1. SMA Pelita Harapan 1

205 29 4
                                    

Gadis berkacamata itu berdiri depan gerbang pintu sekolah dengan perasaan yang gugup dan takut. Lalu, melangkahkan kakinya menuju koridor sekolah. Dari jauh, terlihat dengan jelas banyak sekali kerumunan anak murid yang sedang mencari sesuatu di kertas yang tertempel di mading. Dirinya pun bingung, apa yang mereka cari dikertas itu. Gadis berkacamata itupun berlari menyusuri tempat tersebut. Sesampai di tempat kerumunan itu, dirinya pun dengan sigap mencari tahu informasi apa yang ditempel di mading tersebut.

"Daftar Ruang dan Anggota Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah...hah?"

"Adya Allia Qirani. Ruang tiga, B.J Habibie. Astaga..ada dimana coba, Mana gue ga kenal siapa siapa lagi disini."

Yep.
Nama gadis berkacamata itu, Adya Allia Qirani, biasa dipanggil Lia sama temen temen. Lia baru saja memasuki Sekolah Menengah Atas, di SMA Pelita Harapan 1, SMA favorit yang masih satu yayasan dengan SMP Pelita Harapan.

Lia dengan rasa takut dan gugup nya itu pun berusaha mencari ruang kelasnya nya dengan mengelilingi gedung sekolah.

Panas. Berkeringat. Haus. Lelah.

Itu yang Lia rasakan saat dirinya berusaha mencari ruang kelasnya dengan mengelilingi gedung sekolah.
———
Sesampainya di gedung sekolah lantai 3 dekat toilet, Lia menemukan ruang kelas bertuliskan 'Ruang III, B.J. Habibie'.

"Akhirnya alhamdulillah ya allah sampai juga. Gila cape banget, Eh tapi kok masih sepi." ucap Lia dengan nafasnya yang masih belum teratur.

Lia melangkahkan kaki memasuki kelasnya. Lalu membuka pintu kelas.

"Assalamu'alaikum", kata Lia, mengucap salam.

Terkejutnya karena baru ada tiga murid laki laki dikelas tanpa ada satupun murid perempuan yang datang.

"Wa'alaikumussalam", ucap tiga murid laki laki tersebut, membalas salam darinya.

Takut dan gugup, itulah yang Lia rasakan sejak awal sampai disekolah. Dirinya pun mencari tempat duduk yang difikirnya nyaman untuk ditempati.

Lia memilih bangku di banjar kedua, dan saf kedua dari belakang. Dirinya tidak tahu apa yang harus dilakukan, Hanya sekedar melamun dan berdo'a semoga ada keajaiban datang.

Di SMP nya, Lia dikenal banyak orang dengan gadis yang jutek dan memiliki tatapan yang tajam. Karena itu, Lia takut dipandang seperti itu oleh teman barunya nanti, Jadi tidak ada yang mau berteman dengannya. Dia juga berfikir kalau anak SMA itu pertemanan-nya lebih keras dibandingkan pertemanan saat SMP. Padahal sebenarnya tidak seperti itu.

Lia yang sebenarnya adalah anak yang sopan, penyabar, baik, dan menjaga image-nya, Lia juga tidak jutek, bahkan dia orang yang royal. Memiliki tatapan yang tajam?, Lia memiliki mata yang besar dari kecil, Dirinya keturunan sang Bunda tercinta, yang memiliki mata besar juga. Lia juga sangat mirip dengan Bunda-nya, Oleh karena itu, Banyak sekali orang yang mengira kalau Lia dan Bunda-nya seperti kembar. Apalagi kalau lagi jalan berdua, Seperti kakak beradik.

———
Sekitar 20 menit sudah Lia berdiam diri, melamun, menunggu keajaiban datang. Semakin banyak juga murid yang telah hadir, namun tidak ada yang mau duduk dengan dirinya. Entah apa yang mereka fikirkan, sampai seperti itu. Rasanya ingin pulang. Benar-benar ingin pulang dan kembali ke SMP Lia yang dulu.

Tiba-tiba bel sekolah berbunyi, menandakan apel akan segera dimulai. Namun, tetap saja tidak ada yang datang lagi untuk duduk dengannya. Menyakitkan.
Kakak osis datang memasuki kelas Lia, memberi informasi untuk anggota kelasnya agar segera ke lapangan, Karena apel untuk pembukaan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah akan dimulai. Tapi siapa yang akan Lia ajak ke lapangan bersama? Tidak ada satupun yang datang kepadanya untuk ke lapangan bersama. Dengan kesabarannya, Lia pun berjalan keluar dari kelas menuju lapangan. Dari arah tangga, terlihat seorang perempuan berkacamata berlari dengan sangat kencang. Lia tidak peduli apa alasan perempuan berkacamata tersebut berlari sekencang itu. Tapi perempuan berkacamata itu menabrak bahu Lia.

Ilusi Yang NyataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang