Lets move to the story...
🔸🔸🔸
Happy Reading...
Seoul
June, 2009
Dua kacang yang telah terlepas dari kulitnya dilempar ke udara, melambung sejauh yang dia bisa sebelum akhirnya ditarik gaya gravitasi bumi dan meluncurkannya ke dalam sebuah lubang bergerigi alami. Gadis itu mengunyah kacangnya dengan semangat sambil sesekali terbahak saat menimpali lelucon yang dibuat teman-temannya.
Ada sekitar empat orang siswa berseragam SMA Jinan tengah menikmati waktu istirahat di kantin sekolah. Seperti murid-murid lain, mereka tampak asyik mengisi waktu luang belajar dengan apa saja yang dianggap menyenangkan.
Saling mengambil makanan, minuman, bercanda sepuasnya hingga menimbulkan riuh redam suara. Sang penjaga kantin sudah tidak asing dengan kegiatan anak-anak itu, mereka memang selalu menyemarakkan tempat itu hampir setiap hari.
Kim Bum menyodorkan keripik singkong pada kawan baiknya, gadis itu langsung melahap tanpa basa-basi. Mengunyah dengan rakus sampai menimbulkan suara yang tidak seharusnya dikeluarkan oleh seorang gadis ketika sedang makan. Tidak ada kesan anggun apalagi sopan, gaya makan sahabat Kim Bum itu terkesan sangat urakan dan jorok.
Mungkin siswa lain akan menganggapnya demikian, tapi tidak dengan Kim Bum. Dia sudah bersama dengan gadis itu sejak mereka duduk di bangku sekolah dasar. Bukan hal baru baginya melihat kegilaan So Eun yang memang tidak pernah menampilkan sisi feminim. Di beberapa kesempatan, Kim Bum terkadang lupa bahwa sahabat yang selama ini menemani hari-harinya itu adalah seorang perempuan.
Jangan salahkan pemuda itu, So Eun sendiri yang meminta Kim Bum untuk tidak menganggapnya sebagai seorang perempuan. Dalam artian, gadis itu ingin ikatan persahabatan mereka bisa terjaga untuk waktu yang lama. So Eun juga tidak ingin perbedaan gender menjadi sekat pemisah antara dirinya dan Kim Bum.
Mereka sudah menemukan titik kenyamanannya masing-masing. Kim Bum selalu merasa bahagia saat bersama So Eun begitu pun sebaliknya. Mereka memang tidak sempurna, namun kebersamaan keduanya mampu melengkapi segalanya.
"Minggu depan aku ada pertandingan basket dengan SMA Tonan, kau ikut ya, Sso?" ajak Kim Bum setelah dia meneguk Sprite dingin pesanannya.
"Jam berapa? Kalau tidak salah aku sudah janji dengan Ibu dan Jihan. Tapi pagi sih, kalau acaramu sore aku pasti bisa ikut."
"Kebetulan sekali pertandingannya sore. Mau berangkat bersama atau janjian di lapang basket?"
"Mm, sebaiknya kita janjian saja, ya. Masalahnya aku belum tahu Ibu mau mengajakku ke mana dan pulang jam berapa."
"Oke, pokoknya kau harus datang dan bawakan aku Ice Green tea buatanmu. Ingat, buble-nya yang banyak."
"I got it. Chan, Hun, kalian juga ikut main?" tanya So Eun pada dua teman sekelas Kim Bum yang juga sudah berkawan baik dengannya sejak masuk SMA.
So Eun dan Kim Bum memang nyaris tidak terpisahkan selama ini, sejak sekolah dasar sampai SMP mereka selalu bersekolah di tempat yang sama, menempati kelas yang sama dan mengambil ekstrakulikuler yang sama. Akan tetapi untuk sekarang, So Eun dan Kim Bum harus rela takdir memisahkan mereka untuk sementara.
Dua sejoli itu ditempatkan pada kelas yang berbeda, Kim Bum mengambil jurusan IPA sedangkan So Eun IPS. Begitu pun dengan eskul yang mereka ambil, So Eun tidak lagi mengambil pilihan yang sama dengan Kim Bum. Jika pria itu melanjutkan hobinya sejak SMP dengan mengambil eskul basket, sedangkan So Eun ingin memulai pengalaman baru dengan bergabung dengan klub photografi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Go (TAMAT)
Teen FictionKisah sahabat jadi cinta, klise tapi tetap istimewa.