6. Roti dan balasan surat

51 3 0
                                    

      Di teras rumah, memandangi bulan diiringi suara alunan motor yang melaju sembari memikirkan biskuit cokelat dan sepucuk notes kecil untuk laki laki misterius itu. Lia masih tidak percaya bahwa ini adalah nyatanya. Lia masih tidak percaya dengan apa yang sudah dirinya lakukan untuk bisa mendapatkan perhatian dari Adnan. Lia sangat bersyukur akan ini, dan berterima kasih kepada tuhan, karena memberikan Lia peluang untuk bisa melewati hari bersama Adnan, sang laki laki misterius.
     
      Lia bersiap diri pergi ke minimarket untuk membeli banyak persediaan snack, yaa.. untuk dikirim ke Adnan setiap harinya.
      Diperjalanan menuju minimarket, Lia banyak memikirkan banyak hal. Salah satunya, Lia berfikir, apakah Adnan membenci cara Lia ini. Lia cemas kalau Adnan akan ilfeel dengannya, tetapi Leta dan yang lain selalu membuat Lia untuk percaya diri dan optimis. Lia sangat mudah memfikirkan apa kata orang lain dan membuat dirinya sendiri menjadi down.

      "Makasih mas". Lia membeli banyak snack untuk dikirim ke Adnan esok hari, yang mengumpat sebagai penggemar rahasia. Lia bergegas kembali kerumah.

      15 menit perjalanan, Lia sudah sampai di rumah. Lia meninggalkan ruang tamu menuju kamarnya. "Yang mana ya, bingung deh". Lia memiliki banyak persediaan snack untuk dikirim ke Adnan.

      "Ini aja deh", Lia memilih roti sebagai makanan yang akan diberi untuk Adnan besok. "Bunda, besok aku berangkat lebih pagi ya". Bunda mendengar Lia berteriak dari atas, "Iya ka, sekarang tidur ya, udah larut". "Iya bunda", Lia menutup pintu kamar dan mematikan lampu untuk segera tidur.

————————

      Jam menunjukkan pukul 6:30 pagi. Lia bangun dan langsung bergegas untuk mandi agar bisa lebih cepat sampai di sekolah.

      "Kakak ayo jangan lama dandannya, Ayah udah siap nih", Bunda teriak dari arah meja makan lantai bawah. "Iya bunda nih udah, aku turun", Lia turun ke arah bawah menghampiri bunda di meja makan.

      "Ini uang sakunya", Bunda memberikan Lia uang saku. "Makasih bunda, aku berangkat yaa Assalamu'alaikum", Lia berpamitan dengan bunda dan langsung menghampiri ayah untuk berangkat ke sekolah dengan motor merah kesayangan ayah dan bunda.

      Lia sampai di sekolah. Dirinya langsung menuju ke kelas menaruh tas dan keluar kelas untuk menemui teman-temannya dan Adnan.

      "Hei Pagi" sapa Diani dengan senyuman yang manis, begitupun yang lainnya.

      "Hei Pagi juga" Lia tersenyum. Dirinya duduk   ditengah-tengah kawannya.
      "Adnan udah dateng?" Lia menunggu Adnan, sebab tadi, Lia berharap bisa bertemu di selasar sekolah dan berjalan bareng bersama Adnan ke SMA.

      "Belum kayaknya, Li"

      "Oh okey". Lia cemas ketika teman-temannya mengatakan kalau Adnan belum ada di kelas. Karena sekarang jam sudah menunjukkan pukul 6:45. Apa Adnan tidak masuk?, Lia tidak tahu bagaimana jadinya jika Adnan benar-benar tidak masuk.

      "Ke kelas yuk" Leta mengajak yang lain ke kelas. "Yuk", Leta dan yang lain bangun dari duduknya tapi tidak dengan Lia. "Gue disini aja ya mau nunggu dia". Lia dan yang lain membuat rutinitas agar setiap pagi mereka berlima untuk berkumpul di kelas X IIS 2, kelas Leta, Diani, dan Sekar.

      "Serius lo mau disini aja?, Yaudah gue ke dalem ya", Leta dan yang lain pergi meninggalkan Lia di koridor.

      Di koridor, Lia hanya seorang diri. Menunggu Adnan datang. Banyak yang menyapa Lia, tapi banyak juga yang menganggap dirinya sangat dingin dan jutek karena tatapan dan ekspresinya.
      Mulai dari bangku yang sepi hingga ramai kembali, Adnan belum saja datang. Lia benar-benar berfikir kalau Adnan baru saja tidak masuk sekolah. Lia membungkukkan badan dan menghela nafas kecewa. "Berarti hari ini makanannya buat Leta sama yang lain aja deh, Adnan juga gamasuk, huhhhh". Lia beranjak pergi ke kelasnya karena bel sekolah sudah berbunyi, dengan perasaan kecewa, Lia menundukkan kepala sepanjang perjalanan ke kelasnya.

