Keadaan sekolah sudah mulai sepi. Maklum saja, jam pelajaran terakhir sudah berbunyi 3 jam yang lalu. Hanya mereka yang memilki jadwal ekstrakulikuler saja yang masih di sana, termasuk Seokmin.
Sehabis latihan band, Seokmin tidak langsung pulang. Padahal jam tangan hitamnya sudah menunjukkan pukul 5 sore. Hal itu dikarenakan, ia harus pergi ke ruang paduan suara terlebih dahulu. Untuk apa? Tentu kalian masih ingat dengan percakapan Mingyu dan Seokmin saat istirahat tadi.
Sebelum pulang, dengan kurang ajar sahabatnya malah mengajukan ancaman,“aku tunggu jam 8 malam di rumahku. Jika kau tidak mendapatkannya, maka akan aku hancurkan DVD Narutomu!”
Di tengah perjalanan otaknya berpikir tentang apa yang akan ia katakan nanti. Sempat ada keraguan dari diri Seokmin untuk menanyakan ke Yuna. Namun, juga tidak mungkin jika ia langsung meminta pada Mina, bukan?
Terlalu banyak pikiran membuat Seokmin tidak sadar bahwa ia telah sampai di depan pintu ruang paduan suara.
Baru saja ia hendak melayangkan ketukan, tiba-tiba seorang gadis yang amat dikenalnya keluar dari ruangan tersebut.
“Seokmin? Tumben kemari, ada apa?” tanya sosok tersebut dengan senyum manis yang terpatri di wajah cantiknya.
Seokmin hanya merespon dengan senyum kaku di wajahnya. Ia bingung harus mengatakan apa dulu. Daftar pertanyaan-pertanyaan yang sempat ia catat di otaknya entah mengapa hilang seketika.
“Apa Mina ada di dalam?”
Senyum yang tadi terbit, tiba-tiba luntur dari raut Yuna.“Ia sedang menemui Song Saem untuk membahas lomba minggu depan.”
Yuna cukup kecewa dengan pernyataan Seokmin barusan. Ia sempat percaya diri bahwa Seokmin kemari untuk menemui dirinya. Menaruh harapan kepada sosok laki-laki di depannya memang menyakitkan.
“Ah, kalian akan mengikuti festival itu juga? Wah, kita akan bertemu lagi nanti,” ujar Seokmin basa-basi.
“Benarkah? Lalu, kenapa mencari Mina?"
Seokmin terdiam cukup lama. Entah mengapa tiba-tiba ia merasa sangat gugup saat menatap kedua mata bulat milik Yuna.
“Apa kau memiliki ID Line-nya?”
Seokmin dapat melihat ekpresi terkejut dari sosok gadis di depannya. Ia menjadi menyesal karena terlalu berterus terang kepada Yuna. Salahkan kegugupannya yang tidak bisa hilang dan membuat ia tidak bisa mengingat apa pun.
“A-aku disuruh Jihoon hyung. Katanya ia ingin membahas suatu projek dengan tim kalian. Mungkin kita akan berkolaborasi lagi. Mu-mungkin…,” ujarnya sambil memegang tengkuknya.
Ingatkan Seokmin untuk meminta maaf kepada drummer-nya sehabis ini. Meng-‘kambing hitam’-kan sang leader dan mengatasnamakan kolaborasi bukanlah termasuk dalam list pertanyaan. Tiba-tiba saja kalimat tersebut meluncur dari mulutnya dengan tidak terkontrol. Habislah ia jika Jihoon sampai mendengarnya.
“Oh begitu … baiklah, nanti akan aku kirimkan lewat Line. Kau tidak mengganti ID mu, kan?”
“Tentu tidak.”
Mereka bedua terdiam cukup lama. Dari Seokmin maupun Yuna sama-sama tidak ada yang ingin membuka suara. Atmosfer di sekitarnya pun juga terasa dingin. Seokmin lagi-lagi memegang hidungnya. Ia berusaha berpikir keras tentang apa yang harus ia lakukan sekarang. Sedangkan Yuna hanya memandang sosok laki-laki di depannya itu dengan penuh harap. Ia menunggu Seokmin untuk mengatakan sesuatu yang sangat Yuna tunggu-tunggu.
“Ada lagi, Seok?” pancing Yuna.
“Ti-tidak, i-itu saja. Kalau begitu aku pergi dulu. Gomawo, Yuna-ya.” Laki-laki dengan bahu lebar itu pun lantas berlari kecil menjauh dari ruang paduan suara.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Red Headband (SeokGyu)✔
Random[TAMAT] "Jika kau nanti menjadi pemain basket, maka aku harus menjadi dokter," "Kenapa begitu?" "Karena aku ingin menjadi orang pertama yang menolongmu saat kau terluka nanti." 💢Seventeens' friendship story 💢MingyuXSeokmin (InsyaAllah update se...