#5

2.1K 35 1
                                    

Setelah semua yang sudah aku jelaskan kepadanya. Ia kembali menelponku, tapi aku acuhkan. Hingga aku tak sadar sudah 30 missed call dari Sendy. Masih aku acuhkan itu, rasanya aku tidak dianggap olehnya.

Aku sudah terlanjur sakit dengan semua ini, ingin rasanya aku pergi dari hidupnya, tapi aku tak bisa. Perih rasanya hati ini, sakit juga rasanya hati ini. Namun aku selalu mencoba untuk tersenyum dan menguatkan hatiku.

Sabar dan sabar, itu lah yang selalu aku lakukan. Tidak apa, aku yakin Tuhan tidak akan pernah ngasih cobaan kepada hambanya batas kemampuan hambanya. Itu yang akan selalu menjadi motto aku, selama aku hidup.

Aku pergi berjalan menuju ke sekolah, aku paling suka ketika berada di sekolah. Tempat yang membuatku menjadi lebih periang, tempat yang dimana dapat membuatku senang. Seakan akan semua masalah ku menghilang ketika berada di tempat ini.

Aku tengah melamunkan sesuatu, hari ini aku ingin pergi ke toko buku. Biasanya aku pergi bersama Sendy. Tapi aku malas, aku ingin pergi bersama Debi Dan Putri saja. Tiba tiba, Debi menepuk pundakku dan berteriak di tepat di sebelah telingku.

"Intannnnnnn......" teriaknya.

Aku pun terkejut, lalu melihatnya dengan tatapan sinisku. Ia hanya memberikan senyuman dengan gigi putihnya yang dilihatkannya, terlihat lucu memang.

"Apa lo?" jawabku dengan tatapan sinis dan agak sedikit jutek.

"Jangan marah dong, oh iya gimana lo sekarang sama si Sendy?" tanyanya dengan wajahnya yang penuh selidik.

"Gak gimana gimana, sekarang lo bisa gak anterin gue ke toko buku?" tanyaku.

Dia nampak berpikir, hingga akhirnya ia mengangguk dan membuatku tersenyum puas.

------

Bel pulang berbunyi, aku segera membereskan peralatan sekolahku. Aku memakai jaketku, sengaja hari ini aku memakai jaket, karena aku akan pergi ke toko buku.

Namun ada yang membuatku sedikit kecewa, Debi tidak bisa ikut karena ada rapat penting dari anggota Mading sekolah, iya memang dia merupakan ketua dari ekskul mading sekolah.

Sedangkan Putri, dia ada acara keluarga, yang membuat ia harus pulang cepat. Baiklah, aku tak apa jika harus pergi sendirian juga. Dan satu hal lagi, hari ini sekolah pulang lebih cepat dari biasanya, karena akan ada acara dari ekskul yang ada di sekolah ini. Semua siswa boleh pulang, kecuali siswa yang mempunyai ekskul harus bersiap siap dan membereskan peralatan untuk besok.

Aku menunggu angkot yang lewat, namun tak kunjung datang, sudah 30 menit aku menunggu angkot. Aku pun terduduk di kursi panjang yang berada di pos satpam, sambil memainkan ponselku. Tiba tiba suara yang khas membuatku berpaling dari ponselku dan segera melihat siapa yang baru saja datang.

"Ay,, gak pulang?" oh ternyata itu Sendy, aku memalingkan muka darinya.

"Mau ke toko buku." jawabku ketus.

"Yaudah ya ay, aku anter ya. Udah lama juga kan gak jalan bareng kamu." ucapnya.

Boleh juga deh, aku sekalian kan bisa mutusin dia di toko buku. Sambil ngejelasin semua isi hatiku sama dia. Walaupun kemarin sudah aku jelaskan sih, tapi rasanya aku belum puas deh. Iya udah, aku terima saja deh tawarannya, lumayan kan mengirit uangku.

"Emang kamu gak sibuk? Biasanya juga kan gak ada waktu buat aku."

Sendy menghela nafasnya dan sedikit tersenyum melihat ke arahku.

"Engga ay, ayo buruan naik nanti keburu hujan." ucapnya.

"Baiklah..."

------

Patah HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang