RADEN

26 6 13
                                    

💎 Raden 💎


"Syara! Tungguin!" Suara keras bak toa masjid memenuhi area koridor SMA Pustaka. Syara membalikkan badan, mendegus kesal. Mendengar namanya dipanggil.

"Apa, Sarden!" balas Syara menatap tajam.

Raden tersenyum lebar "lo laper, ya? Nama gue di ganti merek makanan kaleng." Raden melingkarkan tangannya pada pundak Syara.

Sudah menjadi hal yang biasa Anak SMA Pustaka melihat tontonan gratis aksi dua pasangan sudah resmi dari kelas sepuluh. Raden dikenal dengan pria menyebalkan dan Syara salah satu perempuan banyak bicara namun sedikit jutek.

Syara menghampaskan tangan Raden, ia memilih menaiki tanga menuju lantai dua daripada bersampingan bersama Raden. Namun, sebesar rasa kesal karena mendengar suara kencangnya Raden. pria tersebut sangat humoris, salah satu yang Syara sukai.

Raden tersenyum sambil melihat punggung Syara secara perlahan semakin menjauh. "Sikil, nanti jam istirahat. Gue ke kelas lo!" teriaknya.

Syara mendesah kasar, kemudian tersenyum paksa. "sekali lagi lo manggil gue sikil-"

"Gue cium," sahut Raden tersenyum lebar.

Syara membalikkan badan lalu menginjak kaki Randen masih berdiri beda dua anak tangga. "Sukurinn!" Syara menjulurkan lidah.

Cilla, Salah satu teman dekat Syara melambaikan tangan ketika melihat Syara masuk ke dalam kelas. "Cuy, udah ngerjain tugas?"

Syara meletakkan tas di atas meja. "Udah." Syara menjede beberapa saat. "mau nyontek, kan?" lanjutnya.

"Sikilnya Sarden peka juga," balas Cilla sambil tersenyum lebar bak iklan.

"Kebiasaan, ambil di tas gue."

Mendengar persetujuan Syara, Cilla langsung mengambil buku dari dalam tas. Mencari sampul buku terdapat tulisan "Sejarah"

"Gue salin, ya!" ujarnya semangat 45 setelah menemukan buku tulis milik Syara.

"Gimana mau pinter, tugas aja nyontek terus," seru Syara terkekeh geli.

Cilla menyalin dengan gerakan cepat. "Asal lo tau, efek menyontek salah satunya bisa membuat tulisan kita lebih cepat."

"Karena mengejar waktu, betul Furgoso?" balas Siska.

"Benar sekali, Sikil," sahut Cilla.

****

Syara menumpu dagu menggunakan tangan, rasa bosan membuat dirinya mengantuk. Kalau tau dari awal bahwa ada rapat guru, dengan senang hati Syara bolos sekolah. Ia menoleh ke teman sebangkunya, melihat Cilla tidur pulas membuat Syara ingin tidur juga. Baru saja melipat tangan di atas meja, suara Raden membuat Syara mengurungkan niat.

"Sikil! Yuk, pulang!" seru Raden sambil meloncat-loncat layaknya anak TK.

Syara menutup muka menggunakan tangan, Raden mengkerutkan kening. "Lo pusing?!"

Syara menggelengkan kepala, sungguh. Ia sangat malu melihat Raden bertingkah konyol. Seisi kelas tertawa geli menatap kearahnya.

"Bisa enggak, sih? Dateng jangan teriak-teriak."

"Tadi gue lihat dari luar jendela, lo mau tidur. Makanya gue manggil lo kaya gitu. Btw, udah boleh pulang. Lo enggak mau pulang? Kalau mau-"

"pelan-pelang ngomongnya, tunggu gue di parkiran," potong Syara.

Raden mengacungkan jempol "okay, Sikil."

Setiba di rumah, kening Raden berkerut. Mendengar suara Ayahnya teriak. Dengan cepat Raden langsung memutar daun pintu. tangannya mengepal melihat perdebatan kedua orangtuanya. Bukan sekali atau dua kali menyaksikan Bagas dan Bunga bertengkar namun semenjak kedua orangtuanya sibuk satu sama lain.

#CERBUNG - #Challenge1week200wordsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang