasa melihat anaknya menangis. Ia benci kepada dirinya sendiri. Ia benci membuat semua orang menangis karenanya.
"Chaca nggak perlu minta maaf, cukup Chaca janji jangan lakuin hal itu, oke ? Mama memang sakit, tapi mama nggak mau rumah ini jadi penuh kesedihan gara-gara mama. Mama akan berobat, dan mama percaya mama akan sembuh. Kalian harus dukung mama, jangan buat mama sedih. Mari kita hidup seperti biasanya. Dengan berbekal kekuatan dari kalian, mama akan berusaha keras untuk sembuh."
Semua anggota keluarga Fernandez berpelukan. Menyalurkan kekuatan, menyiapkan hati dan mental, mengokohkan kebersamaan. Dibalik itu, Mocca tersenyum. Keluarga ini sama damainya dengan keluarganya.
Entah mengapa, perasaan nyaman lagi-lagi hinggap dalam hatinya. Begitu pula dengan perasaan sakit bagai tersayat benda tajam saat ia melihat Matcha menangis.Tentu saja Mocca paham apa yang sedang ia rasakan. Ia hanya menyangkal itu semua. Mocca terlalu pengecut untuk mengakui______dia jatuh cinta.
-To be Continue
Anyeonghaseoooo yorobun...
Maapkan author yang updatenya moooloooooor banget kek cimol. Author udah kelas 3 SMP, dan lagi sibuk-sibuknya ujian. Jadi, yaa.. wp.ku terbengkalai. Huhuhu
Makasih yang udah baca yaaa !!!!
Xoxo

KAMU SEDANG MEMBACA
MoccaMatcha
Novela Juvenilmenjadi satu-satunya adik perempuan dari 6 bersaudara ? apakah membahagiakan ? atau menjengkelkan ? Kakak pertama yang tempramen dan nakal, kembarannya yang kelewat bijaksana, yang nomer tiga kelewat dingin dan misterius, kembarannya yang jahilnya m...