01 - Rutinitas Pagi

5.4K 398 106
                                    

©Sugarill

Sekolah, tempat para murid belajar dan menuntut ilmu. Sekolah juga memiliki arti waktu luang bagi anak-anak yaitu bermain, mempunyai banyak teman, dan menghabiskan masa muda dengan canda tawa.

Tapi itu semua berbanding terbalik dengan apa yang kurasakan.

Sepi...

Sunyi...

Hanya suara lagu yang kuputar dari handphone yang menemani setiap waktuku.

Jarang ada siswa yang mendekati mejaku yang terletak di sudut kelas. Mungkin karena terpencil dan dekat dengan tong sampah sehingga mereka jarang mendekatiku.

Akankah ada suatu keajaiban sehingga mereka mau mendekatiku?

Ah... Jangan terlalu berharap Jen, mana mungkin mereka mau mendekatimu.

----------------------- Solitude -----------------------

"JENO!"

"Heh, apa lo sekarang tuli?" ucap lelaki berambut hitam itu sambil menarik earphone yang kukenakan.

"Please, jangan ganggu gua kali ini aja." ucapku memohon pada ketiga lelaki yang berdiri mengerubungi mejaku.

"Apaan kita gak ganggu kok, kita kan cuman mau ngajak main. Lo gaada temen main kan? Ikut kita aja makanya."

Aku hanya pasrah saat Guanlin menarik tanganku tanpa persetujuanku. Menolak pun aku tak mampu, apalagi melawan Guanlin? Bisa habis aku ditangannya.

----------------------- Solitude -----------------------

'Brukk'

Aku meringis merasakan nyeri pada bokongku. Huh... Apakah mereka akan menyiksaku lagi?

"Hei bocah miskin! Lo bawa duit berapa?" ucap lelaki jangkung itu.

Aku hanya diam menatap mereka satu persatu. Siapa yang mau dipukuli saat masih pagi?

"Mana mungkin dia bawa duit. Dompet aja dia gapunya." Ucap Felix diselingi gelak tawa oleh mereka bertiga.

Lagi-lagi aku hanya diam tidak melawan, untuk apa aku melawan? Yang ada aku malah dipukuli habis-habisan oleh mereka.

"Orang tuanya aja sampe gamau dia hidup di dunia ini, akhirnya berantem terus cerai deh." seru lelaki dengan hoodie merah yang bernama Mark.

Mata Jeno memerah. Dia marah jika sudah disangkut pautkan dengan kedua orang tuanya.

"Daripada kalian yang katanya orang kaya terhormat tapi masih minta duit sama orang miskin."

'Srekk'

"Udah berani ya sekarang hm?" ucap Guanlin yang telah menarik kerah seragamku

'Buaghh'

Tubuhku terpental akibat tinjuan Guanlin. Perih... Itu yang kurasakan.

"Udah miskin masih aja songong, emang minta dihajar."

'Bughh'

Cairan kental berwarna merah perlahan menetes dari hidungku.

'Duaghh'

Mereka terus memukuliku hingga seluruh tubuhku mati rasa. Bahkan saat tubuhku benar-benar sudah lemas, tidak kuat hanya sekadar duduk menyender pada tembok.

"Beruntung lo, lima belas menit lagi udah bel. Kalo enggak bisa mati lo sama gue."

Setelah mengucapkan kata itu Guanlin pergi. Akhirnya aku bisa menetralkan nafasku yang memburu akibat dipukuli habis-habisan tadi.

Setelah memastikan tubuhku cukup kuat, aku perlahan mencoba duduk bersandar di tembok atap sekolah, menikmati hembusan angin yang membuatku cukup tenang. Seakan-akan semua beban hilang sesaat.

----------------------- Solitude -----------------------

Suara bel membuyarkan semua lamunanku. Aku yang telah tersadar sepenuhnya perlahan berjalan menyusuri koridor yang sepi karena semua murid telah masuk ke kelas masing-masing.

Dengan langkah perlahan aku berjalan menuju kamar mandi. Membersihkan darah yang menetes di hidungku dan merapikan penampilanku.

Memang baik-baik saja penampilanku dari luar yang terbalut jas seragam kuning berlengan panjang ini. Tapi jika membukanya sudah dipastikan mereka akan jijik untuk sekadar melihatnya.

Setelah memastikan penampilanku cukup rapi, aku perlahan berjalan menuju kelasku yang tidak terlalu jauh. Menahan nyeri yang ada di bawah rusukku akibat pukulan ketiga orang tadi yang tak kunjung hilang.

Aku mengetuk pintu kelasku secara pelahan lalu membukanya, membuat suara yang cukup mengalihkan perhatian seluruh penghuni kelas.

Setelah meminta maaf pada guru yang mengajar aku berjalan menuju mejaku. Dapat kulihat semua mata tertuju padaku dengan pandangan tidak suka, cukup terlihat ketika ada seorang siswi yang menjegal kakiku saat aku menuju mejaku.

Aku hanya berdiri kembali sambil meringis memegangi perutku, rasanya sakit sekali.

Aku menekuk kedua tanganku diatas meja, lalu meletakkan kepalaku di atasnya. Masa bodoh dengan pelajaran, perutku terasa sangat sakit.

Disaat seperti ini aku berharap segera terdengar suara bel yang cukup panjang sehingga aku terbebas dari sekolah yang menyiksa ini.

To Be Continue...

.

.

Masih permulaan udah nistain Jeno:(

Jangan lupa vote+comment ya guys!

Ditunggu ntar kelanjutannya eheheh:>

Bonus pict :

Ganteng" tapi dibully:( kasian banget hidup lu Jen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ganteng" tapi dibully:( kasian banget hidup lu Jen.. /plak

Udah gitu aja, semoga kalian semangat baca:>

SOLITUDE - Lee jenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang