3. Siapa dia

76 10 0
                                    

      Hari Senin tiba, Lia baru saja sampai di sekolah dan langsung menuju ke mading yang ada di dekat meja piket. Lia mencari namanya untuk mengetahui dimana letak kelas barunya. Nama Lia terdapat di absen nomor enam belas.

"Kelompok enam, sekelas sama siap.. LETA! DIANI! NAILA! alhamdulillah sekelas sama mereka, tunggu.. Sekar?, Astaga kepisah sama Sekar. Dia sendirian di Kelompok tujuh" ucap Lia.

      Lia berjalan meninggalkan mading lalu menuju kelasnya yang berada di lantai satu, Tepatnya belakang podium. Lia sangat bahagia dan bersyukur bisa satu kelas dengan Leta, Diani, dan Naila. Dirinya merasa kecewa harus pisah kelas dengan Sekar, Tapi Lia tak mau kecewa terlalu larut. Dirinya percaya kalau mereka akan tetap selalu ber-lima, Walaupun beda kelas, Lagi pula ini hanya kelas sementara.
      Lia sampai depan kelas dengan wajah yang sangat ceria.

"Assalamu'alaikum, Wah duduk sama siapa gue. Diani udah sama yang lain, Leta?, Pasti telat dia. Itu Naila kosong." ucap Lia.

      Lia berjalan ke arah tempat duduk Naila.

"Naila?" ucap Lia.

"Eh Lia?, Sini duduk sama gue" sahut Naila.

"Gue kira lo duduk sama Leta atau Diani" ucap Lia.

"Engga Lia. Gue dateng, Diani udah duduk sama Hana. Kalo ga salah sih yang duduk sama Diani namanya Hana hehe" jawab Naila.

"Oh Hana namanya. Btw, Leta pasti telat deh" ucap Lia.

"Leta tuh yang pakai kacamata ya?" tanya Naila.

"Haha.. Gue juga pake kacamata Nai. Iya yang kemana-mana sering sama gue" jawab Lia.

"Iya iya gue tau, Oh dia sering telat ya haha" ucap Naila.

"Dari SMP. SD gatau deh haha" ucap Lia.

      30 menit sudah Lia dan Naila berbincang. Dari situ, Mereka semakin dekat dan mereka seperti sudah saling mengenal lebih jauh. Diani?, Dia sibuk berbincang dengan teman teman barunya. Tiba-tiba Leta datang dengan membuka pintu secara keras membuat mata seluruh isi kelas tertuju pada pintu.

"Assalamu'alaikum, Hei mamen sekelas lagi nih kita. Yah gue duduk dimana" ucap Leta.

"Wa'alaikumussalam"

"Pelan-pelan bu, Semangat bener keliatannya haha" sahut Diani.

"Duduk mana ya, Emm.. Sini aja depan Naila, Ta" ucap Lia.

"Depan? males banget. Itu juga samping kanan cowo" jawab Leta.

"Cepetan ih keburu diambil yang lain" sahut Naila.

"Iya deh iyaa" jawab Leta.

"Udah, Yang penting tempat duduk kita ber-empat deketan" ucap Diani.

"Assalamu'alaikum" ucap Sekar, Dengan raut wajah yang sedih. Mungkin karena pisah kelas dengan Lia dan yang lain.

"Wa'alaikumussalam, Tuh muka di tekuk banget bu. Senyum dong" ucap Lia.

"Yah Sekar kita pisah, Sayang banget" ucap Naila.

"Udah-udah, Kalo dibawa sedih terus ya pasti sedih. Sekar, Dateng kesini aja ya pas istirahat kita harus bareng-bareng pokoknya. Udah ya senyum dong" ucap Lia.

"Iya Lia" jawab Sekar, dengan senyum yang terpaksa.

      Bel berbunyi menandakan murid harus masuk ke kelas masing-masing.

"Ah!, Cepet banget sih bel nya. Baru juga mau main" ucap Sekar sembari mendengus kesal.

"Iya nih tumben cepet banget bel nya" sahut Naila.

Ilusi Yang NyataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang