4

467 56 3
                                    

Mina aidzin al faidzin, ya guys

.
.
.
.
.

“Tidak apa, Seok … lagipula kau kan sedang sakit, wajar kalau Mingyu khawatir,“ jawab Mina saat Seokmin menemuinya di kelas untuk meminta maaf perihal pembatalan kencan mereka. Seokmin mengerang frustasi. Bagaimana bisa ada seorang sosok yang begitu baik dan sabar seperti Mina.

“Kau tidak cemburu?”
Mina hanya terkekeh pelan mendengar pertanyaan dari vokalis band kebanggaan sekolahnya itu.

“Kalian kan sama-sama laki-laki, buat apa aku cemburu?"

“Mungkin saja kau sempat mengira kami gay."

“Jika kalian gay, Mingyu tidak akan mungkin mengajakku berkencan, bukan?”

“Lalu, Seokmin juga tidak akan gugup saat melihat Yuna.” Satu kedipan Mina tunjukkan pada sosok di depannya dan membuat sang objek godaan diam tak berkutik.

“Me-memangnya kapan aku seperti itu?”

Seokmin semakin gugup saat Mina terus menatap dengan menunjukkan smirk di wajahnya. Untung saja tidak berselang lama Mingyu datang. Ia lantas melangkah pergi meninggalkan sepasang calon kekasih tadi dengan meng-‘kambing hitam’-kan Jihoon kembali.

“Kenapa dia?” tanya Mingyu pada Mina. Ia agak merasa aneh dengan tingkah sahabatnya barusan.

“Tidak apa-apa. Mau ke kantin sekarang?”

=================

Sabtu malam kemarin, tepatnya di puncak Namsan Tower, Mingyu dan Mina akhirnya menyandang status sebagai sepasang kekasih. Rencananya pula nanti malam mereka akan melakukan kencan pertama mereka setelah resmi berpacaran. Untuk itu, pagi-pagi sekali Mingyu datang ke rumah Seokmin untuk menceritakan semua moment bahagia yang dialaminya kemarin sekaligus meminta bantuan dari sahabatnya menyiapkan surprise kecil untuk sang kekasih.

“Kau tahu, Seok?”

Ani.”

“Aish, sebentar! Biarkan aku berbicara.”

Mmmm…”

Seokmin dengan sangat sabar mendengarkan setiap celotehan dari pemuda kelebihan kalsium di depannya. Sebenarnya otak Seokmin tidak sepenuhnya menangkap ucapan Mingyu. Bukannya Seokmin mengabaikan sahabatnya, hanya saja ia sedang tidak enak badan. Akhir-akhir ini juga ia sering sekali merasa sangat pusing dan kehilangan fokus. Seperti sekarang, ia ingin sekali berteriak untuk menetralkan rasa sakit yang mendera kepalanya. Namun, Seokmin memilih meredamnya dengan mengepalkan tangannya erat-erat. Ia tidak ingin Mingyu mengetahui keadaannnya saat ini. Beruntungnya Mingyu terlampau asik bercerita, sehingga tidak menyadari perubahan raut wajah sosok di depannya.

Belum selesai Mingyu bercerita, tiba-tiba saja Seokmin berlari ke arah kamar mandi dengan tangan yang menutupi hidungnya. Ekspresi Mingyu berubah menjadi panik saat ia tidak sengaja melihat tetesan darah di tempat Seokmin semula.

Mingyu lantas berlari menyusul sahabatnya tersebut. Ia kemudian mencoba untuk membuka pintu kamar mandi. Namun, pintu tersebut ternyata dikunci sang pemilik dari dalam.
“Seok, kau baik-baik saja?” tanya Mingyu dari luar dengan raut yang teramat khawatir.

Sebenarnya ini bukan pertama kalinya ia melihat Seokmin mimisan. Seokmin sering mimisan saat Mingyu dengan tidak sengaja melempar bola basket ke arah wajahnya, tetapi entah mengapa hatinya merasa tidak tenang saat melihat kejadian barusan.

Bukannya mendapatkan jawaban dari Seokmin, Mingyu malah mendengar suara dentuman keras dari dalam kamar mandi. Takut terjadi hal yang tidak diinginkan, ia lantas mendobrak pintu tersebut. Perset*n dengan Ayah Seokmin yang akan marah karena telah merusak pintu kamar mandinya. Sebab, keadaan sahabatnya lebih penting sekarang.

Benar saja, ia melihat Seokmin tidak sadarkan diri dengan darah segar yang keluar banyak dari hidungnya.

TBC

=================

©DratnaK (6/6/19)

The Red Headband (SeokGyu)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang