Hinata yang mulai muak dengan semua renkarnasi nya, memutuskan untuk mempercayakan kehidupannya yang ini dengan moon goddes.
Ia merasa sangat tertantang dengan kehidupannya ini, dan ia menjalaninya dengan penuh semangat.
Bagaimana tidak? Baru lahir...
Aku duduk dilantai sambil memandang keluar jendela dan sesekali melirik kepada kumpulan orang yang tengah menyantap makanan di atas meja makan. Mereka memandangiku dengan sangat sinis.
"Seharusnya penerus keluarga ini seorang putra, bukan putri lemah sepertinya.."
"Haishi, kau harus memiliki anak lagi.. setidaknya sedikit lebih baik dari anak ini.. memalukan"
"Benar, dan untuk penerus kita bisa percayakan pada Neji.."
"Aku bahkan bisa melihat masa depan yang suram karena putrimu ini.."
Ya, kurang lebih itu yang mereka bicarakan dengan ayahku. Dan nampaknya ayahku tidak peduli, bukan dalam artian yang bagus. Tapi sebaliknya, ia memang tak peduli padaku.
Aku tidak bisa hidup seperti ini, aku harus melakukan sesuatu.
Aku bangkit berdiri secara perlahan dan melangkah mendekati ayah, lalu memeluk kakinya. Ia menatapku dingin, aku pun tersenyum kemudian tertawa bahagia padanya.
"Hahahaha.. a! A!" Hanya itulah yang dapat keluar dari mulut mungilku
"Brugh!!"
Tanpa mengatakan apapun, ia menendang ku hingga tubuh mungilku terpental cukup jauh. Untuk sesaat aku terdiam karena terkejut
'keterlaluan!! Tahan Hinata.. tahan..'
Semua orang memendangiku dan menunggu reaksiku, dan aku pun bereaksi dengan tertawa bahagia seolah-olah tadi aku sedang bermain dengan ayahku
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Seketika beberapa diantara mereka menggeram tidak suka padaku, sedangkan ayahku bersikap acuh.
Kemudian Ima mendatangiku dengan raut wajah khawatir. Ia adalah pengasuhku sejak lahir, lalu dimana ibu ku? Dia masih ada, hanya saja semua orang melarangnya mendekatiku.
"Ingin bermain diluar?" Tawar Ima padaku sambil membawaku dalam gendongannya yang hangat
"A! A!" Seruku bersemangat, dan Ima menganggapnya sebagai jawaban setuju
"Baiklah, kita pakai baju hangat dulu ya.."
Setelah berganti pakaian, aku dan Ima bermain salju dihalaman depan rumah kami. Kemudian seorang pelayan lainnya mendatangi Ima dan mereka mengobrol sedikit.
"Hinata, aku ada urusan sebentar.. kau jangan kemana-mana ya?"
Kata Ima khawatir, aku mengangguk sambil memainkan salju di tanganku. Kemudian Ima pun melangkah masuk menuju kedalam rumah.Dan aku kembali bermain salju.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.