#2

3.9K 64 0
                                    

Pagi ini aku dikejutkan dengan berita yang tak mengenakkan di telingaku. Berita tentang Sendy yang tengah dirangkul oleh 4 orang perempuan yang tak tau diri.
Sendy berada di kantin kala itu, ia mencoba melepaskannya, setelah tau bahwa aku melihat semuanya.

Aku pergi dari kantin, menuju kelas dengan senyuman yang khas dari kedua mulutku. Tak mau rasanya aku dikatakan lemah oleh orang lain, dikatakan lebay, dan dikatakan tidak tau diri. Aku dengan Sendy hanya sebatas teman dan tidak lebih. Aku dan dia belum resmi berpacaran. Sekali lagi, hubunganku dengannya hanya sebatas teman.

Aku mencoba menepis semua omongan orang lain tentang Sendy. Aku hanya membalas omongan mereka dengan senyumanku. Hingga akhirnya ada yang datang ke kelasku, dan berbicara seenaknya kepadaku hingga melukai hatiku.

"Intan, lo gak lihat di kantin tuh? Si Sendy lagi dirangkul sama 4 orang cewek sekaligus loh. Dan lo disini Tan? Lo dikasih pelet apa sih sama si Sendy? Sampe lo sesabar ini ngehadapin sikap si Sendy? Apa lo udah gak virgin gara gara pacaran sama dia?" itulah yang telah diucapkan oleh seorang perempuan di hadapanku.

Aku membalasnya dengan senyuman sebisa ku. Aku pun pergi ke kelasku dan duduk dibangku dengan senyuman yang masih mengembang. Walaupun hatiku sangat sangat sakit, seperti ditusuk oleh 7 pisau yang sangat tajam.

Fitnahan itu sangat kejam, fitnahan yang seakan akan membuat harga diriku hancur, membuat harga diriku jatuh. Aku menahan tangisku yang akan jatuh mengaliri pipiku. Aku menahan sebisanya, aku tidak mau dikatakan lemah seperti ini.

Hingga akhirnya, Debi dan Putri datang kepadaku. Memberitahu tentang Sendy yang ada di kantin. Aku tersenyum lagi dan lagi, menguatkan hatiku yang hancur ini.

"Deb, Put, gue tau, udah ya gak usah di omongin lagi ya. Udah biarin Sendy mau gimana pun juga."

"Tapi ya, yang hebat dari Sendy, dia langsung nampar keempat perempuan yang gak tau diri itu. Dan asal lo tau, dia nyamperin gue dan nyariin lo. Dia mau jelasin semuanya ke lo." Debi pun menjelaskan.

"Dan satu lagi Tan, dia nyariin lo sampe ke penjuru sekolah. Dan alhasil dia gak temuin lo, eh lo nya malah asyik asyikan disini." Putri melanjutkan.

Apakah semua yang dikatakan Debi dan Putri itu benar. Bukannya ia tak peduli kepadaku, bukannya ia sudah menganggapku tak ada. Lalu, semua ini apa, seolah olah ia sedang mempermainkan perasaanku.

Aku membalas mereka berdua dengan senyuman, senyuman lagi senyuman lagi. Lalu aku harus menjawab apa kalau bukan hanya dengan senyuman. Untuk mengeluarkan satu kata saja aku tak mampu, aku tak bisa, aku lemah, aku sakit.

------

Aku tiba di rumahku, tepatnya rumah kedua orang tua ku. Aku segera menuju ke kamarku, rasanya aku sudah tak bisa menahan rasa sakitku. Menahan tangisku, menahan semua beban di hidupku. Aku menumpahkan tangisanku di kamarku. Dan untungnya kedua orang tua ku sedang tidak ada, dan tidak mendengarkan bahwa aku sedang menangis.

Suara pesan masuk yang berasal dari ponsel ku membuat ku bangun untuk melihatnya. Terlihat banyak sekali orang yang mengirimku pesan, semuanya tentang Sendy. Sendy yang dirangkul oleh 4 perempuan tadi di kantin.

Aku tidak membalas semua pesan itu, aku tak bisa membalasnya, aku tak mampu. Aku tak mau mengingatnya kembali, itu terlalu sakit. Tapi lebih sakit perkataan perempuan tadi yang memfitnahku.

------

Patah HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang