Chapter 4 | thursday, the heavy day

8 0 0
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Semua karena gara-gara busway.

Menyesal sudah dia menolak ajakan Wira, sok-sokan busway bisa mengantarkannya ke sekolah tepat waktu. Beginilah jadinya.

Telat sejam. Sejam resah di halte berasa seabad. Padahal menunggu busway saja belum hal yang lain.

"Telat juga kau rupanya," gerakan tangan yang memerintah maju dari Bu Yana, sang penegak kedisiplinan menghentakkan Sonya. "Kemari kau!"

Sepertinya hari kamis ini bakal permanen jadi hari sial nasionalnya Sonya. Digertak begitu wajahnya sih datar, tidak tahu saja di dalamnya kebirit mau nangis ketakutan.

"Bangun telat kau?" Sonya menggeleng pelan.

Please please please sadar muka gue yang udah lemes kek.

Sayangnya tidak terkabulkan, berujung disetrap depan tiang bendera, siang terik begini. Bersama anak badung, kata Bu Yana.

Sialnya ada si tiw.

"Anak baru udah telat aja lo." Sonya mendengus kesal. Ia gatal menempeleng kepala Matthew tapi tangan kananya sibuk menjewer telinganya sendiri. Sumpah. Ini gaya setrap lama banget.

"Tiw, diem." Pertamanya cowok itu cengo, Matthew langsung memasang wajah cemberut. Sepertinya ia serius tidak menyukai nama itu. Biarkan saja. "Lo harusnya jangan ngikutin orang sesat tau." Sonya mengendikkan bahu, menahan senyum ingin ketawa.

Keduanya mendongak ke atas, melihat Ares yang terbahak-bahak. Mereka berdua tahu itu Ares karena jilid makalah yang dipegangnya menghalangi sinar matahari. "Bagus Sonya! Tuh TIW dia aja ngikutin gue, lo nggak mau panutan lo diubah jadi gue?"

Hanya sepersekian detik Sonya berterimakasih karena makalah Ares. Tapi kalau berujung Ares dan Matthew beradu lidah, siapa yang kuat coba.

....

Hasilnya di pelajaran jam kedua Sonya lemas seketika. Agatha menopang dagu melihat Sonya seolah keju yang meleleh. "Tumben telat?"

"Busway sialan."

"Kenapa marahnya ke gue."

"Lo nanya, gue jawab."

Tapi jawaban singkat itu dianggap Agatha dia lagi marah. Sampai waktu istirahat Agatha tidak berbicara lagi dengannya. Sonya menghela napas panjang, ia malas kalo seperti ini. Salahnya juga sih lupa sarapan. Namun masih untung dirinya tidak pingsan di tengah lapangan.

Di kelas hanya ada dia sendiri. Sonya bangun dari tidurnya lalu hendak mengambil bekal siangnya.

Sial lagi yawla. Bekalnya ketinggalan.

Sonya mengacak rambutnya sendiri. Apa dia kurang berdoa hari ini, ya? Sonya merasa hari ini hari kamis yang paling sial. Jadinya Sonya mengambil hapenya di dalam saku rok, mau chat Agatha. Tapi tangannya berhenti mengetik.

Trust Won't StayWhere stories live. Discover now