• tiga •

2.7K 346 70
                                    

Setelah kejadian di bathtub, Changkyun ngambek selama beberapa jam sampai akhirnya dia mau luluh ketika Wonho bersumpah tidak akan menyentuhnya lagi dan berjanji akan membeli alat mandi yang panjang supaya Wonho bisa menggosok punggungnya sendiri. Changkyun seharusnya tidak berharap banyak pada sumpah itu, karena esok harinya Wonho tetap saja sayang-sayangan dan menempel-nempel padanya di pagi hari. Ya, dia tidak mengatakan apapun tentang tidak akan “sayang-sayangan” lagi sih.

Biasanya setelah Wonho berangkat kerja, Changkyun akan mulai mencuci baju dan menjemur pakaian. Lalu waktu siang hari sampai sore sebelum mulai menyiapkan makan malam adalah waktu santai Changkyun. Changkyun lebih banyak bersantai dengan tiduran di atas sofa sambil menonton televisi atau memainkan ponsel. Flat Wonho lumayan besar, tapi hanya terdapat satu kamar saja. Changkyun tidak punya kamar tidur, jadi selama ini dia tidur di atas sofa Wonho yang besar. Sebenarnya Wonho sudah sejak awal memaksanya tidur bersama, tapi Changkyun tidak mau melakukannya.

Hari ini baik acara televisi maupun konten-konten di dalam ponsel tidak ada yang benar-benar menarik. Melihat-lihat layar ponsel selama puluhan menit hanya mampu membuat Changkyun bosan dan akhirnya jadi mengantuk. Pada akhirnya dia ketiduran di sofa dengan ponsel terjatuh ke atas perut.

Changkyun terbangun sekitar dua jam kemudian karena Wonho yang membangunkannya. Changkyun terkejut berlebihan ketika melihat wajah Wonho yang menyapanya ketika membuka mata. Dia benar-benar terlalu dekat sampai Changkyun pikir dia mau menciumnya kalau Changkyun tidak segera sadar dari tidurnya.

“Ke-kenapa Hyung sudah pulang? Ini jam berapa?” Changkyun berusaha mengusap-usap kedua matanya yang masih sedikit menyayu. “Aku belum membuat makan malam.”

“Ini masih jam tiga,” balas Wonho sambil tersenyum. “Aku pulang cepat, hari ini sedang malas ke gym,” katanya. “Ingin segera bertemu istri manisku juga.”

Wonho mencubit pipi Changkyun, Changkyun menepis tangannya sebal.
Wonho tertawa kecil. Mereka sudah tinggal bersama selama hampir seminggu tapi Changkyun masih saja bereaksi seperti itu setiap kali disentuh sedikit saja.

“Ngomong-ngomong, aku bawa hadiah.”

“Hadiah?” Changkyun mengangkat kepalanya nyaris terlalu antusias. Dia kelihatan seperti anak anjing yang ingin diberi makan dan itu benar-benar menggemaskan di mata Wonho.

Wonho mengangguk. “Sini, berdiri menghadap ke sana.” Wonho mengisyaratkan Changkyun untuk berdiri membelakanginya.

Changkyun menurut. Dia terus tersenyum-senyum karena dia tidak pernah dibelikan hadiah sebelumnya kecuali untuk hadiah ulang tahunnya. Sambil menerka-nerka hadiah apa yang Wonho belikan dia berdiri sambil memain-mainkan jari-jari kakinya di bawah sana.

Changkyun sedikit terkejut ketika tiba-tiba Wonho mengalungkan sesuatu di lehernya, lalu mengikatkan benda itu ke belakang pinggangnya.
“Apa ... ini?”

Apron,” balas Wonho singkat.
Changkyun terdiam sejenak. Dari pada celemek dia tentu saja lebih suka dibelikan hoodie atau jaket musim dingin yang keren. Dia pikir karena Wonho punya selera fashion yang tinggi dia akan membelikan pakaian keren untuk Changkyun, ternyata apa yang dia belikan tidak jauh-jauh untuk keperluan Changkyun sebagai housekeeper-nya. Changkyun sedikit kecewa tentang itu.

“Biasanya kalau kau bekerja pakaianmu sering ikut terkena kotor, jadi aku belikan ini,” Wonho berujar ketika Changkyun tidak bereaksi banyak. Ekspresi Wonho berubah sedikit sedih beberapa detik kemudian. “Kelihatannya Changkyunnie tidak suka.”

“Ah, bukan,” Changkyun mengangkat kepalanya, lalu menggeleng. “Aku hanya ... tidak menyangka kau akan membelikan apron.”

Wonho tersenyum. “Iya, aku tahu apa yang sebenarnya kau harapkanㅡ”

me wifey. [wonkyun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang