.

336 6 0
                                    

Ketika mereka berusaha menghindar, dimana aku adalah debu di sebagian jalanan kehidupan.

Iya, benar-benar lucu, ketika aku melakukan suatu kebodohan, lalu mereka menjadi mobil-mobil yang menerbangkan debu entah kemana.

Aku pun hilang sudah,

Ditengah aku adalah seekor semut diantara gajah-gajah, hancur,
Frustasi, depresi,

Dan lucunya lagi, aku lupa.
Kalau tuhan dan keluarga adalah ada.
Iya, ada.
Lebih dari mereka yang mengindar.

Aku sudah di titik sudut, ketika aku harus bertemu lagi dengan mereka pada kelima hari.
Membosankan!

Ketika aku adalah manusia yang tidak ada artinya lagi disana, aku lebih suka diantara keluarga. Tapi takdir,
Kenapa aku harus hadir,
Diantara mereka yang membuat hidupku pada titik nadir.

Dan, pada titik nadir itu, mereka tak pernah hadir. Semuanya adalah kebencian dan kemunafikan ketika mereka menanyaiku dengan sedikit tawa yang berusaha menyepelekan.

Sekilas, aku memang berpura tidur, tapi kalian tidak tau, ketika aku menundukkan kepala, merenung, tak ada yang bisa terbendung, aku hancur.

Ketika kalian menganggap diri kalian adalah mahasempurna dan kebenaran dan menduga aku adalah sebuah kemunafikan yang tak pantas mendapat kebahagiaan.

Setiap orang bisa berubah bukan? Sama seperti kalian, berubah ketika mengetahui jati diri ku, kalian siapa? Yang selalu menjadikan aku bahan leluconmu? Cukup!

Aku sudah hancur, aku mau balik pada kebahagiaan keluargaku,
Ibuku,
Ayahku,
Saudari-saudariku,
Pada tuhanku,
Bukan pada kalian!

Aku memang bersalah, tapi apa mungkin seseorang yang berbuat salah adalah orang yang kalah? Itu semua adalah aturan tuhan, ketika hati seseorang yang merasa baik akan senantiasa terbalik melihat dunia.

Sedang orang yang merasa salah akan senantiasa tak akan menyerah menghadapi dunia.

-maftukh,

puisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang