Tepat satu minggu setelah perhatian Raga kala itu. Semakin ke sini Raga semakin jelas menaruh perhatiannya padaku. Tidak dipungkiri bahwa aku senang bukan main. Ilham dan Sella pun mendukung aku dan Raga sepenuhnya.
Saat ini aku sedang di kantin bersama Sella. Raga tidak mengajakku ke kantin bersama, cowok itu justru entah pergi kemana bersama Ilham.
"Kamu sama Raga makin lengket aja ya, Key." Sella menyenggol bahuku pelan.
"Apa sih Sell, biasa aja ah."
"Ngomongnya biasa, tapi dalam hati ngiyain omongan aku tuh," ejek Sella.
"Stt udah ah. Cepat habisin makanan kamu, 15 menit lagi bel."
"Masih lama kali."
Terjadi keheningan. Hingga seseorang menghampiri meja kami.
"Keyna?" Aku menatapnya, mencoba mengingat siapa gerangan cowok di depanku ini.
"Ya, itu gue. Lo siapa?"
Cowok itu nampak tersenyum. "Ikut gue bentar, yuk."
Heh? Ini cowok kok baru juga ketemu udah ngajak pergi aja?
Aku menggeleng ragu. "Maaf, gue harus ke kelas." Aku segera menggandeng lengan Sella untuk bangkit, namun baru 5 langkah meninggalkan kantin, orang itu mengamit lenganku dan membawaku pergi.
Aku meronta sebisa mungkin. "Lepasin heh! Lo siapa sih, main tarik-tari aja! Nggak sopan tauk!"
Cowok itu setia bungkam. Langkahnya menyeretku ke arah lapangan.
"Ngap--"
"Tunggu di sini." Kemudian cowok itu pergi.
Dapat ku rasakan seluruh pasang mata terfokus padaku yang tengah berdiri di lapangan seorang diri. Aku menggigit bibir bawah.
Aku hendak meninggalkan tempatku, namun sebuah lagu Perfect - Ed Sheeran, mengalun memenuhi speaker sekolah. Aku mengernyit, ini sebenarnya ada apa?
Dari hadapanku, Raga berjalan dengan senyum mengembang di tengah lagu yang masih berputar.
"Ra-raga?"
"Hei, Key," sapanya dengan lembut.
"L-lo kok--"
"Stt, nikmatin lagunya."
Entah tahu dari mana bahwa aku menyukai lagu yang satu ini. Aku dan Raga bernyanyi bersama di tengah lapangan. Hanya kita berdua. Namun, bermacam tatap mata telah tertuju pada tempat kami berdiri.
Lagu selesai diputar. "Ini apa sih, Ga?" Hanya senyum yang dapat ku lihat di wajahnya. Raga masih bungkam.
"Lihat ke atas deh, Key," pinta Raga membuatku mendongak.
Tidak lama, berbagai macam balon warna-warni beterbangan memenuhi langit cerah kala itu. Aku menutup mulut tanda kagum.
"Waaah."
"Suka?" Pertanyaan Raga hanya ku jawab dengan anggukan kepala.
Perlahan balon-balon itu menghilang, aku menatap Raga kembali. Sangat terkejut ketika ia sudah berlutut dengan sekuntum warah putih di tangannya.
"L-lo ngapain, G-ga?" Gagapku tak percaya. Raga lagi-lagi tersenyum.
"Key, gue mungkin emang bukan cowok romantis. Cuma ini yang bisa gue kasih." Jeda dua detik. "Tapi, selama seminggu ini gue berusaha pedekate sama lo, dan gue rasa lo nerima kehadiran gue. Hari ini, di bawah langit yang cerah, gue, Raga Saputra, meminta lo, Keyla Malayeka menjadi pacar gue."
Hening.
5 detik berlalu, sorak soray siswa yang melihat adegan itu kian terdengar. Aku terpaku, terdiam membisu. Jantungku berpacu.
"Terima! Terima!"
Aku tak percaya hari ini akan tiba. Salah kalau Raga bilang ia tidak romantis, karena kenyataannya hari ini adalah hari terbaik yang ku miliki. Caranya begitu romantis ketika menginginkan aku menjadi miliknya.
"Hari ini juga, disaksikan oleh awan cerah, gue bersedia jadi pacar lo," jawabku kemudian mengambil bunga mawar itu.
Tepuk tangan riuh terdengar begitu keras, sepertinya mereka sangat mendukungku dan Raga.
"Makasih, Key."
Aku tersenyum. "Gue juga makasih, Ga."
Dan aku bersyukur, kala itu Raga sudah menjadi milikku.
_____
Oke. Gue tau ini norak.
See you next😙
KAMU SEDANG MEMBACA
•||5||• LARA [COMPLETED]
Short StoryHanya tentang rasa yang lagi-lagi dipatahkan. ⚠️[Ganti Judul sebelumnya -TENTANG SAHABAT-]⚠️