Your Eyes

18 1 0
                                    

Louise POV

Aku terbangun dengan rasa sakit di kepalaku yang teramat sangat. Aku mencoba untu memejamkan mata kembali. Namun denyutnya tak juga hilang.

Semalam aku melakukan hal yang bahkan aku tak tau apa konsekuensinya. Dengan gegabah aku menerima tawaran seseorang yang bahkan aku baru kenal, dan aku menerimanya tanpa tau apa tujuannya yang sesungguhnya.

Dan karena keputusan bodohku, tadi malam aku tak bisa tidur, aku baru tertidur pukul 4.00 pagi dan terbangun 1 jam kemudian.

Aku mencoba untuk memejamkan mataku kembali, tapi denyut di kepalaku seolah tak membiarkanku tidur walau hanya sedetik.

Ku putuskan untuk ke balkon, sekedar menghirup udara pagi. Mungkin dengan pikiran yang lebi relax aku bisa tidur kembali nantinya.

Aku membuka pintu balkon dan di sambut dengan hembusan angin dingin. Aku memang orang gila yang dengan bodohnya keluar ruangan dengan baju tipis dan angin dingin yang berhembus kencang.

Aku mengedarkan pandanganku dan kulihat hanya langit yang masih berwarna biru gelap.

Mataku dengan otomatis memejam untuk menikmati udara dingin yang menerpa kulitku. Setidaknya udara dingin ini bisa membuatku lebih tenang.

Beberapa menit aku memejam, dan aku kembali membuka mata dan melihat sekeliling. Mataku berhenti pada sosok yang tadi tak aku lihat.

Kelvin.

Dia ada di balkon kamarnya, ya kamar kami bersebelahan karena kamarku masih di pakai oleh "dia".

Aku memandangi dirinya yang sepertinya mengalami hal yang sama denganku.

Dia memejamkan mata, namun saat itu aku melihat tetesan air mata mengalir dari matanya.

Aku terkejut untuk sesaat, apa hal yang aku lakukan sangat melukai dirinya?

Aku tau Kelvin sangat menyukaiku.

Ya, aku mengetahuinya.

Bukannya aku tak mau menerima cintanya, hanya saja rasa sakit yang di tinggalkan Ken pada saat itu masih ada. Aku tak mau dia pada akhirnya akan mengira dirinya hanya pelarianku.

Kesedihannya terlukis pada wajah dan matanya, dan sepertinya dia ada di sini lebih lama dariku, karna aku bisa lihat wajah dan telinganya yang memerah. Dia begitu larut hingga tak menyadariku berdiri di balkon yang tak jauh dari balkonnya.

Cara yang paling tepat untuk membuatnya masuk adalah meneleponnya.

Ku keluarkan ponselku dan menekan nomornya. Dan benar saja dia segera berlari masuk begitu mendengar ponselnya berbunyi. Tentu dia tau aku yang menghubunginya, dia memberiku nada dering berbeda agar dia tau saat aku menghubunginya.

"Halo Lou? Kau sudah bangun?"

"Hemm..."

"Kau butuh sesuatu?"

Aku bahkan tak bisa menjawab pertanyaannya karena masih terlarut dalam pikiranku.

"Lou?... Apa kau baik-baik saja?"

Bukankah itu harusnya menjadi pertanyaanku Kelv?

Apa aku selalu membuatmu terluka?

"Lou... Please... Talk to me..."

"Tidak... Hanya saja di luar dingin. Jangan terlalu lama di luar, kau akan sakit."

Ucapku dan setelahnya mematikan sambungan tanpa menunggunya menjawab.

Aku memang yang selalu menolaknya, tetapi bukan berarti aku ingin menyakitinya.

Dan airmatanya tadi sangat menggangguku. Dadaku sesak hanya karena melihatnya menitihkan airmata dan aku sangat tidak menyukai itu.

.

.

.

Author POV

Kelv masih membatu.

"Apa dia melihatku di luar?" Dia segera menuju balkon dan saat itu ia melihat Lou yang baru saja masuk kembali ke kamarnya.

Kelv masih termenung di luar, dia takut Lou melihat dirinya menangis tadi.

Entah apa yang harus dia gunakan sebagai alasan bila Lou benar melihatnya menangis.

Dia masih membatu hingga sebuat tangan menariknya masuk.

"Apa perkataanku tadi masih kurang jelas untukmu?"

Kelv masih mematung. Lou saat ini berada di hadapannya dan menggenggam tangannya. Kelv bisa merasakan tangan Lou yang dingin.

"Kenapa tanganmu dingin Lou? Apa kau di luar tadi?" Lou hanya terdiam, dia bahkan tak repot-repot menjawab. 

Hanya melepaskan genggamannya dan memeluk Kelv dengan erat.

"Maaf, aku membuatmu khawatir lagi. Aku tak tau kalau perbuatan bodohku tadi malam membuatmu begitu terluka. Aku  akan menjelaskan pada Vin dan membatalkan perjanjian tadi malam. Aku hanya terbawa suasana saja hingga mengambil keputusan yang tidak benar."

Pelukan Lou pagi itu membuat Kelv begitu tegang. Jantungnya berdegup kencang.

Seluruh tubuhnya seolah berkeringat.

Namun Kelv merasakan sesuatu yang tak biasa.

Dia bisa merasakan debaran jantung Lou.

Apakah Lou menyukainya?

Atau itu hanya debaran biasa?

.

.

.


tbc




Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 26, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[ONGOING] Promise You || BLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang