5

470 55 5
                                    

Don't vorget to vote, comment, and share :)

Happy reading...!!!!

.
.
.
.
.

Saat mendengar kata sahabat, apa yang pertama kali muncul dalam benak kalian? Sosok teman dekat, kah? Salah. Lebih dari sekedar itu. Saat kalian memiliki sahabat tidak hanya perasaan sebagai teman saja yang kalian rasakan tetapi kalian juga akan merasakan hubungan kekeluargaan dengannya.

Sahabat adalah orang yang sangat mengerti keadaan kalian. Kapan kalian senang maupun sedih. Sahabat pulalah orang pertama yang akan menghibur kalian dan mengulurkan tangannya saat kalian ada masalah.

Namun, kali ini Mingyu harus mengahadapi masalahnya tersebut tanpa sosok sang sahabat.  Sahabat yang selalu menghiburnya kini tengah terbaring lemah di rumah sakit dengan beberapa jenis selang sebagai penunjang hidupnya. Belum ada kabar dari keadaan Seokmin sampai saat ini. Dokter yang menanganinya masih berkutat di dalam ruang ICU. Sedangkan orangtua Seokmin sendiri sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit.

“Mingyu-ya… ” suara berat yang sangat familiar memanggil pelan sosok pemuda yang tengah terpejam dengan kedua tangan menutupi wajahnya. Pemuda yang dipanggil tadi lantas membuka matanya perlahan. Ia dapat melihat kedua orangtua Seokmin berdiri di hadapannya.

“Pulanglah! Biarkan kami yang menjaga Seokmin,” ujar Ayah Seokmin.

Mingyu lantas mengangguk dan berjalan pelan menjauhi ruangan di mana sang sahabat berada. Namun, baru beberapa langkah ia mendengar suara pintu tengah dibuka oleh seseorang. Rupanya dokter telah selesai memeriksa Seokmin. Alhasil, Mingyu berjalan kembali ke arah ruangan tadi.

“Apakah anda orangtua dari saudara Seokmin?” tanya dokter tersebut kepada Ayah Seokmin.

“Ne, uisa-nim. Saya ayahnya.”

“Mari ikut ke ruangan saya.”

Sembari menunggu Ayah Seokmin kembali, Mingyu tengah berusaha keras menenangkan Ibu Seokmin yang ada di sampingnya. Meskipun ia juga dalam mode tidak baik, tetapi ia yakin kondisi Ibu Seokmin jauh lebih sedih daripada dirinya. Ibu mana yang tidak khawatir saat mengetahui anaknya tengah berjuang untuk hidup di dalam sana. Apalagi, dokter masih belum mengijinkan siapa pun untuk menjenguk Seokmin.

Eomma-nim yang tenang, ya ... Seokmin pasti baik-baik saja.”

Ia eratkan pelukan pada sosok yang sudah dianggap seperti ibu kandungnya. Berharap bahwa tindakannya dapat mengurangi sedikit kesedihan pada wanita cantik tersebut.

Tidak berselang lama Ayah Seokmin berjalan menuju ke arah mereka dengan sebuah map coklat di tangan kanannya. Raut wajahnya pun menunjukkan bahwa ia tidak sedang dalam keadaan baik.

“Bagaimana hasilnya?” tanya Ibu Seokmin dengan suara serak karena terlalu lama menangis. Bukannya menjawab pertanyaan dari sang istri, Ayah Seokmin malah membuka map coklat tersebut dan mengeluakan isinya dari dalam.

“Ini adalah hasil dari pemeriksaan Seokmin barusan.”

Mingyu tidak dapat mengontrol kegugupannya. Dalam hati ia memanjatkan do’a berharap tidak ada kata-kata yang tidak ia harapkan di ucapkan oleh laki-laki berkepala empat tersebut.

“Dari hasil rontgen barusan … ternyata ada tumor di otak Seokmin.”

=================

Mingyu terus mengscroll down laman dari web yang tertera di komputernya. Ia tampak serius memperhatikan kata demi kata yang dituliskan si penulis. Saking seriusnya beberapa pesan dan panggilan dari ponselnya pun tidak ia hiraukan. Bahkan ia lupa bahwa malam ini ia ada janji kencan dengan Mina. Untung saja ibunya Mingyu menghubungi gadis tersebut dan mengatakan bahwa Mingyu tidak dapat pergi.

Setelah pulang dari rumah sakit, Mingyu langsung mengunci diri di kamar. Panggilan dari ibunya saja ia abaikan. Ia hanya terlalu sedih setelah pembacaan hasil pemeriksaan Seokmin barusan.

Ada sebuah tumor yang bersarang di otak Seokmin. Sehingga, sahabatnya pun didiagnosa mengalami kanker otak. Yang membuat Mingyu bertambah sedih adalah kanker tersebut sudah dalam tingkat stadium 4. Dimana dalam artikel yang ia baca kali ini sangat kecil kemungkinan untuk dapat sembuh.

Hahhh… "

Helaan nafas ia keluarkan dengan sangat keras. Air mata yang sudah lama tidak ia gunakan kini meluncur dengan mudahnya. Ia remas pelan surai hitam legam miliknya, menunjukkan kepada rembulan bahwa suasana hatinya tidak sedang baik-baik saja. Ucapan rasa penyesalan tidak henti ia gumamkan. Sesekali ia juga memukul kepalanya dengan keras. Menyalahkan kebodohannya yang tidak peka akan keadaan sang sahabat.

Ia lirik kamar Seokmin yang hanya berjarak 3 mater dari kamarnya. Biasanya kamar tersebut akan ramai dengan suara musik rock kesukaan Seokmin. Bahkan, Mingyu sering berteriak dari sini karena sahabatnya tersebut terlalu berisik.

Saat sedang asik bernostalgia tiba-tiba saja ia teringat akan sesuatu. Ia lantas mengambil kunci dublikat kamar Seokmin dan berjalan ke sana. Kebetulan, pagar balkon kamar Mingyu dan Seokmin hampir berdempetan. Biasanya mereka tinggal melompat dari sana jika hendak berkunjung.

Sesampainya di sana Mingyu menyalakan lampu kamarnya dan mulai mengobrak-abrik laci yang ada di meja belajar Seokmin. Ia seperti tengah mencari sesuatu. Tepat pada laci paling bawah ia menemukan bertumpuk-tumpuk buku tentang medis. Ia ingat, beberapa bulan yang lalu Seokmin selalu mengajaknya ke toko buku sehabis pulang sekolah. Saat Mingyu bertanya untuk apa, Seokmin akan menjawab, “untuk menambah wawasan.”
Sedari kecil Seokmin memang memilki cita-cita sebagai dokter. Jadi, ia percaya saja saat Seokmin berkata demikian. Namun, sekarang ia sadar bahwa buku-buku tersebut dibelinya tidak hanya untuk bekal tes masuk sekolah medis impiannya semata, melainkan juga untuk mengatasi penyakitnya.

“Sebelumnya ia sudah mengetahui penyakitnya, kah?”

Tepat setelah ia menggumamkan kalimat tersebut, kedua bola matanya tidak sengaja melihat sebuah map berwarna coklat seperti yang dibawa Ayah Seokmin tadi. Ia lantas membuka map tersebut. Matanya membulat sempurna. Bahkan kini air matanya pun terjatuh kembali.




TBC

=================

.
.
.
.
.

Pasaran bangettt ya ceritanyaaa... :(

Btw, maaf banget, ya...  yang Brother and I masih belum bisa update. Tapi ini sudah proses kok, tinggal bagian akhirnya.

©DratnaK (27/06/19)

The Red Headband (SeokGyu)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang