Goodbye

73 6 0
                                    

My POV

Hari sudah pagi rupanya, dan sudah saatnya aku kembali ke rutinitasku lagi. Entah kenapa terkadang aku merasa hidupku tak ada habisnya. Yang aku hadapi hanya setumpuk lembaran dan berbagai rapat. 

Aku bosan dengan semuanya, tapi aku tak ingin ayahku kecewa.

Haahh... 

Tidak bisakah kau kembali dan menghiburku?

Hanya itu yang terlintas di kepalaku. Semenjak kepergiannya itu, kami bahkan tak selalu bertukar kabar. Namun setahun terakhir ini kami tak bertukar kabar. DIa terlalu sibuk dan aku tak ingin mengganggunya.

Ya, dia pergi sudah sangat lama.

Sudah berapa lama ini?

3 tahun? 4 tahun?

Ahh kami sudah berpisah 6 tahun. Dan yang lucu aku masih menunggunya. Tidak masuk akal bukan?

Tapi hal itu masih aku lakukan.

"Lou..."

Kelvin muncul dari balik pintu, aku hanya tersenyum padanya.

"Hemm.."

"Kau baik baik saja? Kau terlihat lelah..."

Sesungguhnya rasanya ingin aku berlari pada Kelvin dan menerima dirinya, dia selalu mengurusku dan sampai kini selalu mencintaiku. Tapi apa daya, entah apa yang membuatku masih menunggu dia.

"I'm fine Kelv, don't worry. Hanya sedikit rindu."

Aku tau bila mendengar ini dia akan terluka, tapi aku hanya ingin dia tau apa yang aku rasakan. Terkadang aku merasa jahat dan ingin rasanya dia bisa mencintai orang lain yang lebih layak.

Aku bangun hendak menuju kamar mandi untuk menghindari Kelvin yang kini terlihat murung. Hingga saat aku berjalan menuju walk-in closetku, aku merasakan lingkaran tangan di pinggangku.

Kelvin selalu begini.

"Sebentar saja... Biarkan aku memelukmu sebentar."

Kenapa dia memelukku? Bukan karena keegoisan seseorang yang mencintai orang yang di peluknya, tapi dia memelukku karena dia merasakan kesepianku yang menunggu sosok yang tak kunjung kembali itu. 

"Aku tak akan memaksamu Lou, tapi bila nanti kau lelah dan akan menyerah aku ada di sisimu. Kapanpun kau ingin menerimaku, maka aku akan selalu ada di tempat yang sama untuk menunggumu."

Setelah mengucapkan itu dia pergi keluar meninggalkanku yang masih terdiam. Dia selalu mengatakan hal itu, dan entah kenapa perkataannya kadang membuatku ingin bersamanya dan melupakanmu.

Tapi aku akan menunggumu.


Flashback - 6 Years ago

"Baby, Bangun lah. Sudah saatnya sarapan."

Dia hanya menggeliat seperti biasanya. Sangat susah untuk di bangunkan.

"Lou... Biarkan aku tidur 15 menit lagi." Rajuknya namun aku menyingkap selimutnya dan menariknya bangun.

"Baby, ini sudah 15 menit yang ke 4 pagi ini. Aku memberimu satu jam sejak jam 8 pagi tadi. Kita harus hadir di upacara keluusan dalam 2 jam baby. Segera bersiap atau aku akan meninggalkanmu."

Ucapku final dan dia akhirnya bangun dah bersiap. Kulihat dia membuka lemari pakaianku dan mengambil jasku.

Hal itu membuatku tertawa, dia selalu seenaknya menggunakan pakaianku. Sesungguhnya aku dan dia, kami seperti tak bisa di pisahkan. Namun kami hanya pasangan aneh yang saling merahasiakan latar belakang kami. 

Kami sudah berkomitmet bahwa dari manapun kami berasal itu tak masalah dan dari golongan manapun kami tak peduli. 

Sebenarnya semenja highschool dan saat kuliah aku tidak di London. Kami menempuh keduanya di Korea. Sedangkan Kelvin tetap di London.

Aku ke Korea karena saat itu papa ingin aku jauh dari mommy. Dan akhirnya aku meneruskan hingga jenjang perkuliahan.

Yang dia tau aku pria Korea-Barat dan yang aku tau dia pria Jepang asli namun bahasa Inggrisnya tak main main. 

Kami selalu bersama namun orang orang mengira kami bersahabat dekat tanpa tau kami berpacaran. Julukan kami "pangeran sempurna".

Aku selalu menempati rank 1 dan dia pada rank 2. Dan di universitas tak jauh berbeda. Kami berdua bertubuh atletis dan tinggi kamu juga sama.

Yang berbeda hanya wajah dan pembawaan kami.

Julukanku "Ice Prince" Dan dia "The Sun". Ya, dia lebih ceria sedangkan aku lebih pendiam dan dingin.

Sulit menjelaskan siapa bottom diantara kami dalam sekali melihat.

Kembali pada acara wisuda. Lobby hall sudah penuh dengan para wisudawan, lucunya kami berdua tidak di dampingi keluarga. Dan acara selesai dengan lama, menyisakan para wisudawan dan keluarga yang berfoto di halaman kampus, kami pun berfoto dengan teman teman lain dan berfoto berdua. 

Tepat sebelum akan berfoto berdua untuk kesekian kalinya, saat akan selfie. Ponselnya berdering, sepintas aku melihat tulisan huruf jepang muncul di layar.

"おとうさん"

"Yes, daddy..." Jawabnya setelah ijin untuk menjauh, mungkin karena di sini terlalu berisik.

Dari kejauhan aku melihat wajahnya yang berubah serius. Dan sesekali ia terlihat seperti tengah berdebat, ekspresinya sangat kontras saat kita tengah bersama, aku tak pernah melihat wajahnya sekelam itu.

Setelah menutup panggilan dia kembali padaku.

"Lou... Aku harus kembali."

"Ah Ayo kembali bersama.. Aku juga su-"

"Lou... Aku harus kembali ke Jepang."

.

.

.

tbc

[ONGOING] Promise You || BLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang