MOS kedua

111 3 0
                                        

Kriiingggggggggg ....

Bunyi alarm yang sangat kencang, membuat Elisa terbangun.

"Omggggggg, astagaaaaaaaa udah jam berapa ini, mati gue." Ucapnya kaget melihat jam menunjukkan pukul 07.00 .

Elisa pun terbangun terburu-buru dan langsung lari menuju kamar mandi, sesaat sampai dikamar mandi ia terpeleset dikamar mandi dan membuat kakinya terkilir.

"Aduhhhhhhhh ahhh sial banget sih gue hari ini."

Elisa tak mandi ia hanya mencuci mukanya dan menggosok gigi setelah itu ia langsung memakai seragam sekolahnya. Dan menuju ruang makan. Ia hanya mengambil sepotong roti dan langsung meneguk segelas susu dengan satu tegukan.

"Bi, Kak Erick sudah pergi sekolah kah?" Tanyanya sambil mengunyah roti yang penuh dimulutnya.

"Sudah Non, mungkin sekitar 15 menit yang lalu."

"Oh yasudah Bi Elisa pergi dulu udah telat niii."

Elisa langsung mengambil tas ranselnya berwarna pink, topi kardus dan tas kardusnya. Ia langsung memakai sepatu. Lalu ia menuju gerbang dengan kaki yang sedikit pincang. Elisa masuk kedalam mobil dan meminta Pak Yugo untuk lebih cepat membawa mobilnya.

30 menit akhirnya, ia pun sampai pukul 08.15 ia langsung pergi ketengah lapangan dengan kaki yang pincang, dimana siswa lainnya berkumpul. Brayen melihat Elisa dari kejahuan sambil menggelengkan kepala.

"Oooooo lo terlambat lagi, gak kapok lo terlambat terus?" Teriak Sindy

"Hm, maaf kak kesiangan."

"Lo ni ya, kemarin terlambat sekarang terlambat. Sekarang gue hukum lo, lo berdiri didepan tiang bendera itu sambil hormat. Waktu hukuman lo gue beri 2 jam. Jadi lo berdiri selama 2 jam didepan tiang bendera itu. Ngerti lo!"

Elisa hanya pasrah dengan hukuman yang diberikan Sindy. Di situ ada Rian tapi kali ini ia tak membuka bicara karena Elisa sudah terlambat dua kali. Ia hanya melihat sekilas saja kepada Elisa. Tapi, ada rasa khawatir yang terlihat diwajah Rian.

Sindy memang tak suka dengan Elisa semenjak pertama kali melihatnya dan lagi ia tak menyukai Elisa karena kemarin ia dirangkul oleh cowok yang ia sukai yakni Erick, kakak Elisa sendiri. Selain itu ia tak menyukai Elisa karena, Elisa dekat dengan mantannya yakni Brayen.

Elisa pun berdiri didepan tiang bendera. Ia sudah 1,5 jam melaksanakan hukumannya. Tinggal setengah jam lagi. Kak Erick, Steven dan Rio mendekati Elisa dan memberikannya tisu untuk mengelap keringatnya yang berjatuhan.

"Nih tisu elap tu keringat mu, Kamu sih dek pake acara terlambat segala, semalam tidur jam berapa memangnya?" Tanya Kak Erick sembari memberikan tisu kepada Elisa.

"Semalam Elisa ga bisa tidur kak, hampir subuh baru bisa tidur." Jelasnya

"Ohh gitu, yaa udah sabar aja dek." Kata Erick sambil mengusap kepala Elisa.

Sindy pun melihat adegan itu, dan semakin marah kepada Elisa. Padahal Kak Erick itu Kakak Elisa sendiri. Kak Erick dan kedua temannya itu pergi.

"Semangat Elisa hihi." Kata Steven dan Rio secara bersamaan.

Akhirnya Elisa pun selesai dihukum, ia duduk dibangku taman sekolahnya itu sambil memijit kakinya yang sakit. Chelsea menghampiri Elisa sambil tertawa.

"Eh hahaha lo kok bisa sih terlambat?" Tanya Chelsea sambil tertawa.

"Ihh apaan sih lo, teman kesusahan juga malah diketawain." Jawab Elisa sebal

"Gak gak kok lis, gue bercanda. Lo kenapa sih?".

"Gue semalem ga bisa tidur, hampir subuh baru gue bisa tidur ga tau kenapa. Dan lagi gue tadi buru-buru dan alhasil gue terpelesat dikamar mandi ni kaki gue sakit banget, jalan aja gue pincang-pincang." Jelasnya panjanh lebar

"Oh gitu, sabar ya lis. Sumpah lo sial banget hari ini. Haha."

Saat mereka berbincang-bincang datanglah Brayen membawakan minuman untuk Elisa.

"Ni buat lo, makanya jangan terlambat lagi, nanti biar gue jemput lo aja." Brayen memberikan minuman untuk Elisa dan berdiri disamping Elisa.

"Makasih minumnya, gausah gue bisa diantar sama sopir gue sendiri." Jawab Elisa sambil meminum minuman dari Brayen dan sebelah tangannya memegang kakinya yang habis terpeleset dikamar mandi.

"Elisa, kamu kenapaa??." Tanya Brayen khawatir sambil berdiri didepan kaki Elisa.

"Ah gue gakpapa, cuman habis terpeleset aja dikamar mandi."

Lalu Brayen membuka sepatu Elisa dan memegang kaki Elisa sambil memijatnya secara pelan-pelan. Chelsea yang ada diantara mereka pun meresa cemburu, tapi ia tahan. Chelsea menyukai Brayen sudah lama semenjak SMP yang menjadi kakak kelasnya hingga sekarang.

Brayen pun memijat kaki Elisa secara pelan-pelan saat Elisa menjerit, mereka berdua pun bertatap mata. Jantung Elisa berdebar sangat kencang hingga membuatnya susah bernapas.

"Hmm."

Mendengar ucapan itu dari Chelsea mereka pun terkaget. Setelah Brayen memijat kaki Elisa ia pun memutuskan untuk pergi karena ia dipanggil oleh temannya.

"Gue pergi dulu ya, udah agak mendingan kan?" Tanya Brayen sambil berdiri.

"Iya gakpapa kok, makasih ya."

Brayen pun pergi bersama temannya.

"Eh lo suka sama Brayen?" Tanya Chelsea yang membuat Elisa kaget.

"Haa? Yaa gaklah gue ga suka sama dia." Jawab Elisa sambil  terbata-bata dengan jantung yang masih berdebar.

"Oh, eh ayo kita kelapangan lagi, udah dipanggil tu. Setelah  ini kita akan main game ni secara berkelompok." Ajak Chelsea kepada Elisa.

Elisa dibantu Chelsea berjalan  menuju lapangan. Mereka pun bermain game, memakan waktu kurang lebih 3 jam lamanya. Akhirnya mereka pun selesai bermain.

"Kekantin bareng yok gue traktir." Ajak Jeeri kepada Elisa dan Chelsea.

"Ayo!" Jawab mereka serentak.

Mereka pun kekantin bersamaan namun, Chelsea memilih ketoilet dulu karena sudah kebelet. Jadi hanya mereka berdua yang kekantin lebih dulu, Elisa dan Jeeri. Disaat itu juga Brayen melihat Elisa jalan bersama Jeeri. Brayen pun mulai sedikit marah dan mengepal kan tangannya

Bersambung ...

Cinta Dan LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang