Jarak

233 14 0
                                    

My POV

Sudah akhir pekan, tapi rasanya kesibukanku tidak menipis. Membantu papa mengurus perusahaannya membuatku lelah terkadang.

Tapi apa daya, papa sudah tak muda lagi. Ia perlu waktu istirahat dan sudah memang kewajibanku untuk membantunya.

Kulirik jam di tanganku menunjukkan jarum pendek di angka 11. Kantor sudah sepi tapi masih ada setumpuk map di atas mejaku.

Ingin rasanya aku pulang dan tidur dengan nyaman. Namun membayangkan wajah papa yang keletihan bila besok mengurus semua berkas ini membuar rasa letihku menghilang.

Ahh di saat seperti ini aku butuh penyemangatku. Dengan semangat aku membuka ponselku dan memilih 1 foto di galeriku.

Memandangnya dengan senyuman penuh, aku rindu padanya. Sangat.

*Brak

"Lou!!! Kau kira pukul berapa ini huh?! Pulang lah! Urus berkasnya besok!"

Bentak asisten pribadiku sekaligus temanku. Kelvin Johanson. Pria keturunan Inggris-Kanada yang menetap di London semenjak middle school. Dan semenjak itu menjadi temanku.

Ahh iya, perkenalkan aku Louise Park aka. Park Yoonjin. Yup, aku berdarah Korea-Inggris. Papa merupakan orang Korea dan ibuku berdarah Inggris. Aku anak ketiga dari tiga bersaudara dimana kedua kakakku yang tentunya laki-laki masing masing berada di negara yang berbeda-beda.

Aku tinggal dengan papa dari kecil, mommy sudah lama meninggalkan papa saat kami susah. Dan sekarang aku bertanggung jawab penuh atas perusahaan induk dan merawat papa.

Kembali lagi kepada kehidupan perkantoranku. Aku bukan workaholic, tapi keadaan papa membuatku berpikir seribu kali untuk menunda pekerjaan. Papa yang dulu terbiasa bekerja keras dan seorang workaholic yg bekerja demi menyekolahkan anak anaknya, kini sudah tua namun iya tetap terpaku untuk bekerja. Dia tetap ingin mengumpulkan harta agar kelak saat ia mati, semua hartanya dapat di wariskan untuk kami.

Padahal kakak kakakku sudah jauh dari kata mapan dan punya perusahaan sendiri. Kami pun sudah berjuta juta kali melarang papa untuk bekerja.

Namun nihil, saat melihan berkas yang belum di kerjakan maka ia akan mengerjakannya segera dan malah menyuruhku beristirahat.

Terbalik bukan?

"Mr. Kelvin, i'm your boss if you forgot."

"I know!!! Tapi bukan berarti kau bisa bekerja seenaknya! Ini sudah malam! Kau mau aku membawamu ke rumah sakit pagi buta lagi?!"

Hemm dia mulai lagi.

"Kelv, hari itu aku sedang tidak enak badan. Tapi hari ini aku sehat, aku tak mau papa terlalu banyak bekerja besok."

Ucapku yang di jawab helaan nafas gusar Kelvin. Dan itu pertanda aku menang dengan argumenku.

"2 jam dari sekarang, dan kita pulang. Tidak ada bantahan. Atau aku akan menyeretmu."

Dia selalu seperti itu, khawatir terlalu berlebihan.

Pukul 12.30 malam. Semua berkas sudah selesai, terima kasih kepada Kelvin yang membantuku.

"Ayo pulang, aku akan memasak untukmu."

Aku hanya bisa tersenyum mendengarnya. Dia manis saat merajuk begini.

Ahh, orientasiku seksual ku tidak seperti pria pada umumnya.

I'm Gay.

Tapi jangan salah paham, aku dan Kelvin bukan pasangan kekasih.

Kami teman satu apartment, tapi hanya sebatas itu. Kelvin menyukaiku, aku tau dengan jelas.

Tapi saat ini, kami hanya bisa menjadi sebatas teman.

Hatiku masih miliknya. Milik orang yang aku tunggu.

Orang yang telah berjanji padaku.

.

.

.
Tbc

[ONGOING] Promise You || BLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang