Welcome!
Selamat menjelajahi Kerajaan Bulan dan Kerajaan Matahari :)
---
Percaya atau tidak, hari minggu merupakan hari yang paling kubenci dalam 7 hari dalam seminggu.
Temanku-dan hanya dia satu-satunya-Benard, jelas memiliki pendapat yang bertentangan denganku. Karena di hari minggulah dia akan menaiki sofa, berbaring dengan santai sambil menggoyang-goyangkan ekor kecilnya.
Jika kalian mencoba menebak-nebak, yeah, satu-satu temanku adalah seekor anjing dengan totol-totol hitam di bulu-bulu tipis putihnya.
Alasanku cukup logis, kok. Aku benci hari minggu karena di hari itulah aku akan menghabiskan waktu untuk membaca buku selama 4 jam, sebelum akhirnya lanjut makan siang dan kembali dilanjutkan dengan tes mingguan dari Ayah. Tidak ada jadwal berkebun hari minggu, jadi Ayah menggunakan waktunya untuk memastikanku lebih pintar ketimbang penduduk sekitar. Dan kurasa Ayah berhasil.
Aku tidak masuk sekolah apapun sejak berumur 12 tahun. Tapi aku tidak dikeluarkan. Aku justru mengeluarkan diri.
Well, maksudku Ayah dan Ibu. Mereka memutuskan untuk mengajariku sendiri di rumah karena katanya sekolah tidak begitu membantu perkembanganku. Awalnya aku tidak begitu mengerti karena sebenarnya nilaiku bagus-bagus saja di sekolah, dan anak-anak lainnya nampaknya tidak menyukainya.Hanya saja setelah menjalaninya, aku mulai mengerti. Aku bahkan baru tahu bahwa Ayah jauh lebih pintar ketimbang guru matematikaku. Di hari pertama belajar di rumah, Ayah langsung mengajariku sesuatu yang dia sebut dengan "aljabar", menghitung sisi-sisi segitiga. Padahal di sekolah pelajaran yang terakhir diajarkan adalah menghitung sisa permen dari apa yang sudah diberikan.
Dan sekarang, di sinilah aku, 6 tahun belajar di rumah dengan Ayah. Dan sekarang aku masuk baru masuk ke dalam pembahasan tentang angkasa. Ibu menyebutnya dengan kosmologi atau apalah itu. Sialnya, materi ini agak sulit untuk kupahami.
Ayah memandangi kertas yang kutulis dengan tinta sebelum menggelengkan kepala. "Kurasa kau belum menangkap konsepnya, Ris. Apa ada yang sulit?"
Aku langsung mengangguk cepat. "Agak sulit membayangkan urutan tata surya. Dan lagi..." Kugerakkan jariku untuk menunjuk bulatan kecil di samping bulatan yang lebih besar. "Ini bulan kan, Yah? Kenapa kecil sekali? Sedangkan matahari besar."
"Karena memang begitu. Dalam tata surya, bulan memang kecil sekali." Bukan suara Ayah yang kudengar, tapi suara yang jauh lebih halus dari pintu. Ibu berdiri di sana sambil tersenyum, membawakan nampan berisi kue-kue kecil yang jelas baru matang. Aku bisa membauinya. Kue buatan Ibu selalu harum.
"Kurasa Alrisha akan lebih paham jika kau yang mengajarinya, Sayang," kata Ayah pada Ibu, dan Ibu terkekeh pelan.
"Kau kan lebih pintar."
"Bu, Yah, kalau kalian tidak pintar lalu aku apa?" Aku mengembuskan napas kasar, dan kali ini mereka berdua tertawa. Ini dia, tawa orang pintar yang mengaku tidak pintar. Itu agak menjengkelkan sih, tapi aku sayang mereka berdua.
Ibu memang pintar. Sebagai penduduk Kerajaan Bulan, Ibu memiliki kemampuan untuk mempelajari semuanya dengan cepat dan teliti. Ibu bisa mengingat banyak hal hanya dalam sekali lihat. Itu memang hebat, tapi di Kerajaan Bulan, bukan hanya Ibu yang begitu. Tapi dengan sifat Ibu yang memang teliti, kemampuannya begitu tajam.
Ayah, hm, aku sendiri bingung. Terkadang Ayah ceroboh, dan selera humornya payah-sesuatu yang tidak terlalu cocok dengan penduduk Kerajaan Bulan. Tapi Ayah juga pintar, pengetahuannya luas. Aku selalu suka saat Ayah bercerita tentang sejarah Kerajaan Bulan dan Kerajaan Matahari, peperangan dan hal-hal menarik lainnya. Katanya dia tahu semua itu dari membaca buku.

KAMU SEDANG MEMBACA
ECLIPSE DIARY (✓)
FantasyPINDAH TAYANG KE DREAME/INNOVEL Kerajaan Matahari dan Kerajaan Bulan sudah terpisah sejak berabad-abad yang lalu, mengikat janji untuk tidak pernah menyentuh teritorial satu sama lain. Di sinilah Alrisha, gadis dari Kerajaan Bulan yang tidak tahu du...