Carrying

120 10 26
                                    

Masalah itu seperti malam
menuju siang semakin pekat
malamnya maka semakin cepat
menuju terangnya, semakin sulit
masalahnya maka semakin cepat
bertemu dengan kemudahan.

                            🌼🌼🌼

"Mana? Mana?"

"Itu Mas ... tolong saya!!!"

Baru saja ia menengadah keatas sepersekian detik yang lalu, seketika seseorang datang menyambar tas kecil yang berisikan ponsel juga beberapa lembar ratus ribuan yang mengisi dompet kecilnya. Ingin ia mengejar namun tak kuasa dikarenakan yang mengambil sudah lebih dulu mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi. Alhasil ia hanya bisa teriak meminta tolong.

Alhamdulillah seseorang mendengarnya dan mencoba mengejar pencopet tersebut.

"Maaf Mba, saya tidak bisa mengejarnya, dia sudah terlalu jauh larinya," lapor seorang pemuda kepadanya.

Seketika wajah Erinka berubah saat mengetahui ponsel dan uangnya ludes seketika. Dan, yang membuatnya berkaca-kaca adalah petunjuknya hilang, sebuah kartu nama yang membawanya ke tempat ini.

"Mba ... Mba gak papa." pemuda tersebut menyadarkan lamunannya.

"Oh iya mas, yaudah gak papa Mas. Terima kasih banyak ya Mas," ucapnya menyunggingkan bibir kearah pemuda yang mengenakan celana selutut dengan baju ala kadar yang sedikit bernoda dan berkulit kuning langsat. Sepertinya ia seorang pekerja juga.

"Mba mau kemana? Mau saya anterin?"

"Haa ... eng ... ngak, eh maksudnya nggak usah Mas. Gak usah ngerepotin, saya bisa naik angkutan umum nanti," balasnya lagi-lagi menyunggingkan senyum ke arah pemuda tersebut dengan maksud menolak secara halus agar tak membuatnya tersinggung.

"Oh gak kok Mba, gak ngerepotin."

"Tapi mas ...."

"Udah Mba, Mba gak usah takut, saya gak berniat jahat kok Mba."

Kata pemuda itu memandangi gadis yang didepannya yang dirindung rasa kecemasan kemudian melanjutkan lagi, "Yuk saya anterin, kebetulan saya juga pekerja angkutan umum kok Mba, itu carry saya,"
Tunjuknya kearah carry (angkutan) lusuh berwarna coklat yang terparkir lima meter dari tempat mereka berdiri.

Semoga dia orang baik, ya Allah lindungilah hamba dari orang-orang yang berniat jahat ya Rabb.

Erinka sedikit ragu melangkahkan kakinya mengikuti pemuda yang sedang menuju angkutannya. Dan satu hal baru yang ia dapat, ternyata mobil Suzuki yang bisa membuka pintu dari arah belakang ini dinamakan carry.
Saat hendak menaikkan kakinya kedalam mobil, seketika ia teringat akan suatu hal. Ia lupa kalau ternyata uangnya ludes diambil oleh si pencopet tadi.

"Mas, tapi saya gak punya uang mas."

"yaudah gak papa Mba, gak usah dipikirkan."

"Terima kasih Mas, nanti saya bayar kalo sudah punya uang ya," balasnya ke pemuda itu. Namun, pemuda tersebut hanya menyunggingkan senyum kerahnya.

Mobil kemudian melaju dengan kecepatan normal membawa Erinka ke tempat yang sama sekali belum ada tujuannya sekarang. Apa yang harus ia lakukan sekarang, tak mungkin ia akan tidur di depan ruko yang membuatnya menggigil untuk kedua kalinya, situasi yang sungguh membingungkan baginya sekarang.

"Mba, Mba mau turun dimana?"

Erinka tak merespon pertanyaan si pemuda tersebut, ia keasyikan menikmati perjalanannya, tidak, dia sedang melihat sisi kiri sesekali ia putar kepalanya dengan melihat sisi kanan. Ia lagi mencari sebuah tempat untuk bisa berteduh.

ErinkaWhere stories live. Discover now