      "Iya nanti gua kirim lewat email"

      Dengan posisi kepala yang masih menunduk, Lia terkejut dengan seseorang yang berlari sangat cepat. "Siapa sih itu lari kayak flash". Lia menggelengkan kepala dan dengan cepat pergi meninggalkan koridor.
       Lia dan kawan sudah berada di kelas masing-masing dan memulai jam perlajaran pertama. Tetapi Lia tidak bisa menghentikan fikirannya tentang Adnan, sampai ditegur oleh guru yang sedang memberi materi di depan kelasnya. Lia memfokuskan dirinya agar tetap konsen dalam belajar. Baginya, jangan karena jatuh cinta membuat prestasi juga jatuh.
      Bel shalat dzuhur berbunyi, murid keluar dari kelas dan menuju masjid. Lia menghampiri kawannya terlebih dahulu di kelas sebelah, kelas Adnan juga. "Lah? Adnan masuk?"

      "Iya Li, dia telat tadi" Jawab Sekar sembari membereskan mejanya.

      "Bentar ya" Lia berlari keluar kelas dan tidak sengaja berbarengan dengan Adnan, yang berada tepat didepan dirinya. Lia berlari kecil mendahului Adnan dan masuk ke kelas untuk mengambil roti yang sudah dibuatnya untuk Adnan siang ini.

      "Buat siapa Li? tumben bawa bekel" tanya teman kelas Lia. "Titipan ini, duluan ya" Lia berlari lagi menuju kelas Adnan dan langsung menaruhnya di kolong mejanya. "Hari ini jadwalnya roti sama notes diatasnya kayak biasa" Lia tersenyum sangat bahagia karena makanan kedua ini telah sampai di tempat sang laki laki misterius itu.

      "Astaga tenyata masih Li? pantesan tadi pagi mukanya badmood banget" ujar Leta. "Ternyata karena Adnan belum dateng" jawab Naila. "Yayaya iya deh lagi jatuh cinta mah beda..iya gak An?" ujar Sekar yang jahil sembari menggoda Diani. "Iya kali" Jawab Diani dengan nadanya yang sedikit ketus karena merasa tersindir dengan kata-kata Sekar. "Jangan marah Diani, bercanda aja".

      Waktu istirahat akan berakhir. Dikelas, Damar menghampiri meja Lia dan kawannya berkumpul. "Mau tanya siapa yang kasih ini ke Adnan?", tanya Damar dengan raut wajah yang serius dan menaruh kotak roti yang tadi siang Lia kasih untuk Adnan di atas meja.
      Lia dan kawannya yang lain terdiam, tidak tahu harus berkata apa. "Dapet dari mana Mar? bukannya itu punya nya si Adnan ya?" ucap Naila dengan tiba-tiba, dia tahu kalau tidak ada yang bisa menjawa pertanyaan Damar karena semua menutup rencana Lia yang mengumpat sebagai penggemar rahasia.

      "Iya ini teh dari siapa? Itu si Adnan balikin lewat saya katanya saya kenal sama yang ngasih, terus di dalemnya ada surat katanya suruh baca tapi beneran ini punya siapa?" Damar sangat bingung, karena tidak ada satupun yang menjawab pertanyaannya. Lia sangat panik dan takut, sedangkan yang lain hanya bisa mengangkat bahu. "Lia ya yang ngasih?" tanya Damar mengangkat satu alisnya, terlihat sedikit garang raut wajahnya membuat Lia semakin gemetar. "Diem ya Damar, Iya ini dari gue"

      "Bilang dong dari tadi, nih" Damar memberikan kotak makannya, dibantu dengan kawan yang lain untuk menutupi dari Adnan agar tidak ketahuan siapa sebenarnya yang memberi Adnan makanan. "Katanya makasih jangan repot kasih lagi".

      "Iya sama sama, makasih ya Damar tapi jangan bilang ke Adnan kalo itu gue" Lia tersenyum malu dengan apa yang sudah dirinya terima saat itu. "Iya, duluan ya" Damar kembali ke tempat duduk berukumpulnya Adnan dan yang lain sambil tertawa.

      Lia merasa menjadi orang yang sangat beruntung saat itu. Bahagia dan tidak ada fikiran kalau sebuah roti dan notes sekecil itu bisa dibalas dengan surat kebahagiaan yang sangat mendalam. Lia membuka surat yang ada di dalam tempat makan tersebut, dan berisi gambar seorang perempuan tersenyum dengan emoji hati yang betuliskan 'Terima kasih rotinya!'. Sangat sederhana, tetapi kebahagiaan Lia lebih dari kata sempurna. Bagi Lia, Adnan dan balasan surat itu adalah penyempurna hidupnya.

      Lia kembali melanjutkan pembelajaran sekolah sampai tiba adzan shalat ashar. Lia bergegas pergi shalat ke masjid bersama kawannya yang lain. Tidak lupa untuk selalu berdoa kepada Allah agar dimudahkan segala urusannya. Lia dan kawannya pun kembali ke kelas X IIS 2 dengan tempo berjalan yang cukup cepat, alasannya karena Lia ingin bertemu dulu dengan Adnan sebelum kembali ke rumah, walaupun tidak ada percakapan diantara mereka.
      Sampai di depan gerbang SMA, Lia berpapasan dengan Adnan yang sudah menggemblok tas nya untuk kembali kerumah. Lia tersenyum dalam diam. Dirinya sangat bersyukur bisa bertemu dengan laki laki misterius itu. Lia dan kawannya pun bergegas untuk kembali kerumah masing masing. Lia, pulang dengan perasaan yang sangat bahagia saat itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 17, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ilusi Yang NyataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang