Brayen Jeoalus, Elisa menerima cinta

157 4 0
                                    

Tatapan tajam Brayen ke Jeeri, mereka saling berpandangan. Namun, Jeeri langsung mengalihkan pandangan ke Elisa. Mereka tertawa kecil sehingga makin membuat Brayen marah.

Sesampainya mereka dikantin, Brayen mulai melihat mereka dari kejahuan tanpa sepengetahuan Elisa dan mulai sedikit-sedikit mendekati untuk melabrak mereka berdua.

"Lo mau pesan apa lis, pesan aja gue yang bayar." Ujar Brayen sembari mengeluarkan dompet dari sakunya.

"Beneran ni, yaudah gue pesan yang ini sama yang itu ya." Elisa menunjuk bakso dan salad buah.

Mereka lalu memilih duduk dikursi paling depan, tepat dimana mereka memesan makanan. Tak lama kemudian Chelsea datang ..

"Hay gays, udah pesen makanan belum?" Tanya chelsea, namun saat Chelsea ingin mendekati mereka kakinya tersandung disalah satu kaki kursi itu. Namun, ada seseorang yang berhasil menangkapnya yakni Brayen.

Saat itu Elisa melihatnya memang sedikit ada rasa cemburu.  Mungkin dia sudah ada rasa dengan Brayen.

Brayen lalu melepaskan tangkapannya dan Chelsea langsung cepat mendekati Elisa dan Brayen. Lalu Brayen kembali dengan niat awalnya ingin melabrak mereka berdua. Namun tatapan Elisa terhadap Brayen cukup tajam, begitupun Brayen terhadap Elisa. Mereka perang tatapan.

Mereka ada dua orang yang saling cemburu, padahal mereka belum berstatus saling memiliki.

Cukup aneh.

"Lo ngapain sama pacar gue?" Tanya Brayen seraya memukul meja

"Apaa lo bilang pacar? Jangan mimpi lo ya!!!" JawabElisa dengan nada tinggi

"Yaa lo memang pacar gue, kenapa ada yang keberatan disini??"

Nampak keributan akan dimulai, saat itulah Jeeri memilih untuk pergi meninggalkan mereka.

"Ehhh jer lo mau kemana?" Tanya Elisa namun Jeeri tetap berlalu pergi.

Saat itu Jeeri sedikit kesal karena perlakuan Brayen, tapi apa daya ia tak bisa melawan dan memilih untuk pergi saja, mungkin dengan cara itu ia lebih aman.

"Lo apa-apaan sih haaa, norak tau lo!" Ujar Elisa agak sedikit marah terhadap Brayen. Namun ia tetap cuek dan tak banyak bicara.

Elisa lalu memilih pergi meninggalkan Chelsea dan Brayen.

"Eh ini siapa yang bayar?" Teriak Chelsea.

"Lo makan aja sono sama simanusia planet itu." Jawab Elisa dari kejahuan.

Lalu Brayen yang membayar makanan yang sebelumnya dipesan Elisa dan Jeeri. Lalu ia memutuskan untuk mengejar Elisa. Jadi, hanya Chelsea yang duduk sendiri.

"Kesellll gue, masa iya harus gue yang habisin makanan ini semua" Ujarnya sebal

Elisa duduk ditaman sekolahnya itu sambil mengoceh sendiri

"Apaan sih Si Brayen tuh, berlebihan banget sih dia pikir gue seneng gitu ihhhhh, trus sosoan jadi pahlawan lagi nolongin Si Chelsea. Ahh sebel banget gue sama dia Kata Elisa sambil muka yang merengut dan sedikit cemburu

Lalu Brayen pun datang kepada Elisa dengan wajah yang bersalah

"Lis gue minta maaf ya mungkin gue berlebihan, iyakan."

Namun Elisa hanya diam tak berkata apapun karena ia masih kesal dengan Brayen.

"Lis maafin gue lah jangan marah ya, lo marah makin cantik tambah gue sayang jadinya kalo gitu." Ledek Brayen

Elisa pun tersenyum saat mendengar ucapan Brayen itu, ia mulai tak marah lagi sama Brayen. Elisa membuka bicara lagi untuk menjawab tawaran Brayen untuk menjadi pacarnya.

"Eh Brayen, soal kemarin itu gue akan jawab sekarang."

"Apaa? Lo mau jawab sekarang, yaudah gue tunggu gue denger." Ucap Brayen sambil menghadap depan wajah Elisa.

"Gue nerima lo jadi pacar gue, karena mungkin lo cukup baik bagi gue." Ujar Elisa spontan, sontak membuat Brayen kaget.

"Whatttttttttttt, lo serius kan ga main-main kan."

"Iya gue serius kok."

"Yessssssssssssssssssssss." Seru Brayen senang dengan apa yang ia dengar barusan.

Mereka pun resmi berpacaran hari ini, terlihat dari wajah mereka yang sangat bahagia. Namun, pada saat itu Kak Erick mendatangi Elisa mengajaknya pulang, karena mos akan dilanjut besok, hari terakhir.

"Lis ayo pulang bareng kakak, Steven sama Rio ni." Ajak Kak Erick

"Baik kak." Jawab Elisa

Kak Erick lalu berjalan duluan bersama Steven dan Rio menuju tempat parkir mobilnya. Elisa pun pamit kepada Brayen kekasihnya itu.

"Gue balik sama kakak gue, lo gakpapa kan gue tinggal."

"Iyah gakpapa sayang." Jawab Brayen sambil tertawa dan mencium kening Elisa. Dan mulai memerah lah pipinya Elisa seperti tomat.

Lalu Elisa menuju tempat parkir dimana kakaknya memakirkan mobilnya. Ia pun datang dan langsung masuk mobil yang sudah dibukakan oleh Kak Erick.

Kejadian seperti ini sudah berapa kali dilihat oleh seorang perempuan yang menyukai Kak Erick. Dia adalah Sindy, ia melihat lagi kejadian yang sama ia pun makin jengkel dan ingin memberi pelajaran kepada Elisa.

Bersambung ...

Cinta Dan LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang