7

486 47 3
                                    

“KERJA BAGUS SEMUANYAAA!!!”

Hari ini adalah semifinal dari cabang olahraga basket untuk tingkat SMA se-Korea dan tim dari SMA Mingyu dan Seokmin berhasil lolos ke babak final. Dimana nantinya mereka akan bertanding melawan tim basket dari SMA Busan.

Sorak kebahagian tak henti mereka teriakkan, kecuali Mingyu. Pemuda tersebut tidak ikut berteriak seperti yang lainnya, hanya senyum lebar sebagai bentuk ungkapan kebahagiaannya.

Bukannya ia tidak senang. Malahan ia amat senang. Ia bahkan berpikir bahwa hari ini adalah hari keberuntugannya. Bagaimana tidak, ia memiliki dua sumber kebahagiannya hari ini. Yang pertama adalah kemenangan timnya dan yang kedua adalah Seokmin. Kemarin Seokmin menghubunginya bahwa hari ini adalah operasi pengangkatan tumornya dan jika berhasil maka Seokmin akan sembuh dari kankernya. Ya, setidaknya itulah yang diucapkan sahabatnya dalam via telepon kemarin malam.

“Gyu, kau tidak ikut makan-makan?” tanya Myeongho, rekan setimnya. Seperti sebuah tradisi, tim mereka akan mengadakan  pesta perayaan kemenangan dengan makan besar.

“Hari ini Seokmin melakukan operasi, jadi aku harus segera ke rumah sakit. Mianhae…, ” ujarnya sambil memasukkan barang-barangnya ke dalam tas.

Gwenchana, kami paham kok. Sampaikan salamku untuk sahabatmu,” ujar sang kapten, Eunwoo.

“Pasti akan aku sampaikan. Aku pergi dulu,“ kata Mingyu sambil berlari menjauh dari mereka.

“Aku benar-benar salut dengan persahabatan mereka.”

“Kau benar. Mingyu bahkan menjadi lebih pendiam sejak berita Seokmin sakit.”

“Their relationship is no joke, men”

“Kau tidak ingin bersahabat denganku?”

“Yang ada malah kau semakin menyusahkanku.”

“Hahaha…”

=================

Jarak antara tempat pertandingan dengan rumah sakit cukup jauh. Sehingga, Mingyu harus menggunakan kereta api selama 45 menit untuk sampai tujuan.

Keadaan stasiun hari ini tidak terlalu ramai, terbukti dengan banyaknya bangku penumpang yang kosong padahal kereta sudah berlaju sekitar 5 menit yang lalu.

Waktu perjalanan yang lumayan lama membuatnya mencari kesibukan sendiri dengan bermain game di ponsel pintarnya. Saat sedang fokus bertarung, tiba-tiba saja seseorang menepuk pundaknya pelan.

Joesonghamnida, apa ini kursi nomor S171?” tanya sosok berkacamata kepada Mingyu.

Ne,” jawabnya sambil menarik jaketnya yang sebelumnya ia letakkan pada kursi -yang ternyata adalah milik pria berkacamata tadi.

Kamsahamnida.”

Pria berkacamata tadi lantas duduk di samping Mingyu. Ia lalu mengambil buku yang dimana sampulnya terdapat gambar seorang anak yang tidak memiliki sehelai rambut sama sekali. Mingyu tidak memperhatikan lebih detail judulnya. Tetapi sekilas ia dapat melihat ada tulisan "kanker" di sana.

Perhatian Mingyu tidak lagi pada ponselnya melainkan pada buku yang tengah dibaca oleh sosok di sampingnya. Tanpa ragu ia mulai mengajak pria tadi untuk berbincang-bincang.

“Maaf, buku apa yang sedang anda baca itu?” Pria tersebut menoleh pada Mingyu.

“Kau sedang berbicara padaku?” Mingyu menangguk.

“Ini adalah buku tentang kanker. Aku sedang mempelajarinya, karena besok aku harus memberikan penyuluhan tentang penyakit ini. Maklum aku lebih sering praktik, jadi agak lupa dengan materi-materinya, hahaha… ”

The Red Headband (SeokGyu)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang