Jatuh Bangun

1K 178 87
                                    

"Mbak Irene.." sapa seorang pemuda gagah berotot dengan tatto macan putih di lengan kanannya. Ia tiada henti tersenyum hangat, memandangi Irene dan keluarga. Sedari awal ia memasuki villa keluarga Bae, pria kekar itu terus memberi salam pada seluruh keluarga Bae. Mulai dari orang tua Irene, Uwa Sooyoung, Junmyeon, Jinwoo, Ucok, juga Enin.

"Eh.. Baekho, baru nyampe?" sapa Uwa Siwon, sang mak comblang.

"Iya om.."

"Langsung dari Surabaya ke Garut ini?" pertanyaan Uwa Siwon dijawab anggukan oleh Baekho disusul senyum yang membuat garis matanya menghilang.

"Eh tadi nyariin Irene kan? Tuh anaknya lagi nangis, disuruh motong bawang sama Uwa buat bikin bumbu sate malah nangis.. temenin gih.." tunjuk uwa Siwon pada satu sosok wanita yang sedang menangis pelan di pinggir kolam renang.

Bak pria sejati, Baekho menghampiri Irene yang terus menyeka air mata yang tumpah. Duduk bersila tepat disamping Irene. Mengamati wajah cantik milik 'calon tunangan' nya itu. Sesekali Baekho tersenyum manis memandangi Irene. Dalam otak Baekho, Irene selalu mempesona.. apapun itu kondisinya.

"Kamu ngapain sih dari tadi?" tanya Irene yang masih bergulat menyapu area bawah matanya yang basah. Baekho mungkin berusia empat tahun lebih muda dari Irene, tapi jangan salah sangka, ia memiliki nyali yang besar. Seperti sekarang, entah bagaimana bisa dua tangan besar nan kokoh milik Baekho menangkup kedua pipi Irene. Ibu jarinya mengelus pipi Irene dengan lembut, mengusap air mata yang tumpah.

Selama beberapa waktu sang empunya pipi hanya terdiam dan memandangi wajah pemilik tangan yang terus mengelus dengan lembut.

"Udah mbak, jangan nangis.."

Suara Baekho mulai terdengar oleh Irene, mengembalikan otaknya dari lamunan. Kaget, pasti. Perempuan mana yang tidak dalam mode membatu jika ada laki-laki tampan yang berlaku lembut? Tapi anehnya.. tidak ada hentakan degup jantung yang dirasa. Aneh..

"Baekho, lepas.."

"Kenapa?"

"Kalau gak di lepas, Mbak gak mau ketemu kamu lagi.. beneran." ancam Irene dengan wajah garangnya. Buru-buru Baekho mengangkat kedua tangannya,

"Iya mbak, iya.."

Irene mendelik, sebal rasanya pipi mulus nya ini di usap Baekho, menggantikan jejak usapan Mino.

"Duh.. gitu aja ngambek.. jangan ngambek, nanti muncul kerutan loh mbak.."

"Kalau kamu gak suka kerutan, nikah aja sama Jieqiong sana! kerutan di wajah dia masih jauh buat muncul kok.. Lagipula, dia satu kampung kan sama kamu dari Tiongkok sana.."

Baekho tertawa renyah mendengar ucapan Irene, "Hahaha tau nih.. Pasti Mbak cemburu ya efek liat postingan instagram saya dinner sama Jieqiong semalam?"

"Cemburu? Duh Baekho, mending kamu fokus sama bisnis keluarga deh.."

"Loh.. ini juga kesini kan urusan bisnis.."

"Oh iya lupa.. kamu deketin aku gini kan urusan bisnis.." balas Irene sarkas membuat Baekho menggaruk lehernya canggung,

"Jangan gitu mbak.."

"Berapa kali sih mbak harus bilang ke kamu? jalanin aja hubungan kamu sama Jieqiong, gak usah capek-capek dateng terus ke Garut.."

Pria berkemeja itu diam. Suasana menjadi benar-benar canggung diantara mereka berdua. Suara gemercik air mendukung situasi. Kedua anak manusia itu hanya diam. Sesekali memandangi awan.

'Jatuh bangun aku, mengejarmu.. namun dirimu tak mau mengerti..
Kubawakan segenggam cinta, namun kau meminta diriku.. Membawakan bulan ke pangkuanmu..'

Crazy Rich GarutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang