7 - Ternyata

17 0 0
                                    

19.45 WIB. Aku berjalan menuju mini market terdekat, ingin membeli es krim dan susu cokelat.

Bersenandung pelang sambil mengeratkan kedua tangan di dalam saku jaket, udara malam cukup dingin menembus kulitku.

Aku segaja berjalan kaki, selain karena letak mini market yang lumayan dekat, aku pun ingin menghilangkan rasa lelah karena menunggu Raga yang tak memberi kabar selepas pulang dari bioskop.

Jujur saja, aku teramat khawatir. Ponselnya tidak aktif. Terlebih lagi, Ifan katanya sedang demam. Aku takut terjadi apa-apa, sedangkan aku tak bisa berada di sisinya.

Mini market tidak terlalu ramai malam ini, aku bergegas membeli barang-barang yang memang ku butuhkan.

Setelah keluar dari mini market, aku memilih duduk sebentar di depannya untuk menikmati es krim cokelat yang tadi ku beli.

Aku adalah gadis penggila segala jenis cokelat dan susu, tetapi herannya berat badanku tak kunjung bertambah.

Selesai memakan es krim, aku kembali berjalan menuju rumah. Langkahku tiba-tiba saja terhenti ketika posisiku berada tak jauh dari rumah Lesa, aku melihat dia, Raga-ku.

Hatiku memanas. Sekelebat bayang-bayang kejadian satu setengah tahun lalu datang menghampiriku. Persis. Seperti ini.

Kelihatannya Raga baru saja mengantar Lesa pulang, mereka dari mana? Bukankah tadi pagi Raga diminta pulang oleh Bundanya karena Ifan sakit. Lantas, bagaimana alurnya kedua manusia itu bisa bertemu bahkan bersama hingga waktu malam?

Atau jangan-jangan, Raga tak menghubungiku karena Lesa?

Aku memutuskan untuk menghampiri ke duanya.

"Ga," panggilku lirih. Jujur saja, sakit rasanya. Lesa lagi, kah?

Kedua orang itu menoleh, nampak ekspresi terkejut ku baca dengan jelas. Aku mengukir senyum sebaik mungkin, mencoba menyembunyikan rasa sakit yang meledak-ledak.

"Lho, Keyna? Kamu kok di sini?" Tanya Raga sepertinya panik.

"Harusnya gue yang nanya, kenapa lo malah sama Lesa?"

Terjadi keheningan hingga 5 menit.

"Maksud lo apa, Gha? Lo batalain jalan sama gue, demi dia, iya?!" Nada suaraku naik satu oktaf karena Raga tak kunjung menjawab.

"Sa, lo gak bisa ya lihat gue bahagia, hah?!"

Raga dan Lesa sama-sama diam.

"Jelasin Ga!" Bentakku membuat Raga sedikit terlonjak.

"Sorry, Key." Hanya itu yang Raga ucapkan.

Aku tersenyum miring. "Gue nggak butuh maaf lo! Apa dengan ucapan maaf itu, gue bakal baik-baik aja? Enggak, kan?!"

"Key, gu-"

"Diem lo!" Aku membentak Lesa yang hendak bersuara.

"Belum puas lo rebut Reza dari gue, iya?! Belum puas lo, hah?!"

"RAGA JELASIN!" Aku sudah menangis kala itu. Haruskah aku mengalah lagi? Belum genap 1 minggu. Tapi Raga sudah...

"Oke, tenang dulu Key."

"TENANG?! LO PIKIR GUE BISA TENANG SETELAH HAMPIR SEHARIAN LO SENGAJA NON-AKTIFIN PONSEL, DAN AKHIRNYA GUE MERGOKIN LO SAMA SAHABAT GUE?! IYA?! LO ITU PUNYA OTAK GAK SIH, HAH?!" Aku lepas kendali kala itu. Aku mencintai Raga, sepenuhnya. Tapi, ini balasannya? Lalu, apa artinya semua waktu yang sudah terlewati?

"Maaf banget, Key. Tapi, Lesa lagi butuhin gue."

"Cih, yang pacar lo tuh Lesa apa gue sih, Ga?! Hah?!"

"Key, gue sama Raga udah dekat sebelum Raga akhirnya ngejadiin lo pacar. Jadi, nggak usah over."

"Fuck your mouth!" Umpatku ketika mendengar Lesa yang akhirnya berbicara dengan nada tenang dan tanpa rasa bersalah.

"Bagus ya! Lo rebut semua pacar gue! Dasar tukang tikung! Gue jamin, hidup lo nggak bakal tenang Sa! Dulu, mungkin gue maafin lo. Tapi sekarang, gue mesti mikir berpuluh ribu kali buat biarin sampah kayak lo masuk di kehidupan gue!" Aku sengaja menekan kata sampah. Sungguh, rasanya sakit sekali. Pacarku memilih sahabatku.

"Dan elo, Ga. Kita bubar. Anggap kita gak pernah kenal, dan nggak usah nyapa gue di sekolah atau pun di kelas. Enough. Makasih buat pengkhianatan lo, lagi-lagi pengkhianat bertemu dengan penggoda. Semoga hancur bersama." Setelah itu aku pergi. Dengan perasaan kacau, aku mengusap kasar air mata yang akhirnya jatuh.

Kenapa harus ke ulang sih?! Kenapa?!

Aku benci Lesa. Benci Reza. Juga benci Raga.

Dia-ku, menjadi dia-nya, lagi.

_____

Next😙

•||5||• LARA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang