"Jeno anak Ayah udah pulang? Lihat sayang anak kita udah pulang." ucap Ayah sambil mengusap surai hitam milik wanita yang ada dipelukannya.
"Ayah... Itu siapa lagi?" cicitku sambil menunduk.
"Jeno ini Bundamu, namanya Mina... Ayo beri salam sama Bunda barumu."
"Bunda Jeno cuma satu, namanya Bunda Jihyo..."
Aku semakin menundukkan wajahku ketika Ayah berjalan menghampiriku dengan tergesa.
"Jeno... Kamu tau kan kalo Ayah marah kayak gimana hm? Jangan buat Ayah marah. Ayo peluk dulu Bunda baru Jeno." ucap Ayah sampil mengusap surai coklat milikku.
"T-tapi Jeno gamau yah... Bunda Jeno namanya Bunda Jihyo... B-bukan Bunda Mina." ucapku masih menunduk sambil memainkan ujung piama biru oversize yang kukenakan.
"Oh... Jadi Jeno mulai ngebantah lagi hm?"
"Akh... Ayah s-sakit..."
Usapan lembut Ayah berubah menjadi jambakan yang sangat menyakitkan. Aku berusaha menahan tangannya agar tidak terlalu keras menarik rambutku.
"Jeno masih gamau hormat sama Bunda?"
Kali ini aku hanya diam, berharap dia akan melepaskanku. Namun keadaannya berbanding terbalik dengan apa yang kupikirkan.
Setelah meminta ijin pada wanita barunya, Ayah menyeretku keluar rumah tanpa melepaskan jambakannya.
"HARI INI KAMU TIDUR DI LUAR! KAMU UDAH MALU-MALUIN AYAH!"