My Angel 4

177 23 6
                                    

Hello Minna-san. Maaf sekali atas keterlambatannya. Ternyata laptop Helen sudah tidak tertolong lagi (menangis sedih) dan karena Helen juga harus mengerjakan berbagai tugas di real life. Terpaksa Helen hiatus. Gomenne karena lama banget kasih tau minna-san. Saat ini Helen sedang berjuang untuk ujian yang kira-kira 3/4 bulan lagi bakal terlaksana. Mohon doanya ya minna-san. Doakan juga Helen bakal rajin-rajin cek Wattpad dan upload. Komen minna-san adalah salah satu alasan Helen tetap menulis sampai saat ini. Arigatou Minna....

----- My Angel -----

Langit malam yang kelam tanpa bintang menjadi pemandangan utama Hinata hari ini. Tangannya bergerak gelisah memilin ujung blazer coklatnya. Sabaku Gaara. Pria dengan julukan monster merah. Pria yang telah menghancurkan segala yang Hinata bangun.

Amethyst Hinata menatap amplop merah yang belum ia sentuh sejak 3 hari lalu. Amplop yang mungkin akan menjungkir balikkan kehidupan Hinata. Diraihnya amplop itu dan membukanya. Dikeluarkannya isi amplop merah itu. Isinya adalah sebuah kalung dengan liontin amethyst berbentuk air mata.

Selain itu terdapat memo yang bertuliskan

'Pakailah kalung itu apabila kau tak ingin melihat Uchiha-mu terluka. Dan jadilah Nyonya Sabaku . Welcome to the Hell, Sabaku Hinata.'

Tangan Hinata bergetar saat meletakkan kalung berserta memo yang menyertainya. Air mata mulai menganak sungai di pipi porselennya. Ingatan 6 tahun lalu berkelebat seperti film.

Rasa sakit yang tak akan terlupakan mulai menyebar di pembuluh darahnya. Ingin Hinata menghilang saja dari muka bumi. Namun ia juga menyadari bahwa ada begitu banyak orang yang berharap padanya. Mungkin ini adalah kesalahannya.

Andai ia tak menyerahkan hatinya pada si bungsu Uchiha. Andai ia saat itu meraih tangan sang monster merah. Dan berjuta kata andai lain yang berkelebat dalam pikiran Hinata.

"gomen ne Sasuke-kun. Maaf karena bertindak gegabah" tangis Hinata pecah saat memakai kalung pemberian Gaara. Kalung itu tampak sempurna melingkar di leher jenjang Hinata. Namun tak dapat dipungkiri bahwa bagi Hinata, kalung itu laksana rantai yang mengikatnya dengan sang monster merah.

----- My Angel -----

6 Tahun lalu

Langit kelabu menyelimuti kota Tokyo. Seorang gadis bersurai indigo tengah duduk sendiri. Tampaknya ia sedang menunggu seseorang. Tangan sang gadis terus mengenggam ponselnya dengan cemas. Ancaman yang ia terima bukanlah sesuatu yang dapat dianggap remeh.

Saat ini ia tengah menanti sang calon suami. Pria yang sudah 2 tahun ini mengisi relung hatinya. Pria yang dalam 1 minggu ini akan resmi mengubah marganya menjadi Uchiha.

Sesekali sang gadis indigo yang bernama Hinata itu melihat layar ponselnya. Rasa cemas sangat tak membantunya tetap bersabar. Jemari lentiknya mengusap cincin pertunangannya. Gelisah menyelimuti Hinata. Dering ponselnya bak embun pagi yang menyenangkan. Telfon dari sang calon suami, Uchiha Sasuke.

"moshi-moshi"

"tunggu sebentar ya Hime. Ada seseorang yang tak sengaja menabrak mobilku."

"daijobu, Sasuke-kun? Kau dimana? Biar aku saja yang ke sana." Nada khawatir tampak jelas dalam suara Hinata

"aku baik-baik saja Hime. Tunggu saja. Aku sudah ada di seberang jalan. Sebentar lagi juga sampai."

"Tunggu aku. Aku akan ke sana" percakapan berakhir dan Hinata segera berlari menuju tempat Sasuke.

Hinata tak lagi peduli dengan tatapan heran para pengunjung taman yang melihatnya berlari. Baginya melihat Sasuke berdiri dihadapannya jauh lebih penting saat ini.

'KALIAN AKAN MATI' Pesan singkat yang Hinata terima kemarin membuat Hinata semakin meningkat kecepatan larinya. Jantungnya berdebar karena pacuan adrenalin di pembuluh darahnya.

Di ujung matanya dapat Hinata lihat Sasuke sedang berdiri dengan kedua tangannya di dalam saku. Perasaan bahagia membuncah menghalau kekhawatiran yang sempat menyelimuti.

Sasuke yang melihat Hinata tengah menatapnya tersenyum. 'padahal sudah ku minta untuk menuggu' batin Sasuke seraya melambaikan tangan pada Hinata yang melihatnya dengan mata berkaca-kaca.

Tanpa mereka sadari ada sepasang manik Jade yang menatap mereka penuh kebencian. Amarah membara dalam manik Jade itu. "Nikmatilah kebahagiaan mu Uchiha. Karena mungkin saja ini adalah saat terakhirmu untuk menatap malaikatku." Tangan pemuda bersurai merah itu mengepal marah. Berbagai rencana telaah tersusun di dalam otak jeniusnya.

My AngelWhere stories live. Discover now