6 - Gagal Nonton

17 0 0
                                    

Weekend tiba. Raga mengajakku menonton bioskop, kebetulan sedang tayang berbagai film menarik.

Dia menjemputku pukul 9 pagi. Aku tersenyum menatap sosoknya. Sebenarnya masih tak menyangka kalau Raga akhirnya menjadi milikku. Semoga tetap seperti ini hingga waktu yang tak hingga.

Hanya membutuhkan waktu 30 menit untuk sampai di tempat tujuan. Tangan kekarnya menggandeng tanganku, lagi-lagi aku tersenyum di balik punggunggnya.

Tiket sudah dibeli, aku dan Raga sedang menunggu gedung teater yang belum dibuka.

Ponsel di kantung Raga berbunyi, ada sebuah panggilan masuk. Ku lirik id caller yang tertera dan sedikit terkejut ketika membaca nama Lesa.

Aku mengernyit, sejak kapan Raga dan Lesa mulai dekat? Ya. Tidak dipungkiri bahwa mereka juga seangkatan ketika Sekolah Dasar, namun kelihatan aneh saja ketika tiba-tiba Raga dan Lesa terlihat dekat.

Ku perhatikan Raga tengah berbicara serius dengan Lesa, aku menunggu cukup sabar. Seperti diabaikan.

Suara pemberitahuan dari speaker bahwa gedung teater 2 akan dibuka, tak membuat Raga menghentikan aktivitas menelfonnya.

Aku dengan berani menggoyangkan lengan cowok itu, biarkan saja, toh aku pacarnya.

"Ga," panggilku membuat Raga melirik. Ia hanya memberi tatapan seolah bertanya; apa?

"Udah mau dibuka, telfon sama siapa sih penting banget." Ketusku hingga akhrinya Raga memilih memutuskan sambungan telfon.

"Itu tadi Lesa minta tolong."

"Oh."

Terlihat Raga melihat arloji yang melingkar di pergelangan tangannya.

"Key."

Aku menatapnya, tapi tak bersuara.

"Balik aja, yuk?"

HAH?!

Raga ini bagaimana, sih?! Wong pintu teaternya sebentar lagi dibuka kok malah minta pulang?

"Jangan becanda deh, Ga." Aku terkekeh pelan, meski sebenarnya tidak yakin.

"Gue serius, Key. Tadi Bunda chat."

Seriously? Perasaan tadi Raga hanya berkomunikasi dengan Lesa, kok bisa sampai ke Bundanya?

"Apa katanya?" Pancingku mencari kebenaran.

"Em, itu.." Raga terlihat menggaruk alisnya, membuat kecurigaanku semakin menjadi. "Oh iya, katanya Ifan demam."

LHA?

Ifan itu adiknya Raga, masih berumur kurang lebih 5 tahun.

Aku menghela kasar. Bertepatan dengan pintu teater yang telah dibuka.

"Sorry ya, Key. Next time, gue janji."

Aku menatapnya sebentar, entah perasaanku saja atau alasan Raga yang salah.

"Ya udah, ayo." Aku beranjak terlebih dahulu, menyebalkan sekali rasanya.

_____

Next😙

•||5||• LARA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang